Kisah Apriyani Rahayu Jualan Sayur di Konawe Hingga Jadi Pemain Bulutangkis Kelas Dunia
Reporter
Sabtu, 02 Mei 2020 / 7:46 pm
KENDARI, TELISIK.ID – Bernama lengkap Apriyani Rahayu biasa di panggil Ani sudah sangat terobsesi menjadi pemain bulutangkis sejak berusia 9 tahun. Saat di wawancara oleh salah satu media sport nasional yang disiarkan oleh chanel youtube, Ani berbagi cerita bagaimana hingga dirinya menjadi atlet dunia.
Lahir di Lawulo sebuah desa kecil yang masih termasuk dalam wilayah Kecamatan Anggaberi, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Nyaris tak ada yang terlalu istimewa di desa tersebut. Tapi, di desa itulah Apriyani Rahayu dilahirkan pada 29 April 1998 lalu.
Bermula dari kesenangannya bermain bulu tangkis sejak kecil, ketika itu Ani pertama kali bermain hanya menggunakan raket yang terbuat dari kayu dibuat oleh ayahnya Amirudin yang ia sebut sebagai opande.
“Jadi di depan rumah kan halamannya lumayan besar, ada tetangga saya laki-laki nah dia juga senang bulutangkis. Karena saya nggak ada raket saya gunakan raket kayu, dibuatin oleh opande. Bener-bener kayu, di situ main aja berdua sama anak cowok itu, kock (bola) juga yang udah rusak banget, kita main aja sampe sore, sampe keringatan,” ucap Apriyani.
Tak hanya itu, kehidupan serba terbatas membuat Ani mesti membantu kehidupan keluarganya kala itu. Ia terpaksa membantu ibunya (omande) yang sudah meninggal, untuk berjualan sayur keliling. Di mana sebelumnya sayur tersebut hasil panen yang ditanami sendiri oleh orang tuanya.
“Di rumah saya itu almarhumah omande itu kan suka tanam-tanam cabe, sayur, jagung kayak gitu deh. Nah, di belakang rumah kan luas dipetik-petikin mama saya terus diikat. Dia bilang gini,‘Ani kan kamu tidak ada uang jajan ini ko pergimi jual ini sayur’. Ngajarinnya udah gitu mama saya,” kenangnya kala itu.
“Oh iya mah, brapa nih satu ikat? Kata omande 1000, kalo ada yang tawar 500 perak nggak apa-apa, atau naikin aja deh 1500, ntar kalo ada yang nawar baru turunin. Jadi yang dijual ada sayur terong dan lainnya,” ingat Apriyani saat bercerita.
Dari sekedar hobi, saat sekolah dasar Apriyani Rahayu terpilih mewakili sekolahnya dalam Porseni antar sekolah yang diselenggarakan di Kota Kendari saat itu. Ketika itu Ani mencapai babak final namun ia harus menelan kekalahan. Sehingga obsesinya untuk berangkat ke Jakarta harus kandas.
“Saat itu saya final sama teman saya juga, hanya beda pualu dia dari Raha saat itu. Saya kalah, nangis dong kan yang menang ke Jakarta,” ujarnya.
Karena Ani sudah menyatakan bahwa apa yang dia lakukan karena hobi dan senang dengan olahraga bulutangkis. Selain itu keluarga juga mendukung apa yang dikerjakan oleh wanita 22 tahun itu.
Ani pun berhasil mewujudkan ambisinya di tahun berikutnya saat ia kelas 6 SD. Sebagai juara ia berhak bertanding ke Jakarta. Namun, sesampai di Ibukota ia baru tersadar bahwa ilmu bulutangkis yang dimilikinya ternyata belum apa-apa dibanding anak-anak di Jawa.
Baca juga: Jutaan Ibu Hamil Akibat Lockdown
Perjalanan karir Ani pun tak berjalan mulus. Mulai dari cibiran, orang tuanya yang serba kekurangan yang harus menggadai emas untuk bisa memberikan fasilitas untuk Ani agar bisa bermain bulutangkis.
“Emang betul dulu orang tua sempat menggadai perhiasan juga, karena ini dorongan dari opande dan almarhumah omande juga. Ada beberapa orang yang menyepelehkan atau meremehkan, waktu itu dibilang saya pendeklah, nggak mungkin jadi atlet orangnya pendek. Tapi orang tua bilang terus jalan,” ungkap Ani.
Memulai karir profesional di akhir tahun 2011, Apriyani ke Jakarta. Kala itu ia bersama pak Akip sebagai pengurusnya mengantarkannya untuk memulai berkarir profesional . Pak Akip mempunyai teman dekat bernama Pak Yuslan. Dimana Yuslan ini berteman juga dengan Mantan pemain Bulutangkis Indonesia Icuk Sugiarto.
“Jadi Pak Yuslan ini mengusulkan saya ke Bapak Icuk Sugiarto. Pak Icuk, nih ada bibit atlet dari Konawe bagus, bla bla bla. Makanya saya di Jakarta di PB Pelita tempat pak Icuk ini,” beber Ani.
Ani Sempat mendapatkan penolakan untuk bergabung. Tetapi selaku pengurus pak Akip meminta dan meyakinkan kepada Icuk agar Apriyani Rahayu bisa diterima. Namun akhirnya diterima dengan beberapa syarat.
“Coba lihat dulu anak ini selama tiga bulan, kata Pak Akip. Kalo ada perkembangan dia (Ani) boleh masuk, sudah dijelasin juga bahwa saya orang biasa nggak berada, juga nggak bisa bayar. Jadi di buka langsung semuanya,” ungkapnya.
Wanita Suku Tolaki itu tak mau menyia-nyiakan kesempatan selama tiga bulan. Dengan tekad dan perjuangan akhirnya selama tiga bulan ia berlatih, perkembangan pesatpun ditunjukan Ani selama berada di PB Pelita.
“Ada perkembangan Alhamdulillah, pada akhirnya saya diberi fasilitas seperti gratis latihan, gratis nyuci, sehingga bisa dibilang Pa Icuk ini sangat berjasa dalam karir bulutangkis saya,” jelas Ani.
Pada 2012 prestasinya makin bersinar sejak berpasangan dengan Jauza Fadhillah Sugiarto yang tak lain adalah putri bungsu Icuk Sugiarto. Berbagai prestasi nasional dan internasional untuk kelompok usia taruna terus ditoreh bersama Jauza.
“Ke Jakarta awalnya saya main single dulu. Tapi pelatih saya Toto Sunarto bilang, kamu main doble aja lebih prospeknya double sama mix double. Pada akhirnya saya pasangan sama Jauza,” kenangnya.
Berbagai prestasi yang ditorehnya, Apri tak menyangka mulai mendapat kepercayaan membela tim Merah Putih di ajang Kejuaraan Dunia Yunior 2014 di Alor Setar, Malaysia. Namun, kali ini ia tidak dipasangkan dengan Jauza, melainkan Rosyita Eka Putri Sari.
Di luar dugaan, Apri/Rosyita berhasil mencapai babak final sebelum kalah dari pasangan Tiongkok, Chen Qingchen/Jia Yifan. Seperti diketahui Chen Qingchen/Jia Yifan saat ini menjadi salah satu pasangan ganda putri yang disegani setelah beranjak ke senior.
Sukses menjadi runner-up bersama Rosyita itulah yang akhirnya mengantar Apri ke Pelatnas PBSI Cipayung. Ilmu bulutangkisnya pun terus terasah dengan arahan pelatih-pelatih yang makin berkualitas.
Apri pun kembali mendapat kepercayaan tampil di Kejuaraan Dunia Yunior di Lima, Peru. Kali ini ia bermain di ganda campuran berpasangan dengan Fahriza Abimanyu. Namun, konsentrasinya buyar saat hendak bertanding di semifinal melawan He Jiting/Du Yue (Tiongkok). Ia mendapat kabar buruk sang ibu meninggal dunia di kampung halaman.
"Rasanya sedih sekali tidak bisa melihat mama untuk terakhir kali. Kalau cuma dekat saja pasti saya minta pulang. Tapi, ini di Peru yang perjalanannya saja sudah satu setengah hari dari Jakarta. Akhirnya saya cuma bisa bertemu makam mama pada peringatan tujuh hari wafatnya beliau," kenang Ani lagi.
Sosok mama sangat berarti dalam perjalanan karirnya. Karena berkat dorongan mamanya pula ia bisa menapak hingga ke Pelatnas Cipayung. Karena itu, ketika naik podium juara di Thailand Open, salah satu sosok yang sangat dikenang adalah sang mama. Ani yakin mamanya pasti bangga melihatnya naik podium juara.
Duka Ani kembali bertambah ketika Sapiuddin, pelatih yang pertama kali mengenalkannya memegang raket bulutangkis dengan benar juga ikut berpulang pada 2016 lalu. Untuk kedua kali, Apri pun tak bisa pulang ke Konawe karena bersamaan dengan mengikuti kejuaraan di luar negeri.
Ayahnya, Amiruddin pun mengaku bangga dan bersyukur, anak perempuannya itu bisa mengharumkan nama daerah hingga ke internasional.
“Saya itu senang sekali, karena perjuangan almarhumah mamanya tidak sia-sia. Sampai jual sayur untuk beli raket dan shuttlecock, kadang gadai perhiasan supaya bisa ikut kejuaraan. Alhamdulillah sekarang sudah mulai terlihat hasilnya," tutur Amiruddin.
Kini ia telah berpasangan dengan Greysia Polii, dia mengakui berpasangan dengan Greysia sangat cocok dan ia merasa mendapatkan chemistry.
"Cocok maksudnya lebih pada pola permainan saya dengan kak Greysia. Kalau dengan senior-senior lainnya saya sih merasa baik-baik saja," ucapnya.
Saat ini pasangan Apriyani Rahayu dan Greysia Polii masuk ranking 8 dunia versi BWF (Ferderasi Bulu Tangkis Dunia). Berpasangan dengan Greysia pun belum tentu sesuatu yang permanen. Karena suatu saat bisa saja pelatih mengubah lagi formatnya karena Greysia saat ini memang tengah dicoba dengan beberapa pemain lain.
Beberapa prestasi Apriyani Rahayu:
1. Kejuaraan Dunia BWF
Perunggu 2018 Nanjing
Ganda Putri
Perunggu 2019 Basel
Ganda Putri
2. Piala Sudirman
Perunggu 2019 Nanning
Tim Campuran
3. Asian Games
Perunggu 2018 Jakarta-Palembang
Ganda Putri
Perunggu 2018 Jakarta-Palembang
Tim Putri
4. Asia Team Championships
Perunggu 2018 Alor Setar
Tim Putri
5. Southeast Asian Games
Emas 2019 Philippines
Ganda Putri
Perak 2019 Philippines
Tim Putri
Perunggu 2017 Kuala Lumpur
Tim Putri
6. World Junior Championships
Perak 2014 Alor Setar
Ganda Putri
Perak 2014 Alor Setar
Tim Campuran
Perak 2015 Lima
Tim Campuran
Perunggu 2015 Lima
Ganda Campuran
7. Asian Junior Championships
Perunggu 2015 Bangkok
Ganda Campuran
Perunggu 2015 Bangkok
Ganda Campuran
Perunggu 2016 Bangkok
Ganda Campuran
Reporter: Muhammad Israjab
Editor: Sumarlin