Ahli Forensik Merekonstruksi Wajah Vampir Lebih dari 200 Tahun Lalu
reporter
Rabu, 02 November 2022 / 10:56 am
NEW YORK, TELISIK.ID - Ahli forensik berhasil merekonstruksi wajah vampir yang hidup lebih dari 200 tahun lalu. Pria itu dikuburkan di pemakaman Connecticut, Amerika Serikat. Ditemukan tulang pahanya berselang-seling, karena hal ini penduduk setempat mengira dia adalah vampir.
Dilansir dari Livescience.com, pria tersebut diidentifikasi dengan bukti DNA yang mengungkapkan seperti apa bentuk wajahnya. Analisis DNA dilakukan ilmuwan forensik dari perusahaan yang berbasis di Virginia bernama Parabon NanoLabs, dan Laboratorium Identifikasi DNA Angkatan Bersenjata (AFDIL), cabang dari Sistem Pemeriksa Medis Angkatan Bersenjata AS yang berbasis di Delaware.
Dikutip dari Sindonews.com, dengan menggunakan perangkat lunak rekonstruksi wajah 3D, seorang seniman forensik menentukan bahwa pria itu (diberi kode sebagai JB-55) kemungkinan memiliki kulit putih, mata cokelat atau hitam, rambut cokelat atau hitam dan beberapa bintik-bintik.
Marylan perwakilan dari Museum Nasional Kesehatan dan Kedokteran di Silver Spring, mengatakan, dari proses identifikasi disimpulkan bahwa pada saat kematian, laki-laki tersebut berusia sekitar 55 tahun dan menderita TBC.
Baca Juga: Fotografer Ungkap Foto Close Up Semut, Hasilnya Menyeramkan
"Dia mungkin seorang petani miskin yang menjalani kehidupan yang sulit. Tampaknya telah meninggal karena Tuberkulosis (TBC),” ujarnya dikutip dari Nationalgeographic.com.
Kondisi kerangka menunjukkan bahwa ia menderita patah tulang selangka yang tidak sembuh dan lutut rematik. TBC yang membunuhnya begitu akut sehingga meninggalkan luka di tulang rusuknya.
Baca Juga: Dokter Cantik Ini Bingung Temukan Cicak Hidup Dalam Telinga Pasien, Sudah 2 Hari Tinggal
Jennifer Higginbotham, peneliti DNA di US Armed Forces Medical mengatakan pada abad ke-18 dan ke-19 penyakit itu dikenal sebagai penyakit paru-paru.
"TBC menyebabkan bisul di paru-paru dan membuat korbannya pucat, kurus, dan lemah. Orang yang terinfeksi sering memiliki noda darah di sudut mulut mereka karena batuk darah, dan gusi mereka akan surut, membuat gigi mereka tampak lebih panjang," katanya.
Tuberkulosis sangat menular, ketika epidemi menyebar melalui keluarga dan desa-desa di New England, orang-orang menafsirkan penampilan mengerikan dari korban yang sekarat. Para peneliti melaporkan dalam analisis JB-55, yang diterbitkan pada tahun 1994 dalam The American Journal of Physical Anthropology. (C)
Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan
Editor: Haerani Hambali