Waspada, Puting Beliung Mengintai Sejumlah Wilayah di Sultra

Muhammad Israjab

Reporter

Senin, 13 Januari 2020  /  7:59 pm

Cuaca ekstrem di Sultra yang masih mengancam. Foto : Istimewa

KENDARI, TELISIK. ID - Analisis dinamika atmosfer, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) dalam peringatan dini cuaca ekstrem 12-18 Januari 2020, menunjukkan MJO masih berada di wilayah Indonesia Bagian Tengah dan Timur, yang mendukung peningkatan konsentrasi curah hujan.

Baca Juga: Dihelat Februari, Kemenkum HAM Belum Tentukan Lokasi Seleksi CASN

Hal itu berkontribusi signifikan pada pembentukan pola siklonik dan pertemuan angin yang berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, berupa hujan lebat dan angin kencang yang melanda sejumlah wilayah di Sulawesi Tenggara pada Januari 2020.

Selain itu, potensi ketinggian gelombang laut di wilayah Indonesia bisa mencapai lebih dari 2.5 meter. Kondisi ini dapat terjadi di beberapa wilayah perairan Sulawesi Tenggara.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R Prabowo, Rabu lalu (2/1/2020) mengatakan, cuaca esktrem tersebut dipicu adanya fenomena atmosfer skala regional hingga lokal, yaitu aktifnya Monsun Asia.

Ini menyebabkan terjadinya peningkatan pasokan massa udara basah di wilayah Indonesia, terbentuknya pola konvergensi dan terjadinya perlambatan kecepatan angin di beberapa wilayah, seperti di Sulawesi Tenggara.

Akibatnya, berdampak terjadinya fenomena angin kencang yang memicu gelombang tinggi hingga potensi bencana puting beliung di sejumlah wilayah Sulawesi Tenggara.

BMKG dalam rilis sebelumnya, (8/1/2020) menyebut wilayah Konawe Utara (Lasolo, Molawe), Konawe Selatan (Palangga, Palangga Selatan, Andoolo, Kolono, Kolono Timur, Moramo, Laonti), Buton Utara (Bonegunu), Buton (Lasalimu, Lasalimu Selatan) dan sekitarnya berpotensi terjadi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai guntur dan angin kencang pada pukul 15.30 Wita.

Fenomena ini, dapat meluas hingga ke wilayah Bombana, Kolaka, Kolaka Utara, Baubau, Buton Selatan, Konawe Selatan, Konawe Utara, Konawe, Kolaka Timur, Konawe Kepulauan, Kendari dan sekitarnya.

Kepala Seksi Observasi Stasiun Meteorologi Maritim BMKG Kendari Adi Istiyono mengungkapkan, salah satu faktor yang juga membuat kecepatan angin bertambah adalah karena perbedaan tekanan udara dari Asia dan Australia.

Panas dari Australia akibat kebakaran hutan membawa udara bertekanan rendah, lalu bertemu udara bertekanan tinggi dari wilayah Asia. Tingginya perbedaan tekanan membuat angin bisa meningkat dengan cepat.

”Tekanan udara, massa udara, dan kecepatan angin juga membuat terjadinya awan kumulonimbus di beberapa wilayah,” ujarnya.

Tak sedikit menyisahkan pilu dari pada fenomena ini, pada Kamis (2/1/2020) pekan lalu, angin kencang yang menghancurkan sedikitnya 10 rumah di Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi. Enam rumah rusak berat dan selebihnya rusak sedang dan ringan.

Begitu juga di Kabupaten Bombana, Satu keluarga nyaris tersapu angin puting beliung yang menerjang pemukiman mereka di Kelurahan Doule, Kecamatan Rumbia, Minggu malam (5/1/2020).

Akibat peristiwa ini, dua rumah warga di Kelurahan Doule, roboh diterpa angin kencang.

Berbeda dengan yang terjadi di Kolaka,
cuaca buruk yang melanda perairan Kolaka, Minggu (12/1/2020), memaksa pihak otoritas pelabuhan Kolaka menutup sementara pelayaran feri rute Kolaka-Bajoe.

"Ketinggian gelombang di perairan Teluk Bone mencapai 1,5 hingga 2,5 meter, serta kecepatan angin 15 hingga 25 knot. Penutupan pelayaran hari ini atas kordinasi dari pihak plt Kepala ASDP Kolaka dengan pihak nakhoda kapal KMP Permata serta nakhoda KMP Pais,” ungkap Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) kelas III Kolaka.

Penutupan pelayaran dilakukan, mengingat keselamatan pelayaran serta keselamatan bagi para penumpang pengguna jasa transportasi laut.

Dengan fenomena ini, membuat kita untuk semakin meningkatkan kewaspadaan. Mengingat, untuk lebih mengurangi resiko terjadinya bencana yang bisa menimbulkan korban jiwa dan kerugian materil yang sangat besar.


Reporter: Muhammad Israjab
Editor: Sumarlin

TOPICS

BMKG