Jejak Gajah Mada di Buton Selatan: Minum Air Hara Mpangi dan Hara Benua untuk Bertahan Hidup
Reporter
Minggu, 02 Februari 2025 / 10:05 pm
BUTON SELATAN, TELISIK.ID – Kabupaten Buton Selatan di Provinsi Sulawesi Tenggara menyimpan berbagai kisah legendaris, salah satunya mengenai dua mata air Hara Mpangi dan Hara Benua yang berada di Kelurahan Majapahit, Kecamatan Batauga.
Masyarakat setempat meyakini dua mata air tersebut pernah diminum oleh Patih (Perdana Menteri) yang juga Panglima Perang Kerajaan Majapahit, Gajah Mada, saat mendarat di Buton Selatan.
Menurut cerita yang disampaikan oleh Parabela/Ketua Adat Majapahit, La Saludin, penamaan kedua mata air ini berawal dari kedatangan Gajah Mada di daratan Buton (tepatnya di pantai Masiri sebelah selatan). Ketika itu Gajah Mada bersama pasukannya mendiami kawasan hutan Ombo.
Pada masa itu, Hara Mpangi dan Hara Benua menjadi sumber kehidupan bagi Gajah Mada dan prajuritnya, yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai saluran irigasi dan sumber air bersih hingga saat ini.
Baca Juga: Update Jadwal KM Sinabung Februari 2025 Lewati Baubau-Banggai
“Kedua mata air itu pernah digunakan oleh Patih Gajah Mada beserta pengikutnya saat menginjakkan kaki di Pulau Buton,” ujar La Saludin, Minggu (2/2/2025).
Pada tahun 1586, masa pemerintahan Sultan Buton Laelangi (Dayunu Ikhsanudin), tercatat adanya perjanjian yang diberi nama tutura kano sara. Perjanjian ini berisi larangan merusak kedua mata air tersebut, dengan ancaman kutukan bagi siapa saja yang melanggarnya.
Kutukan menyatakan bahwa jika pelanggar pergi ke laut, ia akan ditelan ikan, dan jika pergi ke hutan, akan ditelan ular. Kutukan ini diyakini berasal dari tanah Buton, yang dikenal dengan nama Sodompute dan Laentube.
Sebagai bagian dari upaya untuk menjaga kelestarian kedua sumber mata air tersebut, masyarakat setempat secara turun-temurun merawatnya dengan penuh perhatian.
Setiap tahun mereka mengadakan ritual pembersihan sebagai bentuk penghormatan dan upaya menjaga keberlanjutan Hara Mpangi dan Hara Benua, baik sebelum musim tanam maupun setelah panen.
Baca Juga: Jadwal Kapal Latih Barombong Periode 4-13 Februari 2025 Rute Sulawesi Tenggara-Selatan
Ketua panitia penyelenggara ritual adat Pilumeano We’e Hara Mpangi dan Hara Benua, La Ode Masri, mengungkapkan bahwa dana untuk pelaksanaan ritual tersebut berkisar Rp 24 juta, yang bersumber dari bantuan OPD terkait dan swadaya masyarakat setempat.
Namun, La Ode Masri berharap agar Pemerintah Kabupaten Buton Selatan dapat memberikan perhatian lebih terhadap gedung Baruga yang menjadi tempat pelaksanaan ritual adat tersebut.
Saat ini, gedung untuk pelaksanaan ritual masih memerlukan perbaikan, terutama terkait dengan perlindungan terhadap keamanan dari gangguan hewan liar dan ternak milik warga yang sering berkeliaran di sekitar halaman Baruga.
“Ini kan rumah adat yang harus dijaga kesakralannya. Kami berharap agar rumah adat ini lebih besar lagi terutama membutuhkan pagar keliling, papin blok tujuannya untuk hewan ternak agar tidak memasuki kawasan baruga sehingga kesakralannya tetap terjaga,” kata La Ode Masri. (B)
Penulis: Ali Iskandar Majid
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS