Dari Lapak Ikan ke Toga Wisuda: Perjuangan Pria Kendari Mengantar Tiga Anak Jadi Sarjana

Gede Suyana Sriski

Reporter

Kamis, 25 September 2025  /  8:29 pm

Nurdin di lapak penjualan ikannya di depan toko Perumnas Poasia, Kota Kendari, Kamis (25/9/2025). foto: Gede Suyana Sriski/Telisik

KENDARI, TELISIK.ID – Setiap pagi buta, saat kebanyakan orang masih terlelap dalam hangatnya selimut, Nurdin (55), pria warga Kendari ini sudah bersiap menghidupkan mesin motornya.

Ia menyusuri jalanan Kota Kendari menuju tempat pelelangan ikan di Kendari Barat. Bukan karena tuntutan, tapi karena kecintaan pada keluarganya, dan pada impian yang begitu besar untuk anak-anaknya.

Sudah lebih dari satu dekade Nurdin menjalani hidup sebagai pedagang ikan keliling. Dari balik kesederhanaan profesi itu, tersimpan keteguhan hati yang luar biasa.

Pria yang tinggal di Perumnas Poasia ini tak pernah mengeluh, meski penghasilan yang ia peroleh tak menentu.

Baca Juga: Dulu Laris Diserbu Pembeli hingga Berangkat Haji, Penjual Bakso Legend Bundaran Mandonga Kendari Kini Terpinggirkan Zaman

Memperoleh keuntungan bersih sekitar Rp 200 ribu per hari, ia dan sang istri yang seorang ibu rumah tangga, menyiasati kehidupan sehari-hari sambil terus menyisihkan untuk biaya pendidikan ketiga anaknya.

"Kadang ikan tidak habis dijual, ya sudah saya bagi-bagikan ke tetangga daripada mubazir,” ujarnya dengan senyum ikhlas, Kamis (25/9/2025).

"Tapi saya tetap sisihkan sedikit demi sedikit buat sekolah anak-anak,” imbuhnya.

Kini, perjuangan itu terbayar lunas. Tiga anak Nurdin telah menyelesaikan pendidikan tinggi di Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari.

Ketiga anaknya masing-masing Ratna menjadi sarjana Kesehatan, Putri meraih gelar Ekonomi, dan si bungsu Winda menyandang gelar Sarjana Manajemen. Mereka kini telah bekerja dan sudah mandiri.

"Melihat mereka pakai toga, itu momen yang tidak bisa saya lukiskan dengan kata-kata,” ucap Nurdin, matanya berkaca-kaca.

Namun, perjuangan itu tidaklah mudah. Sering kali ia harus bekerja tambahan di malam hari demi mencukupi kebutuhan keluarga.

Saat orang lain tidur nyenyak, Nurdin masih sibuk menyelesaikan pekerjaannya. Tapi ia tidak sendiri. Sang istri menjadi sandaran dan semangat yang tak tergantikan.

"Kami sadar ini bukan untuk kami, tapi untuk masa depan mereka. Setiap tetes keringat kami adalah doa untuk kehidupan yang lebih baik bagi anak-anak,” tuturnya.

Baca Juga: 19 Tahun Ditinggal Suami saat Hamil, Ibu di Kendari Bertahan Hidupi Anak dari Jualan Es Kelapa

Meski anak-anaknya kini sukses dan mapan, Nurdin memilih tetap berjualan ikan. Bukan karena terpaksa, melainkan karena sudah menjadi bagian dari hidupnya.

"Saya masih kuat, dan saya memang suka berjualan. Kalau diam di rumah, saya justru merasa tidak ada kegiatan,” ujarnya sambil tersenyum.

Kisah Nurdin bukan hanya tentang bagaimana seorang ayah mengantar anak-anaknya meraih mimpi. Ini adalah kisah tentang pengorbanan, keteguhan, dan keyakinan bahwa pendidikan bisa menjadi jalan keluar dari lingkaran kemiskinan.

"Mungkin kami tidak kaya harta, tapi kami kaya ilmu dan bahagia dalam kesederhanaan,” tutup Nurdin. (C)

Penulis: Gede Suyana Sriski

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS