Khutbah Lukman Abunawas Hari Raya Idul Adha 1445 H Bahas Shalat dan Haji
Erni Yanti, telisik indonesia
Senin, 17 Juni 2024
0 dilihat
Lukman Abunawas saat membawakan khutbah Idul Adha. Foto: Ist
" Ketua Dewan Masjid (DMI) Sulawesi Tenggara dan juga Bakal Calon Gubernur Sulawesi Tenggara, Lukman Abunawas melaksanakan sholat Idul Adha di Masjid Nur Hayati di Kabupaten Konawe "
KENDARI, TELISIK.ID - Ketua Dewan Masjid (DMI) Sulawesi Tenggara dan juga Bakal Calon Gubernur Sulawesi Tenggara, Lukman Abunawas melaksanakan sholat Idul Adha di Masjid Nur Hayati di Kabupaten Konawe.
Pada kesempatan tersebut, Lukman Abunawas juga turut menyampaikan khutbah Idul Adha.
Lukman menyampaikan dalam khutbahnya, takbir yang diucapkan bukan sekedar gerak bibir tanpa makna, tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman.
"Karena itu, melalui mimbar ini saya mengajak kepada kita sekalian, marilah kita tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah yang Maha Besar. Hempakkan jauh-jauh sifat keangkuhan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT," ucapnya.
Baca Juga: Selebgram Terkenal Pemilik Toko Tas Branded di Kendari Dibobol Maling, Kerugian Capai Puluhan Juta
Kemudian kata Lukman, Idul Adha bukan saja menghendaki agar manusia beribadah saja, akan tetapi juga dapat dilakukan dengan caraber kurban untuk dikonsumsi kaum dhuafa, tidak sebatas silaturahmi dan memaafkan orang, melainkan panggilan kebersamaan dan persatuan untuk mengokohkan ketuhanan yang dikenal dalam Alquran dengan istilah Millata Ibrahim.
Demikian pula dengan Shalat Idul Adha dapat dipahami pesan filosofis yang terdapat di dalamnya.
Shalat Idul Adha memiliki 7 kali takbirpada rakaat pertama dan 5 kali takbir pada rakaat kedua, sehingga jumlah keseluruhannya adalah 12 kali takbir.
Angka 12 ini menunjukan jumlah bulan di dalam setahun yang bermakna bahwa kita sebagai Muslim harus senantiasa bertakbir kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain secara terus menerus,tanpa mengenal ruang dan waktu.
Kemudian, pelaksanaan Shalat Idul Adha memiliki keterkaitan erat dengan ritual ibadah haji yang dilakukan oleh kaum muslimin. Ibadah Haji memiliki pesan-pesan moral yang menarik untuk dipahami.
Ibadah Haji merupakan ritual bernuansa Psiko-Feminis sekaligus ritual Psikotetri dan Ginekologis yang memperkenalkan proses prenatal manusia, yakni masa ketika bayi masih berada didalam kandungan ibu dan pascanatal, yakni ketika bayi setelah dilahirkan.
Adapun Pakaian Ihram yang berwarna putih merupakan simbol kesucian. Hal ini adalah isyarat bahwa bayi yang dilahirkan masih dalam keadaan suci, bersih tanpa noda, seperti pakaian ihram yang berwarna putih.
Ketika memakai pakaian ihram, jamaah haji tidak boleh mengenakan pakaian dalam. Sebagai suratan bahwa manusia sejak lahirnya tidak membawa sesuatu apapun, termasuk pakaian dibadan dan harta bendalainnya.
Sementara itu, Tawaf yang dilakukan dengan berputar mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali, merupakan suatu gambaran di mana bayi juga berputar sebanyak 7 kali selama 7 bulan, setelah 2 bulan sebelumnya ia menjadi janin di dalam kandungan ibunya.
Sa'i adalah berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan bukit Marwah, yang melukiskan peristiwa Ibunda Hajar bergerak dinamis mencari air untuk mengobati dahaga anaknya Ismail AS.
Hal ini menggambarkan keadaan bahwa bayi ketika berada dalam kandungan selalu bergeraksecara dinamis dan menangis setelah dilahirkan untuk segera disusui olehibunya agar terobati rasa hausnya.
Pada dinding Ka’bah terdapat pula Hajar Aswad, yakni batu hitam yang berbentuk bulat lonjong yang selalu ingin dihampiri setiap saatboleh para jamaah haji, baik laki-laki maupun perempuan.
Sementara itu, Melempar Jumrah adalah simbol doa dan ikhtiaryang dilakukan oleh ayah dan ibu agar anak yang dilahirkan adalah anak saleh/salehah yang kelak dapat melempar jauh-jauh kenistaan dan berharap sebaliknya mendapatkan rezeki, jodoh, dan kebaikan hidup dunia dan akhirat, serta menghiasi diri dengan sifat dan perilaku yang baik.
Sedangkan Tahallul adalah rukun haji, di mana para jamah calon haji wajib untuk menjatuhkan sebagian atau keseluruhan rambut yang ada dikepala.
Hal ini mengingatkan kembali pada peristiwa masa lalu, di mana bayi yang baru lahir harus diaqiqah, yaitu mencukur sebagian atau keseluruhan rambut bayi oleh tokoh agama atau tokoh adat.
Setelah itu diberikan nama dan disembelihkan kambing 2 ekor bila anaknya laki-laki dan 1 ekor bila anaknya perempuan. Dengan Tahallul ini, sesungguhnyasudah menitippesan kepada kita bahwa kita sudah pernah berkurban untuk yang pertama kalinya, yaitu ketika kita baru dilahirkan.
Namun kemudian harus dibuktikan secara hakiki pada saat Idul Adha tiba denganberkurban untuk yang kedua kalinya ketika kita sudah dewasa dan memiliki harta.
Baca Juga: Jasa Cabut Bulu Ayam di Kendari Raup Untung Saat Idul Adha
Selanjutnya para jamaah calon haji melaksanakan Wuquf, rukun haji yang bermakna berhenti atau diam sejenak, di manalautan manusia dari berbagai belahan dunia berkumpul pada satu tempatyang dinamai Arafah.
Hal ini merupakan simbol bahwa dari mana pun asal negara kita dan apapun suku bangsanya, masing-masing kita pasti tercipta dari sel sperma ayah dan sel ovum ibu kita yang berkumpul menjadi satu dan tumbuh berkembang didalam satu tempat/wadah yang disebut rahim/kandungan ibu.
Wuquf dikenal sebagai puncak ibadah haji danpelantikanuntuk menjadi seorang haji yang paripurna. Demikian pula dengan Mabitdiminadan Muzdalifah adalah kewajiban haji yang dilakukan dengan cara bermalam di wilayah Mina dan Muzdalifah.
Hal ini menggambarkan situasi bayi ketika berada dalam rahim ibunya seolah-olah ia berada pada keadaan malam yang gelap gulita, tanpa membuka matanya untuk melihat keadaan disekitarnya.
"Ibadah Haji dan ibadah Qurban merupakan bentuk penghargaan yang amat tinggi terhadap keberadaan perempuan dan proses kelahiran anak manusia didunia ini," tutupnya. (C-Adv)
Penulis: Erni Yanti
Editor: Fitrah Nugraha
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS