Proyek Otak Manusia Buatan Ilmuwan Bikin Dunia Ketakutan
Content Creator
Sabtu, 18 Oktober 2025 / 6:38 pm
Otak manusia buatan ilmuwan bikin ketakutan. Foto: Repro Getty Images
JAKARTA, TELISIK.ID - Kemajuan pesat dalam bidang neuroscience dan kecerdasan buatan (AI) telah membawa umat manusia ke ambang era baru dengan penciptaan "otak manusia buatan" melalui simulasi digital dan organoid berbasis sel punca.
Proyek-proyek seperti Human Brain Project (HBP) Eropa yang telah berakhir pada 2023, BRAIN Initiative AS yang memasuki visi BRAIN 2025, serta inisiatif swasta seperti Neuralink milik Elon Musk, kini menjadi pusat perdebatan global.
Namun, di balik janji revolusi medis dan peningkatan kecerdasan, muncul ketakutan mendalam bahwa teknologi ini bisa disalahgunakan untuk manipulasi pikiran, senjata biologis, atau bahkan menciptakan entitas sadar yang mengancam kemanusiaan.
Proyek ini bertujuan mereplikasi struktur otak manusia dengan sekitar 86 miliar neuron dalam bentuk digital atau biologis.
Misalnya, para ilmuwan telah berhasil membuat peta 3D otak tikus yang mendetail, mencakup 84.000 neuron, sebagai langkah menuju simulasi otak manusia penuh, seperti dilansir dari cnnindonesia.com, Sabtu (18/10/2025).
Di sisi lain, organoid intelligence otak mini yang ditumbuhkan dari sel punca manusia telah menunjukkan gelombang otak mirip bayi prematur dan berpotensi digunakan sebagai bioprocessor untuk komputer super.
"Ini bukan lagi fiksi ilmiah; kita sedang membangun otak buatan yang bisa belajar dan berpikir," kata seorang pakar AI dalam konferensi terbaru.
Kemajuan Teknologi yang Mengagumkan
HBP, yang didanai €1 miliar oleh Uni Eropa, telah membuka jalan bagi EBRAINS, infrastruktur riset otak digital yang terus berkembang.
Di AS, BRAIN Initiative fokus pada pemahaman otak untuk mengatasi penyakit seperti Alzheimer, dengan visi hingga 2025 yang menekankan integrasi AI.
Neuralink telah mengimplan chip otak pada pasien manusia, memungkinkan kontrol perangkat dengan pikiran, sementara proyek China Brain Project mengejar simulasi serupa.
Terobosan terbaru termasuk anak "AI-native" dengan antarmuka otak-komputer (BCI) sejak lahir, yang diklaim bisa membuka "super intelligence".
Namun, kemajuan ini tak lepas dari risiko. Para peneliti telah memetakan 92 persen impuls saraf dari umpan balik pasien, memicu spekulasi tentang pola "nonmanusia" yang muncul.
Di militer, tuduhan muncul bahwa chip nano-otak digunakan untuk kontrol sipil melalui gelombang radio, mengubah manusia menjadi "boneka digital".
Ketakutan Etika dan Penyalahgunaan
Kekhawatiran utama adalah "dual use"—teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan militer atau manipulasi.
Dr. Gordon MacDonald pernah memperingatkan bahwa ini bisa menjadi alat manipulasi psikologis skala global, mengganggu kognisi dan memprovokasi perilaku erratic.
Laporan terbaru menunjukkan mayoritas warga AS khawatir AI akan lebih banyak merugikan daripada menguntungkan pada 2035, termasuk erosi empati dan identitas, seperti dilansir dari wral.com, Sabtu (18/10/2025).
Baca Juga: SMAN 2 Kendari jadi Lokasi Penyerahan Seragam Sekolah Gratis Pertama
Pakar psikologi juga menyuarakan dampak AI generatif pada pikiran manusia, seperti penurunan pemikiran kritis akibat ketergantungan pada chatbot.
Isu etika HBP mencakup privasi data, bias AI, akses terbatas, dan kurangnya transparansi dalam riset otak.
"Apa jadinya jika otak buatan ini 'bangun' dan menganggap manusia sebagai ancaman?" tanya Yoshua Bengio, peraih Turing Award, mengkhawatirkan AI yang mendesain patogen mematikan.
Kritikus seperti yang terlibat dalam HBP juga menyoroti kegagalan masa lalu, di mana janji berlebihan menyebabkan boikot ilmuwan. (C)
Penulis: Merdiyanto
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS