Ada Apa di Balik #KaburAjaDulu?
Penulis
Minggu, 23 Februari 2025 / 4:17 pm
Rima Septiani, S.Pd, Freelance Writer. Foto: Ist.
Oleh: Rima Septiani, S.Pd
Freelance Writer
TREN ajakan #KaburAjaDulu tengah viral di media sosial dan disuarakan para generasi muda. Sejak Kamis 13 Februari 2025 tercatat sudah ada lebih dari 24.000 unggahan. Tagar ini muncul sebagai bentuk kekecewaan sebagian masyarakat Indonesia yang ingin mendapatkan kesejahteraan hidup yang lebih baik di luar negeri.
Beberapa Warga Negara Indonesia (WNI) mengungkapkan kekecewaannya terhadap sejumlah kebijakan pemerintah yang tidak peduli terhadap nasib rakyat.
Beberapa negara yang menjadi acuan masyarakat Indonesia yang ingin keluar negeri seperti Australia, Swiss, Vietnam, Jepang dan Korsel yang memiliki nilai kualitas yang lebih baik dari segi pendidikan maupun pekerjaan. (tempo.co/18/2/2025)
Kabur Aja Dulu: Fenomena Brain Drain
Banyak dari kaum muda yang turut andil mengekspresikan tagar kabur pindah keluar negeri karena kekecewaan mereka terhadap kebijakan pemerintah akhir-akhir ini. Generasi muda adalah individu yang dicirikan memiliki idealisme tinggi, semangat bergelora, produktif, inovatif, prestatif dan memiliki kekuatan fisik dan mental yang prima.
Wajar keresahannya sangat mendalam ketika melihat negeri ini sedang tidak baik-baik saja.
Fenomena ramainya #KaburAjaDulu disebabkan dari beberapa faktor mulai dari dinamika sosial, politik, kondisi ekonomi, hingga persaingan kerja yang dinilai saat ini cukup ketat, terutama untuk anak muda sendiri.
Selain itu ada beberapa isu yang menjadi perhatian masyarakat yaitu isu pemutusan hubungan kerja yang sedang marak, ada prediksi kenaikan uang kuliah tunggal oleh Kementrian Pendidikan, efisiensi anggaran hingga pemblokiran anggaran IKN yang dinilai bahwa proyek di indonesia kurang berjalan dengan lancar yakni proyek untuk ibu kota baru.
Ada curhatan salah satu anak muda terhadap kekecewaan di negeri ini. Ia menyatakan, wajar kabur aja dulu dari dalam negeri sebab melihat bagaimana jalannya kondisi ekonomi Indonesia. Seharusnya pemerintah malu dengan tagar kabur aja dulu berarti pemerintah tidak mampu melindungi warganya dari ancaman pengangguran hingga imbasnya meningkatnya kemiskinan.
Dilanjutkan dengan kasus korupsi, kolusi, nepotisme, ketidakadilan, inflasi, PHK, judol, pendidikan, penipuan, begal, pajak tinggi, pelayanan kesehatan buruk, harga-harga mahal, UMR di bawah standar, pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain semua lengkap, nggak heran banyak yang mau mengubah nasib keluar.
Kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari fenomena Brain Drain. Brain Drain adalah peristiwa perpindahan para kaum intelektual, peneliti, ilmuan, dan cendekia dari dalam negeri ke luar negeri dengan negara tujuannya adalah negara yang lebih maju dari negara asalnya.
Salah satu yang menjadi faktor penyebab terjadinya migrasi penduduk karena adanya perbedaan upah antara negara asal dengan negara tujuan. Penduduk tidak akan melakukan migrasi jika tidak ada perbedaan pendapatan atau perbedaannya hanya sedikit.
Dalam analisis Brain Drain, dampak Brain Drain banyak dirasakan oleh negara-negara berkembang karena banyak warganya yang bermigrasi keluar negeri. Jika Brain Drain terus terjadi, maka akan berdampak buruk bagi Indonesia.
Indonesia akan kekurangan tenaga kerja berpendidikan tinggi, berketerampilan atau berkeahlian, sehingga Indonesia akan tertinggal jauh dengan negara lain baik dari segi ekonomi, sosial, dan pengetahuan.
Untuk itu diperlukan kebijakan yang mendukung pengetahuan dan menghargai keterampilan demi membangun sebuah negara yang lebih baik. Kondisi yang terjadi saat ini sejatinya menggambarkan kegagalan kebijakan politik ekonomi dalam negeri dalam menjamin kehidupan sejahtera.
Kegagalan ini tidak lepas dari sistem yang digunakan penguasa untuk mengatur negara. Jika dipikirkan secara mendalam kepemimpinan penguasa saat ini sangat nampak bercorak kapitalis. Mereka membuat hingga melegalkan banyak kebijakan yang pro terhadap para kapital.
Contohnya pada sektor ekonomi
Kesenjangan negara maju dan berkembang adalah hasil dari peradaban kapitalisme. Liberalisasi ekonomi globalisasi adalah bentuk penjajahan gaya baru yang mengatasnamakan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Negara maju yang memiliki kecanggihan teknologi dengan pendekatan investasi telah mengeksploitasi sumber daya alam negara berkembang.
Di Indonesia kekayaan alam yang melimpah ruah kini telah dikelola oleh pihak swasta. Seperti tambang emas di Papua yang dikuasai Freeport, Geothermal di Gunung Salak yang dikuasai Chevron, dan lainnya. Meskipun masih ada yang dikelola negara, namun diprivatisasi oleh oknum-oknum tertentu, seperti tambang batu bara di Kalimantan yang dimiliki para pengusaha sekaligus penguasa negeri ini.
Baca Juga: Al Aqsha Amankah Dikunjungi?
Belajar dari Pengaturan Islam
Jika kita melirik bagaimana Islam mewujudkan kesejahteraan rakyat, tentu kita akan mendapati bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta. Islam datang sebagai agama terbaik yang mengatur seluruh lini kehidupan. Sebagai muslim yang bertakwa, kita harus meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya solusi dari setiap masalah yang terjadi di negeri ini.
Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam buku Sistem ekonomi Islam menekankan pentingnya sistem ekonomi Islam untuk mewujudkan ekonomi yang adil dan merata. Berupa jaminan kesejahteraan rakyat melalui kepemilikan umum dan distribusi kekayaan yang adil, serta menjauhkan praktik ekonomi yang mengarah pada konsentrasi kekayaaan.
An-Nabhani menjelaskan bahwa kepemilikan umum merupakan sarana untuk menciptakan keadilan ekonomi dalam masyarakat. Kepemilikan umum harus dikelola oleh negara dan dimanfaatkan secara adil dan merata untuk kepentingan seluruh anggota masyarakat tanpa diskriminasi. Islam melarang kepemilikan umum dikelola korporasi atau individu.
An-Nabhani juga berpandangan bahwa sistem ekonomi Islam merupakan bagian integral dari Islam secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari aspek lain, seperti politik, sosial, dan ideologi. Alhasil penerapan dan pengaturan Islam pada semua lini kehidupan akan memberikan kesejahteraan pada rakyat secara menyeluruh. (*)
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS