Dulu Laris Diserbu Pembeli hingga Berangkat Haji, Penjual Bakso Legend Bundaran Mandonga Kendari Kini Terpinggirkan Zaman
Tim Telisik, telisik indonesia
Minggu, 21 September 2025
0 dilihat
Seorang penjual tampak berdiri di balik gerobak sambil menunggu pembeli. Di sekitar warung terdapat meja dan bangku kayu untuk tempat makan, memberikan suasana sederhana namun nyaman bagi pengunjung. Foto: Haikal Hermawan saputra/Telisik
" Di tengah hiruk pikuk kota Kendari, sosok penjual bakso tua di Bundaran Mandonga perlahan kehilangan pamornya. Selama lebih dari 30 tahun, Jamaludi dikenal sebagai penjual bakso yang setia menggeluti pekerjaannya, meski kini penghasilannya tidak lagi seperti dulu "

KENDARI, TELISIK.ID – Di tengah hiruk pikuk kota Kendari, sosok penjual bakso tua di Bundaran Mandonga perlahan kehilangan pamornya. Selama lebih dari 30 tahun, Jamaludi dikenal sebagai penjual bakso yang setia menggeluti pekerjaannya, meski kini penghasilannya tidak lagi seperti dulu.
Jamaludi yang kini berusia 70 tahun tinggal di Jalan Taman Surapati, Kelurahan Mandonga. Setiap hari ia memulai aktivitasnya sejak pukul 08.00 Wita pagi hingga lewat tengah malam.
Dari gerobaknya yang sederhana, ia berusaha menafkahi keluarga serta membiayai kebutuhan lima anaknya.
Baca Juga: 19 Tahun Ditinggal Suami saat Hamil, Ibu di Kendari Bertahan Hidupi Anak dari Jualan Es Kelapa
“Kalau sehat, saya tetap jualan, tapi kalau sakit pasti pemasukan berhenti,” ungkapnya, Minggu (21/9/2025).
Dulu, Jamaludi sering terlihat menjajakan dagangannya di kawasan MTQ Kendari. Seiring waktu, ia memindahkan lokasi berjualan ke Bundaran Mandonga.
Meski kawasan itu ramai dilalui masyarakat, persaingan kuliner yang semakin beragam membuat dagangannya tidak lagi seramai dahulu. Ia mengaku, saat ini pendapatan hariannya rata-rata hanya sekitar Rp 100.000, berbeda jauh dibanding beberapa tahun lalu yang bisa mencapai Rp 500.000.
“Sekarang orang banyak pesan makanan lewat aplikasi, jadi jualan seperti ini semakin sepi,” jelasnya.
Namun, di balik keterbatasan itu, Jamaludi tetap menyimpan rasa syukur. Hasil kerja kerasnya selama puluhan tahun bahkan membawanya bisa berangkat menunaikan ibadah haji.
“Saya bersyukur, bisa sampai ke tanah suci. Semua dari hasil keringat sendiri, ditambah bantuan anak-anak,” ucapnya.
Baca Juga: Kisah Arip, Ayah Tiga Anak di Kendari yang Bertahan Hidup Lewat Siomai
Perjalanan panjang Jamaludi sebagai penjual bakso memberi gambaran betapa beratnya perjuangan pedagang kecil mempertahankan usahanya. Meski penghasilan kini jauh dari cukup, ia bertekad terus bertahan demi keluarganya.
“Saya hanya berharap diberi kesehatan, supaya bisa terus berjualan,” katanya pelan.
Kisah Jamaludi menjadi cerminan tentang keteguhan hati seorang pedagang sederhana yang tetap berdiri meski pamornya mulai pudar di tengah gempuran zaman.
Penulis: Haikal Hermawan Saputra
Editor: Ahmad Jaelani
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS