9 Bahasa Daerah di Sulawesi Tenggara Terancam Punah

Nur Meli

Reporter

Rabu, 30 Agustus 2023  /  3:16 pm

Menurut data Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, setidaknya ada 7 bahasa daerah yang saat ini terancam punah, 1 bahasa sangat kritis punah dan 1 bahasa mengalami kemunduran. Foto: Nur Meli/Telisik

KENDARI, TELISIK.ID - Menurut data Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, setidaknya ada 9 bahasa daerah di Sulawesi Tenggara yang terancam punah.

Hasil riset Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2008 yang dilansir dari labbineka.kemdikbud.go.id menyebutkan, bahasa daerah di Sulawesi Tenggara berjumlah 15 bahasa daerah, meliputi 9 bahasa asli Sulawesi Tenggara dan 6 bahasa pendatang.  

15 bahasa tersebut adalah bahasa bahasa cia-cia, bahasa culambacu, bahasa kulisusu, bahasa lasalimu-kamaru, bahasa morunene, bahasa muna, dan bahasa tolaki, bahasa wolio dan bahasa pulo sebagai bahasa daerah asli Sulawesi Tenggara.

Selanjutnya bahasa bajo, bahasa sunda, bahasa sasak, bahasa bugis, bahasa jawa dan bahasa bali sebagai bahasa pendatang.

Kepala Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara, Uniawati menyebutkan, ada 7 bahasa daerah yang saat ini terancam punah, 1 bahasa sangat kritis punah dan 1 bahasa mengalami kemunduran.

Bahasa tersebut ialah bahasa cia-cia, bahasa culambacu, bahasa kulisusu, bahasa lasalimu-kamaru, bahasa morunene, bahasa muna, bahasa tolaki, bahasa pulo dan bahasa bajo dengan masing-masing jumlah penutur kurang dari 300 ribu penutur.

Baca Juga: Lestarikan Bahasa Tolaki Melalui Dongeng

Sebagai bentuk dukungan Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara terhadap pelestarian bahasa daerah, Uniawati mengatakan, pihaknya selalu mengadakan kegiatan untuk melindungi bahasa daerah di Sulawesi Tenggara, misanya kegiatan Pesta Literasi Sulawesi Tenggara 2023 yang baru saja dilakukan pada 21-22 Agustus kemarin.

"Kegiatan-kegiatan itu dihadiri oleh berbagai unsur sehingga kita dapat memberikan motivasi dan membangun kesadaran bersama bagaimana pelestarian bahasa daerah itu penting," ujarnya.

Evsyahni seorang mahasiswa yang berasal dari Muna Timur mengatakan, perlindungan dan pelestarian bahasa daerah di Sulawesi Tenggara penting untuk dilakukan, agar tidak punah unsur budaya bahasanya.  

Keluarga memiliki peran penting dalam perlindungan dan pelestarian bahasa daerah. Karena keluarga menjadi orang terdekat yang akan banyak berkomunikasi dengan anak.

"Ini harus dimulai dari keluarganya, karena mereka sumber komunikasi pertama dari anak, peran mereka untuk melestarikan budaya sangat dibutuhkan," ungkapnya, Rabu (30/8/2023).

Selain itu, Evsyahni menuturkan, pelestarian bahasa juga perlu dilakukan di bangku sekolah. Dengan memberikan pelajaran khusus bahasa daerah, akan mengenalkan bahasa daerah pada anak, sehingga mereka dapat memahami dan mengetahui bahasa daerah masing-masing.

"Sebenarnya di sekolah ada pelajaran bahasa muna, hanya pembelajaran ini tidak efektif bahkan ketika MTs, bahasa muna diganti sama bahasa arab," pungkasnya.

Baca Juga: Upaya Lestarikan Bahasa Daerah di Sulawesi Tenggara

Sementara Galih, yang juga merupakan warga Muna mengungkapkan, perlu adanya kamus bahasa daerah dan budaya untuk melindungi dan melestarikan bahasa daerah di Sulawesi Tenggara, khususnya bahasa Muna.

Selain itu, sebagai anak muda perlu mencintai bahasa daerah sendiri. Karena dari sini akan tercipta kemauan untuk terus mempelajari bahasa daerah tersebut.

"Zaman mau tidak mau terus berkembang, hingga muncul bahasa-bahasa baru. Siapa yang akan melindungi bahasa daerah kita. Jadi kita harus menghormati bahasa daerah kita sendiri," tutupnya. (A)

Penulis: Nur Meli

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS