Kendari Undercover: Cerita Mahasiswi Hilang Kehormatan 6 Tahun Pacaran dan Dijadikan ATM Berjalan
Reporter
Minggu, 24 Agustus 2025 / 1:50 pm
Hubungan enam tahun berubah pahit, mahasiswi dengan nama samaran, Sera dimanfaatkan finansial dan kehilangan kehormatan. Foto: iStockphoto
KENDARI, TELISIK.ID - Enam tahun pacaran seharusnya menjadi modal kuat untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Namun bagi seorang mahasiswi, kenyataan yang ia hadapi justru sebaliknya.
Hubungan panjang yang ia jalin sejak SMA berubah menjadi sumber luka mendalam, setelah kepercayaan dan pengorbanannya tidak dibalas dengan keseriusan.
Mahasiswi berusia 24 tahun itu, Sera (nama samaran), kini duduk di semester akhir di salah satu perguruan tinggi di Kota Kendari. Di balik penampilannya yang sederhana dan wajah yang menyimpan senyum ramah, tersimpan cerita getir yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Kisah ini bermula ketika ia dan kekasihnya memutuskan berpacaran saat duduk di kelas 3 SMA di salah satu daerah Sulawesi Tenggara. Pertemuan keduanya terjadi di sebuah acara sekolah. Dari sekadar saling mengenal, hubungan mereka berkembang menjadi asmara yang tampak solid.
Sera yang saat itu masih remaja menaruh harapan besar terhadap sang kekasih. Ia membayangkan, setelah lulus kuliah nanti, mereka akan melangsungkan pernikahan sesuai janji yang sudah sering terucap.
“Sudah komitmen mau menikah, tapi belum menikah saja sudah begitu sifatnya,” kenang Sera saat ditemui telisik.id di kosan miliknya, Kamis (21/8/2025) malam.
Baca Juga: Perjalanan Spiritual Manami Ono: Nilai-Nilai Islam Selaras dengan Etika Jepang
Selama bertahun-tahun, hubungan itu dijalani dengan penuh pengorbanan. Sera mengaku banyak memberikan toleransi demi mempertahankan cinta yang ia kira tulus. Namun, sikap sang pacar perlahan berubah.
Alih-alih berjuang bersama, pria itu justru kerap meminta uang dan mengandalkan Sera untuk berbagai kebutuhan.
Sera bercerita bahwa sebagian besar kebutuhan kos, bahkan pengeluaran sehari-hari pacarnya, sering ia tanggung sendiri. Padahal, ia hanya seorang mahasiswi yang hidup dari uang kiriman orang tua.
“Namanya juga cinta, semuanya saya sudah kasih, kospun hampir sama terus. Itu pun saya juga yang bayar,” ungkapnya.
Menurutnya, sang pacar jarang berusaha mencari penghasilan sendiri. Hampir setiap kali mereka bertemu, permintaan uang atau bantuan finansial selalu muncul. Sera pun mulai merasa dirinya bukan lagi pasangan, tetapi sekadar sumber uang berjalan.
“Tidak tahan dengan sifatnya, saya dimanfaatkan saja. Tidak ada usahanya cari uang,” ujarnya tegas.
Bukan hanya secara finansial, Sera juga mengaku memberikan sesuatu yang lebih berharga: kehormatannya. Ia mengaku menyerahkan segalanya atas dasar cinta dan kepercayaan, berharap suatu saat mereka menikah. Namun hal itu justru menjadi luka yang sulit ia lupakan.
“Bodohnya saya, rela saya kasihkan kehormatanku. Tidak gampang move on juga sih, mending saya lepas memang ini kekekangan,” ucapnya lirih dengan mata berkaca-kaca.
Ia menambahkan bahwa permintaan sang pacar untuk “selalu bersama” bukan hanya sekali terjadi. Hampir setiap pertemuan berujung pada hal yang sama, dan Sera yang kala itu diliputi rasa cinta, mengalah demi menjaga hubungan.
Setelah bertahun-tahun berjuang, Sera akhirnya memutuskan mengakhiri hubungan. Keputusan ini tidak datang tiba-tiba. Ia mengaku sudah mencoba bertahan, berharap ada perubahan. Namun, sifat pasif sang pacar dan ketergantungan finansial membuatnya lelah.
“Apa yang saya mau harap dari laki-laki begitu,” katanya. Kini, semua kontak sang mantan sudah ia blokir. “Saya masih sering dihubungi, tapi semua kontak dengan medsosnya saya blokir,” tambahnya.
Baca Juga: Kendari Undercover: Nasib Apes Pria Tergoda Foto Seksi di MeChat, Malah Kena Tipu PSK
Langkah ini menjadi titik balik bagi Sera. Ia memilih fokus pada pendidikan dan mempersiapkan karier, meninggalkan masa lalu yang menyakitkan.
“Saya kurang fokus lagi sama namanya cinta, fokus meniti karir. Entah apa yang terjadi ke depannya,” ungkapnya.
Sera mengakui, enam tahun yang ia lalui bukan sekadar waktu yang sia-sia, tetapi juga pelajaran berharga. Ia berharap perempuan lain tidak terjebak dalam situasi serupa, di mana cinta dijadikan alasan untuk menoleransi perlakuan yang merugikan diri sendiri. (A)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS