Israel Tahan Bantuan, Warga Gaza Terancam Kelaparan dan Penyakit Menular

Nur Khumairah Sholeha Hasan

reporter

Jumat, 10 November 2023  /  9:14 pm

Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza kekurangan makanan dan menghadapi malnutrisi. Foto: Medcom.id

GAZA, TELISIK.ID - Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza kekurangan makanan dan menghadapi malnutrisi. Program Pangan Dunia (WFP) mengungkapkan, hal ini terjadi setelah selama sebulan pengepungan Israel yang menghancurkan wilayah kantong Palestina itu.

Para pejabat PBB mengatakan, pasokan yang masuk ke Gaza tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk.

“Sebelum 7 Oktober, 33 persen penduduk berada dalam kondisi rawan pangan,” kata Kyung-nan Park, direktur keadaan darurat Program Pangan Dunia PBB (WFP) dilansir dari Medcom.id.

Pengumuman ini datang setelah Gaza mengalami krisis pangan karena ratusan truk yang membawa bantuan internasional terhenti di Sinai Utara, Mesir, karena militer Israel tidak mengizinkannya melewati zona pertempuran di wilayah Jalur Gaza.

Baca Juga: Area Rumah Sakit Indonesia di Gaza Dibom, 20 Warga Tewas

Selain itu, dampak dari pembatasan yang diterapkan oleh Israel, 89 toko roti di Kota Gaza dan Gaza utara tidak dapat lagi mendistribusikan makanan kepada sekitar 1,7 juta pengungsi selama beberapa hari terakhir.

"Akses terhadap makanan pokok telah menjadi tantangan yang semakin meningkat di Gaza," lapor Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) dilansir dari Tribunpalu.com.

Meski Israel bersikukuh tindakan dilakukan untuk melumpuhkan kekuatan militan Hamas, namun akibat aksi pemblokiran akses pangan, warga Palestina kini terancam mengalami krisis bahan pangan. Badan Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Med bahkan menggambarkan situasi yang tengah terjadi di Gaza sebagai perang kelaparan.

Tindakan pemblokiran seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan Israel, sebelumnya jutaan masyarakat Palestina terpaksa hidup tanpa pasokan air dan listrik selama berhari-hari, usai Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memerintahkan perusahaan listrik milik negaranya untuk menghentikan pasokan ke Jalur Gaza.

Imbas masalah tersebut, Penasihat strategis Komite Internasional Palang Merah, Michael Talhami, mengungkapkan bahwa warga Gaza saat ini diintai berbagai penyakit menular seperti kolera, diare, hepatitis A, dan tifus sebagai akibat dari aksi yang tidak berperikemanusiaan tersebut.

Sejak dibukanya kembali penyeberangan Rafah di perbatasan Gaza dengan Mesir untuk kargo kemanusiaan pada 21 Oktober, jumlah rata-rata harian truk yang menyeberang ke Gaza kurang dari 19 persen dibandingkan sebelum konflik.

Baca Juga: Ini Perbandingan Harga Senjata Bom Israel dan Roket Hamas

“Saat ini kami memasukkan 40 hingga 50 truk. Hanya untuk bantuan pangan WFP, kami memerlukan 100 truk setiap hari untuk dapat menyediakan makanan kemanusiaan yang berarti bagi masyarakat di Gaza,” kata Kyung-nan tentang WFP.

Kyung-nan mengatakan, anggota staf WFP di Gaza sendiri tidak punya cukup makanan. WFP dulu bekerja sama dengan lebih dari 23 toko roti di wilayah padat penduduk, namun hanya satu yang masih berfungsi karena kekurangan bahan bakar dan pasokan.

“Ada cerita orang-orang pergi ke sana, mengantri selama sepuluh hari dan pulang dengan tangan kosong. Ini cukup serius,” pungkasnya. (C)

Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS