Fasilitas Terbatas, Pesantren Darul Mukhlasin As Saniy Muna Barat Terus Cetak Penghafal Al-Qur'an

Putri Wulandari

Reporter Muna Barat

Rabu, 15 Januari 2025  /  6:11 pm

Proses wisuda sugro bagi santri di pondok pesantren Darul Mukhlasin As Saniy. Foto: Putri Wulandari/Telisik

MUNA BARAT, TELISIK.ID – Di tengah keterbatasan fasilitas, Pesantren Darul Mukhlasin As Saniy di Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara, berkomitmen untuk mencetak santriwati unggul dalam ilmu agama, terutama dalam bidang hafalan Al-Qur’an.

Pesantren ini telah melaksanakan wisuda sugro, yang khusus diadakan untuk santri yang telah menghafal satu juz Al-Qur’an. Wisuda dilaksanakan di semester pertama setiap tahun.

“Dengan wisuda ini, orang tua dapat melihat kemampuan anak-anak mereka dalam menghafal Al-Qur’an dan berharap mereka semakin semangat untuk melanjutkan hafalan,” ujar Pembina Pesantren Darul Mukhlasin As Saniy, Ustad Jamaludin, Rabu (15/1/2025).

Baca Juga: Pengoperasian Perpustakaan Buton Selatan Bernilai Rp 10 Miliar Terkendala Akses Jalan dan Listrik

Sebanyak 15 santriwati mengikuti wisuda sugro pada tahun ini, sementara 13 santriwati baru yang masuk pada tahun 2025 sedang fokus mengejar hafalan Al-Qur’an.

Sebelumnya, pesantren juga telah mengadakan wisuda kubro, namun beberapa santri belum mencapai target hafalan yang ditentukan sehingga dilakukan dua kali wisuda.

Pesantren ini menerima santri dari berbagai jenjang, mulai dari SD hingga SMA. Saat ini, jumlah santri Pesantren Darul Mukhlasin As Saniy tercatat sebanyak 66 laki-laki dan 26 perempuan.

Dalam interaksi mereka, para santri diwajibkan untuk berbicara menggunakan bahasa Arab. Program pembelajaran lebih difokuskan pada hafalan Al-Qur;an, meskipun pengetahuan umum juga diberikan dalam porsi terbatas.

Menurut Ustad Jamaludin, calon santri harus melalui proses pendaftaran dan menyetujui pernyataan yang berisi persyaratan dan ketentuan yang berlaku di pesantren.

Aturan ini diberlakukan untuk melindungi santri maupun pengelola pesantren, mengingat sistem pendidikan yang berbeda dengan pendidikan umum di luar pesantren.

Ustad Jamalaudin tak menampik kalau pesantren ini masih menghadapi keterbatasan fasilitas. Gedung yang digunakan untuk belajar masih memanfaatkan masjid yang dipisah dengan sekat-sekat.

Asrama santri juga hanya terdiri dari tiga ruangan, sementara kondisi jalan menuju pesantren masih berupa tanah berlumpur yang menyulitkan kendaraan, terutama saat musim hujan.

Baca Juga: Kapal Nelayan Mati Mesin dan Terombang-ambing 2 Jam di Perairan Kaledupa

Selain itu, jembatan kayu yang menghubungkan pesantren dengan desa sekitar juga dalam kondisi sangat memprihatinkan. Beberapa papan jembatan sudah patah dan berbahaya untuk dilalui.

Pihak pesantren berharap pemerintah daerah memberikan perhatian lebih terhadap perbaikan infrastruktur, khususnya jalan dan jembatan yang rusak, agar kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan lebih lancar dan mobilitas santri tidak terhambat.

“Dengan fasilitas yang memadai, kami yakin pesantren ini dapat memberikan pendidikan yang lebih baik dan mencetak generasi muda yang berprestasi di Muna Barat,” kata Ustad Jamaludin. (C)

Penulis: Putri Wulandari

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

TOPICS