Allah Memuliakan Orang yang Pemaaf

Haerani Hambali

Reporter

Jumat, 17 Februari 2023  /  2:37 pm

Memaafkan bukanlah perkara mudah. Pada saat itulah keimanan seorang diuji. Apakah ia akan memperturutkan egonya atau mengalahkan amarahnya dengan memberi maaf. Foto: Repro Islampos.com

KENDARI, TELISIK.ID - Memaafkan adalah sifat terpuji dan bagian dari akhlak mulia yang diperintahkan Allah Shubhanahu wa Ta’alla kepada para nabi serta hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. (Al-A’raf: 199).

Dijelaskan lebih tegas lagi dalam bentuk perintah kepada Nabi-Nya, dan umatnya secara umum, Allah berfirman:

“Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka”. (Al-Imran: 159).

Dilansir dari Nu online, di antara sifat Rasulullah SAW ialah suka memberi maaf. Beliau selalu memaafkan orang yang membenci dan menyakiti perasaannya, meskipun itu bukanlah perkara mudah. Pada saat itulah keimanan seorang diuji. Apakah ia akan memperturutkan egonya atau mengalahkan amarahnya dengan memberi maaf.

Baca Juga: Diajarkan Rasulullah, Ini 3 Doa Agar Utang Cepat Lunas

Allah SWT berfirman:

“Barangsiapa yang memaafkan dan mendamaikan maka pahalanya dari Allah SWT” (QS: Asy-Syura: 40).

Sementara dalam hadis disebutkan:

"Tidaklah Allah SWT menambahkan sesuatu kepada orang yang memaafkan kecuali kemuliaan,” (Al-Muwatta’ karya Imam Malik).

Melansir Orami.co.id, ahli tafsir terkemuka di Indonesia, M Quraish Shihab mengatakan, tidak ditemukan perintah untuk meminta maaf. Namun hal tersebut ditemukan dalam hadis tentang meminta maaf.

Dalam hadis, ditemukan perintah untuk berusaha dihalalkan dosa-dosa kepada saudara, yang berarti seseorang diminta meminta maaf atau dimaafkan.

Baca Juga: Jangan Tinggalkan 3 Doa Ini saat Sujud

Memberi maaf bukan berati pengecut, sebab Allah SWT memuliakan orang yang bersedia memaafkan kesalahan orang lain. Bahkan Allah sudah menyiapkan segudang pahala untuk orang yang pemaaf. Pastinya, tidak ada kerugiaan bila kita berbuat baik. Memang pada saat memberi maaf, amarah kita tidak terlampiaskan. Tetapi sesungguhnya pada saat itulah keislaman kita tampak.

Andaikan Nabi SAW seorang pemarah dan pendendam, mungkin pemeluk agama Islam tidak sebanyak sekarang ini. Dengan memberi maaf, paling tidak kita sudah mencoba untuk mengikuti perilaku Nabi SAW. Mengikuti etika dan kesopanan yang beliau ajarkan tentu lebih utama ketimbang mengikuti model pakaian Nabi saja.

Saking sopan dan lembutnya Nabi SAW, sahabat Al-Bara bin ‘Azib, seperti dikutip dari Syamailul Muhammadiyah, menggambarkan wajah Rasulullah SAW laiknya bulan, bukan seperti pedang. Wallahu a’lam. (C)

Penulis: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS