MAN IC Kendari, Madrasah di Tengah Hutan yang Ukir Prestasi Nasional dan Internasional

Adam Jourdi Alfayed

Reporter

Sabtu, 02 Agustus 2025  /  7:16 pm

Kepala Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendikia Kota Kendari, Ismail Z. Betawi. Foto: Adam Jourdi Alfayed/Telisik

KENDARI, TELISIK.ID – Terletak jauh dari hiruk-pikuk kota dan berada di tengah hutan, Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) Kota Kendari tampil gemilang dengan mengukir prestasi nasional hingga internasional.

Berdiri sejak 2016, madrasah unggulan di bawah Kementerian Agama RI ini sangat fokus pada pembinaan akhlak peserta didiknya.

Kepala MAN IC Kendari, Ismail Z. Betawi, menjelaskan bahwa madrasah ini hadir dengan visi besar: membentuk sumber daya manusia berkualitas tinggi dalam keimanan, ketakwaan, dan penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi, tanpa melupakan kepedulian terhadap lingkungan.

“MAN IC Kendari adalah satu dari 24 madrasah unggulan Kementerian Agama yang dibangun di setiap provinsi. Kami hadir bukan hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi sebagai pusat pembinaan generasi masa depan yang berpikir kritis, religius, dan siap bersaing di dunia global,” ujar Ismail, Kamis (31/7/2025) lalu.

Dengan sistem pembelajaran berasrama, proses pendidikan di MAN IC Kendari menyatu antara kelas dan kehidupan sehari-hari.

Para guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, melainkan juga sebagai pembina yang hidup berdampingan dengan siswa, menciptakan suasana pendidikan yang menyeluruh.

Baca Juga: Kawasan MTQ Kendari Jadi Tempat Favorit Warga untuk Berolahraga

“Guru-guru kami tinggal bersama murid dalam satu lingkungan. Mereka menjadi fasilitator sekaligus pembina. Proses belajarnya pun berbasis riset. Anak-anak tidak hanya diajarkan teori, tapi juga ditantang untuk mencari dan memecahkan masalah secara mandiri,” jelas Ismail.

Sejak kelas 10, siswa sudah menjalani proyek penelitian pribadi (personal research) yang disesuaikan dengan minat dan bakat masing-masing.

“Kami minta anak-anak cari masalah, misalnya bagaimana menciptakan makanan sehat tanpa formalin, atau topik hukum sesuai cita-cita mereka. Mereka cari solusinya, buat buklet, dan presentasikan,” terangnya.

MAN IC Kendari dihuni oleh siswa-siswi dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Buton, Muna, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, hingga Jakarta dan Maluku. Keberagaman ini dijawab dengan pendekatan yang humanis.

“Kami pakai kurikulum berbasis cinta. Pendekatan kami bukan kekerasan, tapi kelembutan. Kami kawal masa adaptasi mereka selama tiga bulan pertama, dari makan, tidur, hingga kebiasaan harian mereka,” ungkap Ismail.

Dalam beberapa tahun terakhir, MAN IC Kendari berhasil menorehkan berbagai prestasi membanggakan.

Salah satu siswanya, Aditya, berhasil meraih medali perunggu di Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan medali emas di Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bidang Biologi. Ia juga diterima di Institut Teknologi Bandung (ITB) serta memperoleh beasiswa kuliah di Rusia.

“Aditya ini anak luar biasa. Dia dapat perunggu di OSN, emas di KSM, dan sekarang diterima di dua tempat elit. Ini bukti bahwa dari madrasah bisa lahir anak-anak luar biasa,” kata Ismail penuh bangga.

MAN IC Kendari secara aktif membimbing siswanya untuk melanjutkan pendidikan di kampus-kampus ternama seperti UGM, ITB, ITS, UNHAS, hingga UIN Syarif Hidayatullah.

Alumni dan mahasiswa dari berbagai kampus juga diundang untuk memberikan inspirasi langsung kepada siswa.

Tak hanya itu, Kementerian Agama juga membuka akses beasiswa luar negeri bagi siswa-siswa MAN IC se-Indonesia.

“Tahun ini, 18 siswa kami lolos seleksi administrasi beasiswa luar negeri. Mereka dibina langsung oleh kampus yang dituju. Tugas kami adalah memperkuat keimanan mereka agar tetap kokoh saat belajar di negara-negara sekuler,” ujarnya.

Meski telah menorehkan banyak prestasi, MAN IC Kendari masih menghadapi tantangan infrastruktur, terutama dalam hal penyediaan air bersih.

Baca Juga: Degan Coffee and Studio Tempat Nongkrong Dekat UHO Kendari, Harga Sesuai Kantung Mahasiswa

Dengan jumlah murid mencapai 310 orang, kebutuhan air sangat tinggi. Namun, akses PDAM ke wilayah madrasah belum maksimal.

“Kami seperti mengelola satu kelurahan. Sumur bor kami kadang longsor atau tak keluar air. Kami sudah minta perhatian, karena ini sekolah negeri. Idealnya, PDAM hadir ke sekolah-sekolah berasrama seperti ini,” kata Ismail.

Meskipun berada di lokasi terpencil, MAN IC Kendari tetap optimis menjadi garda terdepan dalam membentuk generasi unggul dari Sulawesi Tenggara.

“Kami ini di hutan, tapi tenang. Tak ada hiruk-pikuk kota. Dari tempat sunyi ini, kami siapkan generasi yang akan bicara di dunia global,” tegas Ismail.

Ia juga mengajak seluruh pemangku kepentingan, mulai dari Kementerian Agama, pemerintah provinsi, pemerintah kota, hingga masyarakat luas untuk turut membesarkan MAN IC Kendari.

“MAN IC Kendari bukan hanya tanggung jawab Kemenag, tapi juga Kanwil, pemprov, pemkot. Karena dari madrasah inilah wajah pendidikan Sulawesi Tenggara dilihat oleh Indonesia,” tutupnya. (C)

Penulis: Adam Jourdi

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS