Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Sejahterakan Masyarakat

Nur Meli

Reporter

Rabu, 02 Agustus 2023  /  10:05 pm

Sekretaris Perpusnas RI, Ketua DPRD Sulawesi Tenggara, Kepala Dispusip Sulawesi Tenggara berserta pegiat literasi di Perpustakaan Modern Sulawesi Tenggara. Foto: Nur Meli/Telisik

KENDARI, TELISIK.ID - Program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, menjadikan perpustakaan sebagai ruang terbuka bagi masyarakat untuk saling berbagi pengalaman, belajar kontekstual, dan berlatih keterampilan kerja untuk peningkatan kualitas hidup.

Program ini sudah ada sejak 2018 dan telah berhasil dipraktikkan pada 21 perpustakaan provinsi, meliputi 60 perpustakaan kabupaten/kota, dan 300 perpustakaan desa dan kelurahan.

"Program ini telah diakui efektif dalam memberikan manfaat untuk kesejahteraan masyarakat, utamanya bagi masyarakat marginal atau warga di desa yang selama ini terpinggirkan dan diartikan sebagai kelompok prasejahtera," terang Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Ofy Sofiana dalam sambutannya pada pembukaan talk show peningkatan indeks literasi masyarakat untuk kesejahteraan di Perpustakaan Modern Sulawesi Tenggara, Selasa (2/8/2023).

Baca Juga: Tingkatkan Literasi untuk Kesejahteraan Masyarakat Sulawesi Tenggara

Ia juga menjelaskan, paradigma perpustakaan telah berubah mengikuti perkembangan yang terjadi. Paradigma perpustakaan saat ini menuju sumber daya dan upaya perpustakaan dengan proporsi 10  persen untuk menajemen koleksi, 20 persen untuk menajemen pengetahuan dan 70 persen untuk transfer pengetahuan.

"Perpustakaan tidak hanya tempat membaca dan meminjam buku. Melainkan banyak space lainnya, seperti ruang diskusi dan wisata edukasi," ujarnya.

Melalui sambutan Gubernur Sulawesi Tenggara yang diwakilkan oleh Asisten III Administrasi Umum Sekretariat Daerah Sulawesi Tenggara, Sukanto Toding mengatakan, adanya perpustakaan dalam pembangunan masyarakat yang cerdas sangat strategis. Hal itu karena perpustakaan merupakan tempat penyebaran pengetahuan dan meningkatkan tingkat literasi serta kesadaran akan berbagai isu-isu kemasyarakatan.

"Perpustakaan menjadi tempat belajar mandiri dan dapat mendukung keterampilan masyarakat. Sehingga perpustakaan dapat berkontribusi pada pembangunan daerah," kata Sukanto Toding.

Ia juga mengungkapkan, program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan upaya dari berbagai komponen bangsa untuk saling bersinergi untuk menjadikan perpustakaan sebagai tempat belajar sepanjang hayat.

"Hal ini merupakan wujud dari Sulawesi Tenggara cerdas dalam mencerdaskan bangsa," ungkapnya.

Tak lupa ia mengajak seluruh pegiat literasi, lembaga pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, semua lembaga pemerintah dan swasta serta seluruh masyarakat untuk berkolaborasi dalam mendorong peningkatan literasi untuk kemajuan masyarakat, daerah dan bangsa Indonesia.

Baca Juga: Tingkatkan Minat Baca Masyarakat, Dispusip Sulawesi Tenggara Gelar Talk Show Literasi

Sementara Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Tenggara, Nur Saleh mengatakan, akan ada kebangkitan literasi yang sangat luar biasa di masyarakat, utamanya di Sulawesi Tenggara jika semua komponen saling bekerja sama dalam peningkatan literasi dan kesejahteraan masyarakat.

"Jika itu terjadi, maka dapat dipastikan sumber daya masyarakat Sulawesi Tenggara dengan penguasaan literasi yang bagus akan menjadi tuan rumah secara sumber daya untuk mengelola sumber daya alam yang ada di Sulawesi Tenggara," ucapnya.

Selain itu ia mengungkapkan, dengan adanya program tersebut menjadi tantangan sekaligus memotivasinya untuk berbenah dan meningkatkan kapasitas untuk dapat memenuhi segala dinamika-dinamika yang ada dalam masyarakat. (A)

Penulis: Nur Meli

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS