Karena Kecewa, Suroto Tiduran Sampai Puluhan Tahun

Affan Safani Adham

Reporter Yogyakarta

Jumat, 10 Juli 2020  /  9:02 am

Suroto usai dibersihkan oleh Ardian, relawan dari Salatiga, Jawa Tengah. Foto: Ist.

YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Berawal dari kekecewaan, depresi, terlibat persoalan kriminal dan dipenjara, Suroto (40 th) warga Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memilih tidur sampai sekarang.

Keluar dari penjara dia sempat bertingkah aneh: ratusan bambu dijadikan tiang pancang mengelilingi rumahnya.

Setelah ada erupsi Gunung Merapi tahun 2010, sikap aneh Suroto itu kembali berulang: kembali memilih tiduran lagi hingga sekarang. Selama puluhan tahun tiduran. Matanya banyak terpejam dan mulutnya tak pernah berbicara. Sesekali membuka mata hanya melihat atap rumah dengan tatapan kosong.

Perilaku aneh yang ditunjukkan Suroto itu, ternyata bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya pernah dilakukannya pada tahun 1993: tiduran hingga dua tahun.

Meski begitu, ia masih bangun kembali dan beraktivitas seperti layaknya orang normal. Bahkan tahun 1996 sempat merantau ke saudaranya di Bandung, Jawa Barat, untuk mencari pekerjaan.

Selama tiga bulan di Bandung, setiap malam Suroto selalu pergi. Dan setelah pulang dari Bandung, Suroto masih terlihat biasa saja.

Sikapnya mulai berubah ketika ada masalah dengan ibunya. Selama bekerja, uangnya dititipkan pada ibunya. "Uang itu, katanya waktu itu, untuk membeli sepeda motor," jelas Ny Sukanti.

Ketika uangnya akan diminta, ibunya mengatakan kalau sudah habis untuk kebutuhan sehari-hari. Mengetahui hal itu, Suroto pun kecewa. Sempat depresi hingga terlibat persoalan kriminal dan dipenjara. Setelah keluar dari penjara, sempat bertingkah aneh.

Berbagai upaya sudah dilakukan keluarga agar Suroto bisa sembuh. Beberapa orang terdekat sudah mencoba berbicara padanya. Tapi, tetap saja belum membuahkan hasil.

Ibunya, Sukanti (75 th) tak menyangka anaknya itu akan berprilaku demikian. "Karena secara fisik sehat dan sebelumnya juga berperilaku normal," katanya.

Baca juga: Terkait Situasi Gunung Merapi, BNPB Pusat Kunjungi Sleman

Suroto itu orangnya pendiam. Kecil hati. Bila ada masalah sering dipendam di hati. "Dan tidak mau berbicara dengan orang lain, termasuk saya," ungkap Ny Sukanti.

Selain itu, Suroto mudah kagol (kecewa) terhadap suasana yang dihadapinya. Ini kemungkinan yang kemudian membuatnya lebih memilih mengurung dan menutup diri dengan berbaring di tempat tidur berselimutkan sarung.

Menurutnya, sikap Suroto berubah secara drastis. "Dan hanya memilih tiduran saja," kata Ny Sukanti, yang menambahkan anaknya juga jarang makan.

Suroto mempunyai impian atau pendapat apa saja, terkadang tidak sinkron dengan ibunya. Itulah yang membuatnya depresi pada 2003.

Dalam bahasa Jawa, Ny Sukanti mengatakan tidak tahu awal mulanya tiba-tiba Suroto memilih tiduran, tidak pernah bangun dan tidak berbicara lagi.

"Anak saya makannya jarang-jarang dan tiga sampai empat hari sekali baru makan," kata Ny Sukanti yang menerangkan makan satu piring saja tidak habis.

Karena melihat kondisi Suroto yang cukup memprihatinkan, salah seorang relawan dari Salatiga, Jawa Tengah, bernama Ardian Kurniawan Santoso lantas membersihkan Suroto.

Saat terbaring di tempat tidurnya, terlihat Suroto hanya beralaskan rambut gimbalnya yang panjang sepunggung.

Ardian pun lantas memotong rambut dan kukunya. Setelah itu memandikan dan mengganti pakaian Suroto. "Agar terlihat lebih segar," tandasnya.

Ketika melihat apa yang dilakukan Ardian padanya, Suroto sempat meneteskan air mata. Waktu dimandikan pun tetap tidak mau bicara dengan Ardian. "Seperti mau berbicara, tapi tertahan," ungkap Ardian.

Menurut Ardian, nantinya secara perlahan perlu dirawat dan diajak berkomunikasi agar bisa kembali normal.

Kini Suroto memilih tinggal di sebuah kamar ukuran 2 x 3 meter di sudut rumah orangtuanya. Di dalam kamar itu Suroto hanya berbaring di atas tempat tidur dari anyaman bambu berselimutkan sarung, tidak mau berbicara dan kedua mata terpejam.

Ia keluar kamarnya saat akan buang hajat besar saja. Suroto keluar hanya menuju kamar mandi yang berjarak beberapa meter dari kamarnya. Bila berpapasan dengan ibunya, tetap tidak mau berbicara.

Sebelumnya, Suroto sempat aktif berbaur dengan masyarakat. Ia adalah seorang pemuda yang rajin. Termasuk rajin bercocok tanam. Juga pernah menjadi salah seorang pelopor masyarakat petani untuk melakukan pembibitan tanaman cabai.

Kini Suroto hanya tinggal bersama ibunya. Ayahnya Sarto, sudah lama meninggal. Kedua kakaknya tinggal di tempat lain. Keluarga berharap Suroto bisa pulih kembali dan bisa bersosialisasi dengan warga masyarakat sekitar.

Reporter: Affan Safani Adham

Editor:Haerani Hambali