Vaksin Ini Diklaim Tangkal Penyakit Seksual Menular Paling Mematikan

Ahmad Jaelani

Reporter

Jumat, 17 Mei 2024  /  2:07 pm

Seorang dokter sedang memegang vaksin. Foto: Repro Istokckphoto

KENDARI, TELISIK.ID - Vaksin HPV kini hadir sebagai benteng utama melawan penyakit menular seksual yang paling mematikan, dengan kemampuan mencegah berbagai jenis kanker dan infeksi serius lainnya.

Vaksin ini melindungi tubuh manusia dari infeksi Human Papillomavirus (HPV). HPV merupakan kelompok lebih dari 200 virus, yang menyebar melalui kontak seksual langsung. Dua jenis virus HPV menyebabkan kutil kelamin, dan banyak dari jenis HPV dapat menyebabkan jenis kanker tertentu. Misalnya, kanker serviks, anal, orofaringeal, penis, vulva, dan vagina.

World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk memasukkan vaksinasi HPV dalam program imunisasi dasar. Vaksin ini membantu untuk mencegah dan menurunkan kejadian kanker genital, khususnya kanker serviks, meskipun tidak dapat mengobati infeksi HPV secara keseluruhan.

Bersumber dari halodoc.com, Vaksin HPV menjadi rekomendasi bagi anak laki-laki maupun perempuan yang memasuki masa remaja. Selain itu, orang dewasa yang belum pernah mendapatkan vaksinasi  atau baru menerima sebagian, sebaiknya juga melakukan vaksin.

Vaksin HPV adalah vaksinasi yang berupaya menghentikan penyakit yang terjadi karena virus HPV (Human Papillomavirus). Virus ini dapat menyebabkan kutil kelamin, anus, kanker vagina, kanker vulva, kanker serviks, dan kanker vagina pada wanita.

Sementara itu, pada pria, virus HPV dapat menyebabkan kutil penis, kanker anus, dan kanker penis. Kanker mulut dan tenggorokan juga terkait dengan beberapa jenis virus HPV. Dapat mencegah beberapa jenis kanker, seperti kanker serviks, vagina, vulva, anus, penis, mulut, dan tenggorokan.

Selain itu, mendapatkan vaksinasi ini juga membantu mencegah kutil kelamin. Kelompok usia yang bisa mendapatkan vaksin ini, yaitu anak-anak. Vaksin HPV akan bekerja lebih optimal apabila pemberiannya sebelum terkena virus HPV atau ketika masih usia anak dan belum berhubungan seksual secara aktif.

Baca Juga: Obat Ini Diklaim Bisa Cegah Penularan Penyakit Seksual Raja Singa

Inilah sebabnya, usia paling ideal untuk mendapatkan vaksin ini adalah mulai dari 9 sampai 14 tahun. Khusus untuk anak, pemberiannya sebanyak dua kali dengan interval antara 6 sampai 12 bulan. Remaja dan dewasa. Selanjutnya, pemberian vaksin pada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan atau belum menerima vaksin lengkap saat usia anak.

Pemberiannya mulai dari remaja berusia 15 tahun sampai dewasa berusia 26 tahun. Sementara itu, orang dewasa yang berusia antara 27 sampai 45 tahun juga dapat memperoleh vaksin ini. Namun, pastikan untuk berdiskusi dengan dokter lebih dahulu.

Sebab, pemberian vaksin ini bisa untuk usia dewasa yang sudah aktif secara seksual atau trf menikah. Meski begitu, vaksin HPV bukan menjadi pengganti kondom yang bisa memberikan perlindungan pada tubuh dari bahaya infeksi menular seksual seperti hepatitis B atau HIV/AIDS. Pemberian vaksin untuk usia remaja dan dewasa adalah 3 kali.

Pemberian vaksin kedua adalah 1 sampai 2 bulan setelah vaksin pertama, dan vaksin ketiga setelah jeda 6 bulan dari vaksin kedua. Di Indonesia, ada dua jenis vaksinasi kanker HPV yang membantu mencegah kanker serviks, bivalen dan tetravalen.

Vaksinasi bivalen mencakup dua virus HPV, tipe 16 dan 18, yang mampu mencegah kanker serviks. Jenis tetravalen dari HPV memiliki empat virus yang berbeda, tipe 6, 11, 16, dan 18. Empat jenis virus dalam vaksinasi HPV berguna untuk melawan kanker serviks dan kutil kelamin.

Dosis tunggal vaksinasi HPV sudah cukup dalam mencegah kanker serviks. Oleh karena itu, pemerintah membuat kewajiban untuk vaksinasi HPV, terutama kepada perempuan, karena vaksin HPV dapat mencegah terjadinya kanker serviks dan kanker penis.

Lalu, dokter akan memberikan penjelasan terkait keuntungan dan efek samping yang mungkin terjadi setelah melakukan vaksin. Apabila pernah mendapatkan vaksin HPV, dokter akan bertanya mengenai waktu vaksin sebelumnya, dan apakah muncul reaksi alergi maupun efek samping setelahnya.

Dengan begitu, pasien akan terhindar dari risiko efek samping maupun alergi. Dokter akan memberikan vaksin HPV secara intramuskular atau melalui otot.

Dua dosis vaksinasi HPV untuk anak dengan usia 9 sampai 13 tahun. Lalu, pemberian vaksin harus sebanyak tiga kali jika untuk remaja usia 16 sampai 18 tahun. Mendapatkan vaksin HPV lebih baik mulai pada masa bayi, karena aktivitas seksual belum terjadi pada usia tersebut.

Ini agar kemungkinan pasien terkena virus lebih rendah dan vaksinasi HPV akan lebih efektif. Selain itu, pemberian vaksin ini harus sesuai dengan jadwal dan dosis agar dapat bekerja dengan baik.

Setelah mendapatkan vaksin HPV, dokter akan menyarankan untuk istirahat sekitar 15 menit. Hal ini bertujuan untuk tindakan antisipasi potensi terjadinya efek samping setelah vaksin.

Baca Juga: Hubungan Seks Setelah Olahraga Disebut Baik untuk Tubuh, Dorong Ereksi jadi Lebih Keras

Perlu kamu ketahui bahwa meski vaksin bisa mencegah terjadinya kanker serviks, kamu tetap wajib melakukan berbagai tindakan pencegahan lain seperti tidak melakukan aktivitas seksual sebelum menikah atau usia remaja, dan berhenti atau tidak merokok.

Selain itu, memakai kondom saat melakukan hubungan seksual, tidak melakukan hubungan seksual dengan bergonta-ganti pasangan dan rutin melakukan pap smear. Vaksin HPV tidak untuk wanita hamil atau orang yang sedang sakit berat. Selain itu, orang dengan alergi juga tidak boleh mendapatkan vaksin ini.

Terlebih jika memiliki alergi terhadap komponen vaksin apa pun atau dosis vaksin sebelumnya. Biasanya, orang dengan alergi terhadap ragi tidak boleh mengambil vaksin ini.

Sementara melansir alodokter.com, vaksin HPV umumnya tidak direkomendasikan atau ditunda pemberiannya pada orang dengan kondisi memiliki atau pernah mengalami reaksi alergi yang parah terhadap vaksin HPV, memiliki alergi terhadap ragi, karena ragi merupakan salah satu zat yang terkandung di dalam vaksin HPV.

Sedang hamil, tetapi vaksin HPV dapat diberikan setelah ibu melahirkan. Menderita penyakit parah. (C)

Penulis:  Ahmad Jaelani

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS