BMKG Sebut Beberapa Wilayah di Sulawesi Tenggara Bakal Alami El Nino Agustus 2023
reporter
Selasa, 01 Agustus 2023 / 8:23 pm
KENDARI, TELISIK.ID - BMKG Sulawesi Tenggara membagi wilayah menjadi 19 zona musim. Ke-19 zona tersebut memiliki awal musim kemarau yang berbeda-beda.
Kepala Stasiun Klimatologi Sulawesi Tenggara, Aris Yunatas mengatakan, memasuki Agustus 2023 jika dianalisis terkait wilayah Sulawesi Tenggara, memang ada beberapa daerah yang sudah memasuki awal kemarau.
"Kebanyakan di daerah selatan ya, seperti Kabupaten Buton, Buton Tengah, sebagian Bombana itu rata-rata sudah memasuki awal kemarau," tuturnya pada Telisik.id melalui sambungan telepon, beberapa waktu lalu.
Evolusi suhu bawah permukaan air laut di samudera pasifik bagian timur menunjukkan anomali positif semakin menguat pada dasarian II Juli 2023, sebagai indikasi indeks ENSO melewati batas netral menuju El Nino.
Baca Juga: BMKG Ingatkan Warga Sulawesi Tenggara Waspada El Nino Juli Mendatang
Indeks ENSO berada pada nilai +1,017, fase El Nino lemah, anomali SST di Samudera Hindia menunjukkan kondisi hangat dan tren anomalo SST tetap menghangat (melewati batas netral +- 0,5 El Nino sudah berlangsung tujuh dasarian).
Indeks ENSO pada periode Juli II 2023 sebesar +1,01 (El Nino lemah). BMKG dan pusat pusat iklim dunia memprediksi El Nino lemah dapat berkembang menjadi El Nino moderat.
Bila dilihat dari frekuensinya, hujan di musim kemarau sangat kecil. Namun, untuk menentukan daerah kemarau, cukup panjang yaitu kisaran satu hingga dua bulan.
"Untuk daerah utara ini seperti Kota Kendari, Kabupaten Konawe Utara, Kolaka Utara, Kolaka Timur, Konawe dan Kabupaten Kolaka masih berlangsung," bebernya.
Penentuan awal musim kemaraunya masih pada tiga dasarian, sehingga BMKG belum bisa menjustifikasi memasuki musim kemarau. Sedangkan di Kota Kendari sendiri hanya fenomena lokal, karena suhu muka laut di sekitar Kota Kendari hangat sehingga diguyur hujan.
Potensi musim kemarau dengan El Nino yang diprediksi akan mencapai fraksi moderat. Dampak El Nino sendiri ini akan terasa karena kita akan mengalami kekeringan dan intensitas hujan yang berkurang.
Dampak selanjutnya adalah rentang terjadi kebakaran hutan, antisipasi yang bisa dilakukan yaitu menyimpan cadangan air, membuat sumur resapan, patroli antisipasi kebakaran.
Sementara itu, dilansir dari Cnbcindonesia.com, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan, saat ini negara-negara di dunia lebih mengkhawatirkan perubahan iklim daripada efek peperangan dan pandemi.
Baca Juga: BMKG Mencatat Indonesia Diguncang Gempa Puluhan Ribu Kali Sepanjang 2022
Sebab, perubahan iklim menyebabkan efek domino secara global dan yang berkepanjangan. Salah satunya fenomena iklim yang memicu anomali kenaikan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur, yang mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik Tengah dan Timur.
Efek lainnya yaitu fenomena penyimpangan suhu muka laut di Samudra Hindia yang menyebabkan berubahnya pergerakan atmosfer atau pergerakan masa udara. Fenomena ini disebut indian Ocean Dipole (IOD).
Saat IOD positif, suhu muka laut di Samudra Hindia bagian barat menghangat, sedangkan di bagian timur mendingin. Kondisi IOD positif akan menyebabkan berkurangnya curah hujan di Indonesia.
Sejumlah prediksi menyebutkan puncak El Nino di Indonesia akan berkembang dari lemah ke moderat hingga kuat. Dan, diprediksi puncaknya di Indonesia pada bulan Agustus dan September. (B)
Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS