Tokoh dan Pimpinan Organisasi Perempuan Sulawesi Tenggara Angkat Bicara Terkait Hari Kartini

Erni Yanti

Reporter

Sabtu, 22 April 2023  /  11:31 am

Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Semasa hidupnya tiada henti menyuarakan soal kesetaraan dan memajukan pendidikan bagi perempuan. Foto: Repro Kompas.com

KENDARI, TELISIK.ID - Peringatan Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April, kali ini merujuk pada refleksi pemaknaan perjuangan kaum perempuan, atas kesamaan hak dan emansipasi yang membawa perempuan pada peradaban dan keadilan.

"Pemaknaan Hari Kartini harus kita jemput dengan metode refleksi perjuangan, sosok perempuan di tengah benturan kepentingan yang notabene kala itu didominasi kultur ketimuran Indonesia dengan budaya patriarki," ungkap Ketua Kornas Kohati Wa Ode Endia Verni.

Refleksi ini, kata dia, melampaui masa mengoneksikan masa lalu, masa kini dan masa depan. Menakar kesamaan hak harus seimbang, objektif dan subjektif serta rasional dan irasional.

Pada peringatan kali ini para tokoh perempuan banyak bicara terkait pendidikan dan kebebasan berpikir dan yang perlu dilakukan oleh para perempuan Indonesia.

"Hari Kartini mengingat kembali perjuangan perempuan tangguh dalam menegakkan hak, salah satunya hak pendidikan yang harus dimanfaatkan oleh perempuan saat ini, dengan sekolah setinggi-tingginya guna menolak fenomena terdahulu yang mencederai perjuangan," ungkap Ketua Kohati Gorontalo, Harita.

Baca Juga: Hari Kartini Momen Membangkitkan Semangat Perempuan

Sementara Ketua Kohati Cabang Kendari, Mifta Anugrah mengatakan, persamaan hak di segala bidang untuk kemerdekaan perempuan, mesti dipertahankan.

"Perempuan memperjuangkan hak independen dengan mengaktualisasikan keahlian," tutur Wa Ode Islamia Sidik, salah seorang guru di Kabupaten Wakatobi.

Baca Juga: Tak Sebatas Mengenang Jasanya, Hari Kartini Jadi Semangat Menyamakan Eksistensi

Terkait dari kesamaan hak dan kebebasan berpikir dari perempuan, ada hal urgen yang menjadi pembahasan tokoh perempuan kali ini. Yaitu mengenai pendidikan dan keberadaan dalam suatu lingkungan tempat ia mengasah kemamampuan diri.

"Peran dunia pendidikan itu tidak kecil untuk masa depan bangsa dan negara, tapi sangat intim untuk menentukan nasib. Selain itu perlindungan di dunia pendidikan, kesadaran masyarakat masih minim mengenai pentingnya ruang aman bagi perempuan," ungkap Reschi Nur Rasak, mantan Ketua Kopri PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia).

Dia menambahkan, kesadaran diri penting menjadi alarm untuk kita, karena regulasi sudah diatur namun tidak membawa rasa aman dan membuat jera para pelaku kekerasan seksual terhadap perempuan. (A)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS