Sulawesi Tenggara Surga Energi Terbarukan di Indonesia
Reporter
Selasa, 05 September 2023 / 10:21 am
KENDARI, TELISIK.ID - Setelah lama tak berfungsi, mesin Mobil Toyota type 2F tahun 1978 yang direkayasa menjadi mesin genset berbahan bakar gas metan, berhasil dibunyikan kembali oleh petugas Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Kendari.
Hal itu terjadi saat kunjungan Kementerian Dalam Negeri bersama perwakilan Bank Dunia terkait Program Peningkatan Penyediaan Layanan Lokal atau Local Service Delivery Improvement Project (LSDP) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Puuwatu, Senin (28/8/2023).
Untuk bisa menghasilkan listrik, mesin itu ditambah sebuah dinamo. Alhasil, sebuah mesin genset dengan kekuatan 25 Kva berhasil mereka buat, dan bisa melayani listrik warga di kampung mandiri energi. Bahkan saat itu, DLHK Kota Kendari berhasil menambah satu unit genset dengan merekayasa mesin mobil jenis Toyota Kijang tahun 1983. Mesin itu dipasangi dinamo dan bisa menghasilkan listrik 40 Kva.
Mesin yang sempat mengantarkan Kota Kendari meraih penghargaan Energi Prabawa dari Kementerian ESDM tahun 2015 ini, dulunya digunakan untuk mengalirkan listrik dari TPA Puuwatu ke 122 rumah warga pemulung dan petugas kebersihan di kawasan TPA yang belum teraliri listrik PLN.
Konsep yang dijalankan ini, ingin dikembalikan oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Kendari Asmawa Tosepu. Untuk mengembalikan kenangan itu, saat ini Pemerintah Kota Kendari telah melakukan sejumlah hal, dimulai dengan menata kembali instalasi gas metan yang ada. Bahkan untuk tahap awal, DLHK akan menggunakan sumber listrik gas metan untuk menerangi kawasan TPA sehingga bisa membantu mereka saat bekerja di malam hari.
Untuk pengelolaan TPA yang lebih baik, tahun 2023 ini Pemerintah Kota Kendari melalui program LSDP mendapat bantuan dana dari Bank Dunia sekira Rp 80 miliar untuk membuat Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST).
Baca Juga: Diperkirakan Bakal Overload, DLHK Kendari Siapkan Solusi untuk TPA Puuwatu
“Untuk pengembangan TPST, TPA Puuwatu telah tersedia kurang lebih 1,6 hektare luasannya dengan sertifikat milik Pemerintah Kota Kendari,” ungkap Asmawa.
Tak hanya sumber energi terbarukan skala kecil di TPA Puuwatu, Kota Kendari juga menjadi salah satu lokasi kawasan industri yang masuk Proyek Strategis Nasional (PSN). Pabrik baterai listrik itu, berlokasi di Kecamatan Abeli dan Kecamatan Nambo. Kawasan Industri Kendari itu rencananya akan menggunakan lahan seluas 1.329 hektare.
Terkait PSN itu, Pemkot Kendari bekerja sama dengan PT Kendari Kawasan Industri Terpadu (KKIT) yang merupakan penerima mandat pelaksanaan PSN dalam pengembangan kawasan industri ini. 14 April 2022 lalu, PT KKIT menandatangani nota kesepahaman (MoU) Signing Framework Agreement dengan China Construction Third Engineering Bureau Group. Investasi diproyeksikan sekira 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14 triliun.
Komisaris Utama PT Kendari Kawasan Industri Terpadu, Herry Asiku menjelaskan, kawasan industri ini memiliki lahan seluas 1.700 hektare di Kecamatan Abeli, Kendari. Meski begitu, di tahap awal ini, baru 400 hektare kawasan yang akan dikelola, khususnya pembangunan pabrik kimia pengolahan nikel. Industri turunan pengolahan nikel ini akan menghasilkan sejumlah macam produk, seperti mangan, sulfat, dan bubuk nikel. Bahan tersebut merupakan bahan baku pembuatan baterai litium yang merupakan sumber energi mayoritas mobil listrik.
”Seperti kita tahu, Kendari dikelilingi wilayah kaya nikel dengan ratusan juta ton cadangan nikel. Ini yang ingin kami kembangkan agar memberi nilai tambah bagi banyak pihak,” katanya.
Pembebasan lahan hingga pengurusan perizinan pembangunan kawasan industri ini ditargetkan rampung tahun 2023 ini dan beroperasi tahun 2024.
Selain di Kota Kendari, PSN pengembangan sumber energi terbarukan di Provinsi Sulawesi Tenggara juga terdapat di Kabupaten Kolaka. Industri strategis di kawasan Pomalaa ini adalah smelter nikel berbasis High-Pressure Acid Leaching (HPAL). Smelter tersebut adalah milik PT Vale Indonesia yang bekerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited (Huayou) melalui Kolaka Nikel Indonesia atau KNI.
Ground breaking pembangunan kawasan industri Pomalaa atau Pomalaa Industri Park, dilakukan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi atau Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, 27 November 2022. Investasi proyek ini mencapai Rp 67,5 triliun (US45 miliar). Smelter tersebut ditargetkan rampung dan mulai beroperasi pada tahun 2025.
Jika beroperasi nanti, smelter akan memproses biji nikel limonit menggunakan teknologi HPAL dari Hoayou. Produk yang dihasilkan selanjutnya dapat diolah menjadi bahan utama baterai mobil listrik berupa mixed hydroxide precipitate (MHP), dengan target produksi 120 ribu metrik ton nikel dan sekitar 15 ribu ton kobalt yang terkandung dalam produk MHP.
Teranyar, di Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara, akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau angin (PLTB) berkapasitas 850 megawatt (MW). Proyek ini merupakan kerja sama dengan PT Envision Green Energy Indonesia (PT EGEI). Jika pembangkit listrik ini beroperasi, maka inilah pembangkit komersial yang terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, sebab PLTB di Mattiro Tasi Kabupaten Sidrap berkapasitas 70 megawatt (MW) dan PLTB Tolo Jeneponto sebesar 60 MW.
Jika PLTB ini beroperasi, rasio elektrifikasi di Kabupaten Bombana bisa mencapai 99 persen. Kapasitas daya sebesar 850 MW di tahap pertama dengan jumlah 170 turbin itu mampu menghasilkan listrik per tahun sebesar 2.163.426 MWh. Kemudian di tahap kedua, akan dibangun 161 turbin dengan model EN 200-5.0-120 dengan produksi listrik per tahun sebanyak 2.049.816 MWh.
Untuk membangun PLTB itu, PT EGEI menginvestasikan sedikitnya Rp 12,75 triliun di tahap pertama dan Rp 12 triliun di tahap kedua, sehingga total investasi yang digelontorkan sebesar Rp 28,8 triliun. Kerja sama investasi itu telah diteken Pj Bupati Bombana Burhanuddin dengan General Manager Indonesian Representative Office PT EGEI, Miny Liu, didampingi SouthEast Area Representative Office Project Manager, Christian Permana pada 27 Juli 2023 di kantor Bupati Bombana.
Sebelum penandatanganan MoU itu, di Jakarta telah berlangsung pertemuan antara Pj Bupati dengan Miny Liu dan staf serta Christian Permana dan staf. Dalam pertemuan itu, PT EGEI membeberkan maksud menginvestasi di Kabupaten Bombana di bidang energi listrik. Dijelaskan pula bahwa dari sejumlah riset yang dilakukan di beberapa daerah, hanya di Kecamatan Tontonunu yang memenuhi syarat kapasitas angin yang memungkinkan dibangun PLTB.
Baca Juga: Banyak Wilayah Tak Tersentuh Penyapu Jalan, DLHK Kendari Akan Tambah Personel
Menurut riset PT EGEI, Kecamatan Tontonunu memiliki kecepatan angin 6,27 meter/detik. Setelah dibandingkan hasil dari beberapa daerah, ternyata di Kecamatan Tontonunu paling potensial kecepatan anginnya. Saat pemasangan metmast tower setinggi 120 meter menunjukkan angka 6,27meter/detik. Estimasi letak turbin, satu turbin total kapasitas 850 MW, maka dalam setahun PLTB bisa memproduksi listrik sebesar 2.163.426 MWH.
Burhanuddin mengungkapkan, rencana pembangunan PLTB di Bombana patut untuk disambut dan didukung dengan baik. Terlebih rencana investasi pembangunan PLTB ini bakal memberi dampak yang baik bagi daerah, khususnya dalam memenuhi kebutuhan energi yang tentu akan bermuara pada peningkatan perekonomian.
“Dalam pertemuan dengan pihak PT. Envision Green Energy Indonesia ini, saya secara khusus menekankan agar dalam pembangunan PLTB ke depannya agar tidak meninggalkan unsur kearifan lokal yang selama ini menjadi identitas dan ciri khas Bombana,” ujar Pj Bupati Burhanuddin.
Rencana pengembangan dan pembangunan PLTB di Bombana dengan kapasitas kontrak 850 MW akan melakukan uji coba interkoneksi dengan jaringan PT. PLN (Persero) pembangkit yang berada di area Kecamatan Tontonunu.
“Selain memenuhi energi terbarukan bagi daerah, PLTB ini juga diyakini bakal meningkatkan perekonomian warga lokal. Selain itu, PLTB ini juga ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi ataupun kerusakan lingkungan,” ungkap Pj.Bupati Burhanuddin.
Selain PLTB, itu nantinya menjadi pusat edukasi tentang energi baru terbarukan bagi generasi muda, sehingga kesadaran menggunakan energi baru terbarukan semakin tinggi. (A)
Penulis: Sumarlin
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS