Mengenal Voyeurisme, Kelainan Seksual Senang Mengintip Orang Lain

Ahmad Jaelani

Reporter

Jumat, 29 November 2024  /  9:44 pm

Voyeurisme adalah kelainan seksual yang melibatkan kesenangan mengintip aktivitas intim. Foto: Repro freepik

JAKARTA, TELISIK.ID - Voyeurisme adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang sering kali tidak disadari oleh penderitanya. Kelainan ini membuat seseorang merasa terangsang ketika mengamati orang lain yang sedang telanjang atau melakukan aktivitas seksual secara diam-diam.

Ketertarikan voyeur bukanlah pada objeknya, melainkan pada aktivitas mengintip atau menonton tersebut.

Voyeurisme juga dikenal dengan istilah scopophilia. Meski awalnya mungkin hanya berupa fantasi, perilaku ini dapat berkembang menjadi gangguan serius ketika mulai mengganggu kehidupan sehari-hari atau dilakukan tanpa persetujuan.

Sebagian besar individu dengan kecenderungan voyeurisme tidak tertarik untuk berinteraksi seksual langsung dengan korban mereka, tetapi mereka fokus pada kesenangan dari aktivitas mengintip itu sendiri.

Ciri-Ciri Voyeurisme

Mengutip alodokter.com, Jumat (29/11/2024), seseorang yang memiliki voyeurisme cenderung merasa terangsang ketika melihat orang lain berganti pakaian, mandi, atau melakukan aktivitas seksual.

Baca Juga: Berhubung Intim Pakai Pelumas Turunkan Peluang Kehamilan, Begini Penjelasannya

Mereka bisa mencapai orgasme dengan melakukan masturbasi saat menyaksikan aktivitas tersebut.

Selain mengintip langsung, voyeur juga sering menikmati video atau gambar pornografi yang memperlihatkan orang lain dalam keadaan telanjang atau berhubungan seksual.

Beberapa bahkan mengajak pasangan mereka untuk berperan seperti sedang mengintip, sebagai bagian dari fantasi seksual mereka.

Namun, ketika voyeurisme menjadi kebutuhan yang tidak terkendali, perilaku ini berubah menjadi penyimpangan yang mengganggu.

Penderitanya mungkin tidak merasa puas secara seksual tanpa melakukan aktivitas voyeurisme, yang pada akhirnya dapat berdampak negatif pada kehidupan pribadi dan sosial mereka.

Voyeurisme Sebagai Gangguan

Voyeurisme yang tidak terkontrol termasuk dalam kategori parafilia, yaitu gangguan seksual yang melibatkan aktivitas atau objek seksual yang tidak lazim.

Gangguan ini sering kali muncul karena faktor trauma masa kecil, penyalahgunaan narkoba, atau kondisi psikologis seperti hiperseks, depresi, dan gangguan kecemasan.

Voyeurisme dianggap sebagai gangguan bila penderitanya berusia di atas 18 tahun, dan tanda-tandanya sudah berlangsung selama setidaknya enam bulan. Beberapa tanda gangguan voyeurisme meliputi:

1. Merasa hanya bergairah secara seksual saat melakukan voyeurisme.

2. Merasa stres atau frustasi jika tidak bisa menyalurkan dorongan tersebut.

3. Mengambil gambar atau video orang lain secara diam-diam.

4. Merasa bersalah setelah melakukan aktivitas voyeurisme.

5. Melakukan tindakan ilegal seperti masuk ke rumah tanpa izin untuk mengintip.

6. Mengabaikan tanggung jawab sehari-hari karena terlalu sibuk memenuhi hasrat voyeurisme.

7. Menarik diri dari lingkungan sosial akibat perilaku ini.

Gangguan voyeurisme yang dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan berbagai masalah serius, termasuk disfungsi seksual, hubungan yang hancur, bahkan menghadapi tuntutan hukum.

Penyebab Voyeurisme

Meski penyebab pastinya belum dapat dipastikan, beberapa faktor diduga berkontribusi terhadap munculnya voyeurisme. Faktor-faktor tersebut meliputi:

Trauma Masa Kecil: Pengalaman negatif pada masa kecil dapat memengaruhi perilaku seksual seseorang.

Gangguan Psikologis: Kondisi seperti depresi atau kecemasan dapat memicu perilaku voyeurisme.

Hiperseks dan Parafilia Lainnya: Voyeurisme sering kali muncul bersamaan dengan gangguan lain seperti eksibisionisme.

Penyalahgunaan Narkoba: Penggunaan zat terlarang dapat memengaruhi kontrol diri dan meningkatkan risiko perilaku menyimpang.

Penanganan Voyeurisme

Voyeurisme membutuhkan penanganan serius untuk mencegah dampak negatif yang lebih besar. Berikut beberapa metode pengobatan yang umum diterapkan:

1. Psikoterapi

Terapi perilaku kognitif dan terapi psikodinamika sering digunakan untuk membantu penderita memahami penyebab voyeurisme mereka.

Terapi ini juga melatih penderita mengubah pola pikir terhadap perilaku menyimpang tersebut dan mengembangkan cara baru untuk mendapatkan kepuasan seksual yang sehat.

2. Obat-Obatan

Dokter mungkin meresepkan obat seperti fluoxetine atau escitalopram untuk menangani gangguan kecemasan atau depresi yang berkaitan dengan voyeurisme. Selain itu, obat penurun kadar testosteron juga dapat diberikan untuk menekan gairah seksual yang berlebihan.

Baca Juga: 16 Produk Kecantikan Rusak Jaringan Kulit Beredar di Pasaran

3. Dukungan Sosial

Dukungan dari keluarga, sahabat, atau pasangan sangat penting dalam proses pemulihan. Orang-orang terdekat perlu memberikan motivasi kepada penderita untuk berkonsultasi dengan dokter dan menjalani terapi yang dianjurkan.

Dampak Voyeurisme

Jika tidak ditangani, voyeurisme dapat menyebabkan berbagai masalah serius. Penderita mungkin mengalami disfungsi seksual, kehilangan hubungan sosial, bahkan menghadapi risiko tuntutan hukum.

Oleh karena itu, penting bagi mereka yang mengalami gejala voyeurisme untuk segera mencari bantuan profesional.

Penanganan yang tepat bisa membantu penderita voyeurisme agar dapat mengendalikan dorongan mereka dan menjalani kehidupan yang lebih sehat dan seimbang. Dukungan dari orang-orang terdekat menjadi kunci keberhasilan dalam proses pemulihan ini. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS