Gejala COVID-19 Varian XEC jadi Biang Kerok Lonjakan Kasus Baru

Ahmad Jaelani

Reporter

Kamis, 19 September 2024  /  11:32 am

Meskipun vaksinasi masih menjadi langkah utama dalam melawan COVID-19, banyak yang khawatir bahwa varian XEC mungkin bisa lolos dari perlindungan vaksin yang ada. Foto: Repro Reuters

JAKARTA, TELISIK.ID - Mutasi virus COVID-19 masih terus terjadi meskipun status pandemi telah lama dicabut. Terbaru, para ilmuwan memperingatkan tentang varian baru COVID-19, XEC, yang diklaim lebih cepat menular dan menyebar.

Varian ini bahkan diprediksi bakal menjadi varian dominan dalam beberapa bulan ke depan. Banyak negara, termasuk Inggris, Amerika Serikat, dan Denmark, sudah mulai melaporkan peningkatan jumlah kasus baru akibat varian ini.

Namun, yang paling dikhawatirkan adalah gejala-gejala yang mirip dengan flu biasa, yang mungkin membuat banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi.

COVID-19 varian XEC pertama kali diidentifikasi di Jerman pada Juni 2024. Sejak saat itu, varian ini telah menyebar ke berbagai negara, termasuk Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Denmark. Para ilmuwan khawatir bahwa varian ini akan terus menyebar dengan cepat dan memicu gelombang baru infeksi COVID-19.

Meskipun dunia sudah keluar dari masa-masa terburuk pandemi, varian ini mengingatkan kita bahwa COVID-19 masih menjadi ancaman global.

Direktur Scripps Research Translational Institute di California, Eric Topol, menyatakan bahwa varian XEC "baru saja dimulai" dan akan menciptakan lonjakan kasus baru. "XEC pasti akan mengambil alih," ujar Topol, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (19/9/2024).

Baca Juga: Efek Samping Vaksin Covid-19 AstraZeneca Bisa Bekukan Darah

Namun, dia menambahkan bahwa butuh waktu berminggu-minggu hingga beberapa bulan sebelum varian ini benar-benar mendominasi.

“Butuh waktu berbulan-bulan untuk mencapai tingkat tinggi,” sambungnya.

Selain penyebaran cepat, varian XEC memiliki gejala yang cukup mirip dengan flu atau pilek biasa. Hal ini dapat membuat banyak orang lengah, karena mereka mungkin mengira bahwa mereka hanya mengalami flu biasa.

Para ahli kesehatan menyebutkan beberapa gejala umum dari varian XEC, seperti demam tinggi, nyeri tubuh, kelelahan, dan batuk atau sakit tenggorokan. Gejala-gejala ini memang mirip dengan flu, tetapi dengan risiko komplikasi yang lebih serius bagi kelompok rentan, terutama mereka yang memiliki penyakit penyerta.

Analis data COVID-19, Mike Honey, menyatakan bahwa pertumbuhan jumlah kasus varian XEC sangat signifikan, terutama di negara-negara seperti Denmark dan Jerman.

Meski demikian, tingkat pengujian yang lebih rendah daripada sebelumnya membuat sulit untuk mendeteksi seberapa banyak sebenarnya kasus yang ada. Ini menjadi tantangan besar dalam memantau penyebaran varian XEC.

Baca Juga: 40 Atlet Olimpiade Paris 2024 Positif COVID-19

“Pengujian rutin yang lebih rendah membuat sulit mengetahui seberapa banyak kasus sebenarnya,” ungkap Mike Honey.

Di Inggris, Wakil Direktur UK Health Security Agency (UKHSA), Dr. Gayatri Amirthalingam, menyatakan bahwa pihaknya terus memantau seluruh informasi terkait varian Covid-19 yang muncul. Dia menekankan bahwa mutasi virus adalah sesuatu yang normal dan diperkirakan akan terus terjadi seiring berjalannya waktu.

"Merupakan hal yang normal dan diperkirakan virus akan berubah secara genetik seiring berjalannya waktu," kata Dr. Amirthalingam.  (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS