Tradisi Masyarakat Buton Muliakan 10 Muharram
Reporter Buton
Jumat, 20 Agustus 2021 / 10:30 am
BUTON, TELISIK.ID - Masyarakat Kabupaten Buton mempunyai tradisi unik dalam rangka memuliakan 10 Muharram. Tradisi yang hampir punah tersebut dikemas dalam sebuah ritual bertajuk "Pakande Ana-ana Maelu", yang dalam bahasa Indonesia berarti memberikan makanan kepada anak yatim.
Seperti diketahui, bulan Muharram dikenal sebagai salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam, sebab Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriah dan banyak negeri-negeri Islam memuliakan bulan tersebut dengan tradisi dan budayanya masing-masing.
Lakina Agama Masjid Agung Keraton Buton, Drs. H. LM Kariu mengatakan, tradisi tersebut sudah hampir punah. Harus disadari bahwa ritual dalam tradisi tersebut merupakan bentuk keprihatinan terhadap anak-anak yatim. Itu yang paling penting.
"Karena sesungguhnya anak-anak ini masih membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya tetapi nauzubillah mereka sudah ditinggalkan. Oleh karena itu, kewajiban kita sebagai umat muslim harus betul-betul membuka hati," ujarnya.
Bupati Buton Drs. La Bakry M.Si berterima kasih atas antusias serta kehadiran perangkat Masjid Agung Keraton Buton dan berharap agar apa yang dilakukan mendapatkan rida dari Allah SWT.
Baca juga: Dewan Pastikan Pekerjaan Fisik Perumahan Trans, Jalan dan Air Bersih Terealisasi
Baca juga: Rusak Parah, Warga Keluhkan Jalan Desanya di Konsel Mirip Sawah
"Tradisi ini memang sudah lama diadakan di Kesultanan Buton dan tahun ini kita memulai dengan rangkaian sederhana. Kita berharap hikmah dari acara tersebut bisa sampai kepada orang tua yang merasa mampu dan bisa dirasakan langsung anak anak yatim piatu agar diberi umur panjang, rezki yang halal dan keteguhan iman," ungkapnya.
Bupati Buton juga berharap agar semua masyarakat di Kepulauan Buton mulai dari Wakatobi, Bombana, Kabaena, Baubau, Buton, Buton Utara, Buton Tengah, untuk saling mendoakan sehingga Allah memberikan keberkahan.
"Pakande Ana-ana Maelu merupakan tradisi yang sangat mulia dan ini kewajiban yang harus kita laksanakan bersama. Sehingga anak-anak yatim tidak merasa terabaikan dan mereka merasa diperhatikan. Ini merupakan tradisi yang harus kita pertahankan," tuturnya.
Tradisi Pakande Ana-ana Maelu ini digelar karena tradisi tersebut sarat makna kemanusiaan yang hadir sejak 6 abad silam, atau sekitar tahun 1500-an, atau sejak masuknya Islam di Buton.
Untuk diketahui, ritual tersebut menghadirkan 44 anak yatim piatu yang berasal dari masing-masing desa dan kelurahan di Kabupaten Buton untuk mengikuti tradisi.
Dimulai dengan membasuh ubun-ubun anak anak yatim, dan memberikan makan serta memberi santunan kepada anak yatim yang mengandung makna mendoakan anak yatim piatu agar diberi umur panjang, rezeki yang halal dan keteguhan iman. (B)
Reporter: Iradat Kurniawan
Editor: Haerani Hambali