Harga Minyak Goreng Melonjak, Pedagang Gorengan Menjerit
Reporter Kolaka Utara
Minggu, 21 November 2021 / 3:11 pm
KOLAKA UTARA, TELISIK.ID - Harga minyak goreng di Kolaka Utara (Kolut) semakin melonjak. Kenaikan tersebut membuat para pedagang gorengan menjerit.
Agar tidak merugi, pedagang gorengan di beberapa tempat menyiasati harga dengan cara memperkecil ukuran goreng dan juga mengurangi porsi per buahnya.
Sutriani, salah satu pedagang gorengan di Kelurahan Lapai, Kecamatan Ngapa menuturkan, naiknya harga minyak goreng di pasaran membuat ia turut menaikkan harga jual gorengan.
"Kalau dulu harga semua jenis gorengan per bijinya Rp 1000 sekarang naik Rp 5000 per empat biji," katanya, Sabtu malam (20/11/2021).
Dengan perubahan harga tersebut, kata dia, omsetnya sedikit menurun dibanding sebelum minyak naik.
"Mau diapalagi mas, karena belinya mahal ya kita pasrah saja. Kenaikan ini sangat memberatkan terlebih kita yang masih ngontrak mas," keluhannya.
Pedagang gorengan lainnya, Ani mengaku terpaksa menaikkan harga gorengan agar tidak merugi.
"Semua jenis gorengan naik pak, karena minyak naik, tiga hari yang lalu saja harga minyak sudah Rp 19.000 per liter," ujar Ani yang menjajakan jualannya di Desa Beringin, Kecamatan Lapai.
Berbeda dengan di Kecamatan Ngapa, pedagang gorengan di Ibu Kota Lasusua memilih merubah ukuran goreng menjadi lebih kecil dibanding sebelumnya.
"Kalau saya tidak menaikkan harga gorengan, cuma mengurangi ukurannya saja," ucap pedagang gorengan di Kecamatan Ngapa, Fatma.
Menanggapi melejitnya harga minyak goreng, Kepala Dinas Perdagangan Kolaka Utara, Risal Natsir, S.Ag.,M.Si menuturkan, jika persoalan tersebut terjadi secara nasional, tidak hanya di Kolut tapi semua daerah mengalaminya.
Baca Juga: Yuk Menginap di Hotel Athaya, Ada Promo City Tour
"Kenaikan tersebut menurut informasi dipicu naiknya harga komoditas minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia," jelasnya.
Ia juga mengaku tidak berdaya dengan kenaikan tersebut. Namun, pihaknya tidak mungkin menggelar pasar murah mengingat anggaran terbatas.
"Sekarang kami hanya mengantisipasi ketersediaan stok minyak goreng di pasaran jelan hari raya natal dan tahun baru, sehingga meski naik kebutuhan masyarakat di Kolaka Utara tetap terpenuhi," katanya.
Ia juga memastikan stok minyak goreng di pasaran tetap aman sampai hari natal dan tahun baru.
"Jadi masyarakat tidak usah panik dan terburu-buru membeli," urainya.
Dilansir dari suara.com, kenaikan harga minyak goreng kata Menteri Perdagangan (Mendag), Lutfi, dipicu karena naiknya harga komoditas minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO).
Mendag menjelaskan, CPO merupakan bahan baku dari produk minyak goreng. Dengan begitu, jika harga CPO naik maka, harga minyak goreng mau tak mau juga ikut merangkak naik.
Kata Mendag, Saat ini harga CPO mencapai USD 1.250 dan kemungkinan akan terus merangkak naik.
Baca Juga: Perusahaan Diminta Buka Lowongan Kerja untuk Penyandang Disabilitas
"Jadi ini (harga CPO) akan naik lebih dari USD 1.500 pada tahun depan karena panen dari pada kelapa sawit kita ini, panen dari kelapa sawit dari seluruh dunia itu tidak akan terlalu baik," ujar Lutfi dalam sebuah webinar, Jumat (19/11/2021).
Kenaikan harga minyak goreng yang saat ini mencapai Rp 18 ribu per kilogram tidak bisa terhindarkan.
Sebab, tutur dia, harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan sebesar Rp 11 ribu per kilogram saat harga CPO hanya USD 600 per ton .
"Dan, begitu harganya dua kali lipat maka harga minyak goreng hari ini lebih dari Rp 16 ribu, terkadang lebih dari Rp 16 ribu sebagai bagian yang tertinggi. Tetapi ini konsekuensi dari pada market internasional," ucap dia. (A)
Reporter: Muh. Risal H
Editor: Fitrah Nugraha