JKN Dampingi Hikma Jalani Cuci Darah Akibat Gagal Ginjal

Sigit Purnomo

Reporter

Jumat, 07 Maret 2025  /  2:09 pm

Kisah Hikma (36) yang merasa terbantu berkat program JKN yang harus melakukan cuci darah akibat gagal ginjal. Foto: Ist.

KENDARI, TELISIK.ID - Hikma (36), telah menjalani cuci darah selama lima tahun terakhir akibat gagal ginjal yang dideritanya. Awalnya, ia tidak menyangka bahwa di usia 31 tahun sudah harus menjalani prosedur medis tersebut secara rutin.

Namun, berkat Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), seluruh biaya pengobatannya tertutupi, sehingga ia bisa terus berjuang melawan penyakitnya tanpa beban biaya tambahan.

"Awalnya saya merasakan lemas, sakit pinggang yang tidak tertahankan, dan sering mual. Saya akhirnya dirujuk ke dokter spesialis untuk mendapatkan diagnosis yang lebih akurat, saat itu saya sangat terkejut ketika divonis gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah secara rutin," ujar Hikma.

Pola hidupnya di masa lalu menjadi salah satu faktor yang diduga berkontribusi pada penyakitnya. Hikma mengakui bahwa ia sering mengonsumsi minuman kemasan dan jarang minum air mineral, kebiasaan ini berlangsung bertahun-tahun hingga akhirnya tubuhnya memberikan sinyal peringatan.

“Saya dulu setiap habis makan pasti minum minuman kemasan dan sangat jarang mengonsumsi air mineral. Saya tidak menyangka kebiasaan itu bisa berdampak besar pada kesehatan saya,” kenangnya.

Kini, Hikma menjalani cuci darah sebanyak dua kali seminggu. Sebagai peserta JKN segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU), ia rutin membayar iuran bulanan untuk memastikan dirinya tetap mendapatkan akses layanan kesehatan yang dibutuhkan.

Baca Juga: Awalia Terbantu JKN Lawan Lupus dan Gagal Ginjal

“Saya sangat bersyukur karena selama lima tahun menjalani cuci darah, semuanya ditanggung oleh Program JKN. Dengan iuran yang saya bayarkan setiap bulan, manfaat yang saya terima jauh lebih besar dibandingkan biaya yang harus saya keluarkan sendiri jika tidak ada JKN,” ungkapnya.

Sebelum sakit, Hikma mengabdikan dirinya sebagai Tenaga Kesehatan dalam Program Nusantara Sehat dan pernah ditempatkan di Puskesmas Tolala, Kolaka Utara. Pengalaman itu membuatnya semakin memahami betapa pentingnya akses layanan kesehatan bagi masyarakat, terutama di daerah yang jauh dari fasilitas medis.

Selain kemudahan dalam pembiayaan, Hikma juga merasakan manfaat dari inovasi yang diterapkan dalam layanan kesehatan, seperti sistem antrean online pada Aplikasi Mobile JKN. Dengan fitur ini, ia tidak perlu mengantre lama saat berkunjung ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) untuk mendapatkan rujukan.

“Saya selalu menggunakan antrean online pada Aplikasi Mobile JKN, sangat membantu karena memangkas waktu tunggu. Saya bisa tahu kapan giliran saya dilayani tanpa harus datang terlalu pagi dan antre lama,” katanya.

Hikma mengakui bahwa selama lima tahun ini, ia tidak pernah mengalami kendala dalam mendapatkan layanan kesehatan. Proses rujukan pun selalu berjalan lancar, membuatnya semakin percaya pada sistem yang diterapkan oleh Program JKN.

“Banyak kemudahan yang diberikan melalui inovasi dari Program JKN ini, pelayanannya semakin baik dan semakin memudahkan peserta seperti saya,” tambahnya.

Ia berharap agar Program JKN tetap berjalan dan terus berkembang untuk membantu masyarakat Indonesia mendapatkan akses kesehatan yang lebih baik. Menurutnya, keberlangsungan program ini sangat penting bagi banyak orang yang membutuhkan perawatan medis secara rutin.

Baca Juga: Kisah Idayatin Seorang ASN di Kota Kendari Rasakan Manfaat Program JKN

“Semoga ke depannya Program JKN ini tetap ada untuk membantu masyarakat Indonesia. Saya juga berharap iuran tetap terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat agar semakin banyak yang bisa merasakan manfaatnya seperti saya,” tutup Hikma.

Keberadaan Program JKN telah memberikan harapan baru bagi banyak peserta yang membutuhkan layanan kesehatan berkelanjutan.

Dengan berbagai inovasi dan peningkatan kualitas layanan, program ini terus berupaya memastikan bahwa setiap peserta mendapatkan perawatan terbaik tanpa harus terbebani oleh biaya pengobatan yang mahal. (D)

Penulis: Sigit Purnomo

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

TOPICS