Ini Alasan Jenazah Jemaah Haji Tak Bisa Dibawa Pulang ke Indonesia, Sejauh Ini Cuma Bung Tomo

Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Jumat, 24 Juni 2022
0 dilihat
Ini Alasan Jenazah Jemaah Haji Tak Bisa Dibawa Pulang ke Indonesia, Sejauh Ini Cuma Bung Tomo
Jemaah haji yang meninggal di Arab Saudi tak bisa dibawa pulang ke Indonesia karena berbagai alasan. Sejauh ini cuma Bung Tomo yang jenazahnya berhasil dipulangkan. Foto: Repro Pasuruankab

" Pemerintah Arab Saudi mengkhawatirkan waktu dan jarak yang ditempuh. Jika seseorang meninggal dunia terlalu lama dan tidak segera dimakamkan, dikhawatirkan dapat merusak kondisi jenazah "

JAKARTA, TELISIK.ID - Jemaah haji Indonesia meninggal dunia bertambah jadi 9 orang hingga Kamis (23/6/2022). Data itu disampaikan Kepala Daerah Kerja (Daker) Mekkah, Mukhammad Khanif di Mekkah.

Melansir Tempo.co, anggota tim surveilans PPI Arab Saudi, Abdul Hafiz memastikan, sangat sulit membawa jemaah haji yang meninggal di Arab Saudi pulang ke Indonesia. Selama ini Pemerintah Arab Saudi tidak mengizinkan membawa jenazah pulang ke negara asal jemaah.

Alasannya karena pihak Pemerintah Arab Saudi mengkhawatirkan waktu dan jarak yang ditempuh. Jika seseorang meninggal dunia terlalu lama dan tidak segera dimakamkan, dikhawatirkan dapat merusak kondisi jenazah.

Abdul Hafiz menuturkan, yang mesti pertama kali dilakukan adalah memastikan kabar kematian jemaah haji. Sumber informasi harus diterima dari tenaga kesehatan haji (TKH) di kelompok terbang (kloter) yang terdiri dari dokter dan perawat.

Setelah memastikan ada jemaah yang wafat, TKH harus segera membuat Certificate of Death (COD), yaitu sertifikat formulir yang menjelaskan sebab wafat dari jemaah.

Setelah mendapat informasi kematian, pihak surveilans langsung mengurus surat keterangan dari RS Arab Saudi. Setiap jemaah haji yang wafat mesti segera dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan autopsi guna mengetahui penyebab kematian.

Abdul Hafiz mengatakan, dalam beberapa kasus, pihak Arab Saudi akan meminta surat keterangan kepolisian. Alasannya, surat keterangan dari kepolisian diperlukan untuk membuktikan bahwa kematian jemaah haji itu adalah kematian yang wajar.

Baca Juga: Cegah Polarisasi di Pemilu 2024, JMSI Dukung Kesepakatan Dewan Pers dan Polri

Jika kematiannya tidak wajar, selanjutnya itu merupakan urusan kepolisian. Bila tidak ditemukan penyebab kematian yang janggal, jenazah bisa dilanjutkan untuk proses pemakaman.

Sebelum dimakamkan, rumah sakit akan memberikan surat keterangan atau izin jemaah tersebut siap dimakamkan kepada Muassasah Adilla yang ada di Madinah.

Setelah surat keluar dari Muassasah, jemaah yang wafat tersebut bisa dibawa ke tempat pemandian di daerah Uhud sebelum dimakamkan. Pemakaman jenazah dapat dihadiri oleh pihak keluarga boleh juga tidak, tergantung keputusan dari pihak keluarga yang bersangkutan.

Memulangkan Bung Tomo

Hingga saat ini hanya Bung Tomo satu-satunya warga negara Indonesia yang jenazahnya dibawa pulang ke Tanah Air atas permintaan keluarga.

Melansir tirto.id, dalam buku Belahan Jiwa: Memoar Kasih Sayang Percintaan Rosihan Anwar dan Zuraida Sanawi (2011), Rosihan Anwar mengaku: “Waktu bertemu dengan Dirjen Urusan Haji Burhani Tjokrohandoko, saya katakan tidakkah lebih baik jika Bung Tomo dimakamkan di Surabaya agar jasa-jasanya selalu dikenang? Ternyata memakan waktu lama ketika kemudian jenazah Bung Tomo dipindahkan ke Indonesia."

Tak hanya Rosihan yang menginginkan hal itu. Kolega-kolega Bung Tomo yang sudah menerima kabar kematian sang kawan pun meminta agar jenazahnya disemayamkan di Indonesia. Pihak keluarga Bung Tomo bahkan mengusahakan hal itu.

Beruntunglah keluarga Bung Tomo. Cerita Sulistiana: “Dua minggu kemudian, kami dipanggil oleh Kedutaan Besar Arab, Bambang (anak Bung Tomo) mengatakan bahwa Raja Fadh—Raja Arab Saudi—berunding dengan lima menteri tentang pengembalian jenazah Bung Tomo. Diputuskan, jenazah Bung Tomo diizinkan dibawa ke Indonesia."

Pemerintah Indonesia pun ikut membantu dengan mengirimkan tim pengembalian—yang terdiri dari dokter Moen'im ahli patologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), dr. Soetomo S. Imam Santoso (dokter pribadi Bung Tomo), Salim Zaedan (sahabat Bung Tomo), dan Bambang Sulistomo (putra Bung Tomo). Mereka berangkat empat bulan setelah kematian Bung Tomo.

Salim mendapat cerita dari penjaga makam, selama musim haji, banyak jemaah pria asal Jawa Timur yang menziarahi makam itu. Saking banyaknya, si penjaga hafal letak makam. Kebetulan, tak banyak yang meninggal di hari Soetomo meninggal pada 1981 itu sehingga tidak sulit mencari makam berdasarkan tanggal kematian.

“Penutup makam dibuka oleh dr. Soetomo dan dr. Moen'im. Setelah jenazah ditemukan, dipastikan dan diidentifikasi oleh dokter Moen'im [sebagai jenazah Bung Tomo], kemudian dilaporkan [bahwa] jenazah diketemukan," tulis Sulistiana.

Bambang pun diberi waktu untuk ikut memastikan. Menurut Bambang, “Tubuh ayahnya masih utuh. Hanya pipi sebelah kiri yang menyentuh ubin saja yang dagingnya agak rusak."

Baca Juga: Warning, PNS Bolos Kerja 10 Hari Langsung Dipecat

Tak lupa, dr. Soetomo mencocokkan dengan cetakan gigi dari drg. A. Dahlan. Hasilnya pas. Jenazah itu memang jenazah Bung Tomo.

Akhirnya, jenazah dibawa pulang ke Jakarta.

Jenazah Bung Tomo disambut banyak pihak. Dari pihak pemerintah hadir Joop Ave (pernah menjabat Menteri Pariwisata di masa akhir kekuasaan Soeharto). Dari kalangan kawan-kawan seperjuangannya di masa revolusi juga sangat banyak yang datang.

Bahkan, salah seorang bekas ajudan Kolonel Sungkono, yang ikut menjemput jenazah Bung Tomo, terkena serangan jantung ketika pesawat yang membawa jenazah mendarat di Jakarta. Bekas ajudan Sungkono itu pun meninggal juga, menyusul Bung Tomo, ketika dalam perjalanan ke rumah sakit.

Pada 3 Februari 1982, peti jenazah Bung Tomo dibawa ke Surabaya. Jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel Rejo dengan upacara kemiliteran. (C)

Penulis: Ibnu Sina Ali Hakim

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga