Suami Sudah Renta, Ibu Ini Rela Jadi Pemulung di Rantau Demi Sekolah Anak
Reporter
Senin, 23 Mei 2022 / 8:04 am
KENDARI, TELISIK.ID - Agar dapat memenuhi biaya sekolah anaknya, Siti Aminah rela meninggalkan kampung halaman yang berada di Kecamatan Baito, Kabupaten Konawe Selatan.
Siti aminah rela merantau ke Kota Kendari demi menyekolahkan anaknya, karena dia tahu betul pentingnya pendidikan, meski ia harus memulung.
Di Kota Kendari, ibu berusia 51 tahun itu tinggal bersama seorang saudaranya yang juga bekerja sebagai pemulung.
Sebelumnya, Siti Aminah bekerja sebagai buruh kebun dan sawah di kampung halamannya. Namun karena merasa upah yang diperoleh tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya, ia memutuskan mengikuti saudaranya bekerja di Kendari.
Suaminya yang sudah renta, sudah tidak dapat lagi bekerja berat. Hal ini membuat Siti Aminah harus tegar dan mengambil risiko mencari nafkah sendiri untuk membiayai sekolah anak-anaknya.
Baca Juga: Dirundung Derita, Seorang Ayah di Kolaka Pernah Berniat Akhiri Hidup Anak-anaknya
Siti Aminah memiliki 4 orang anak, semua anaknya berhasil ia sekolahkan hingga ke jenjang Sekolah Menengah Atas. Semua itu adalah hasil tetesan keringat Siti Aminah yang harus membanting tulang semata-mata demi pendidikan anaknya.
Anak Siti Aminah tinggal bersama suaminya di kampung. Tiap bulan Siti Aminah mengirim sebagian uang yang dia peroleh dari hasil memulung ke keluarganya di kampung.
Walaupun hasil yang didapatnya tergolong pas-pasan, namun ia tetap bersyukur. Hasil memulung yang tidak menentu, terkadang bisa lebih dari Rp 1 juta, namun bisa juga di bawahnya, semua itu tergantung dari kesanggupan Siti Aminah mencari sampah plastik bekas.
"Namanya juga mulung dek, kalau tidak jalan yah tidak dapat uang," ujar Siti Aminah dengan senyum ringan dan keringat yang mengucur di wajahnya karena tersengat terik sinar matahari, Minggu (22/5/2022).
Baca Juga: Kenaikan Harga Minyak Goreng Buat Ibu Ini Beralih jadi Pemulung
Meskipun terkadang ia merasa capek dan lelah saat harus berkeliling dari tempat sampah yang satu ke tempat sampah lainnya dengan berjalan kaki, ia tetap sabar dan tersenyum. Semua itu dilakukannya agar kebutuhan pendidikan anaknya dapat terpenuhi. (A)
Penulis: Ridho Syafarullah
Editor: Haerani Hambali