Nastar Kaopiku, Oleh-oleh Bebas Gluten Petani Singkong Buton Selatan

Ali Iskandar Majid

Reporter

Sabtu, 01 Februari 2025  /  10:58 pm

Owner nastar kaopiku, Uliyana, di rumah produksinya Desa Bola, Batauga, Buton Selatan. Foto: Ali Iskandar Majid/telisik

BUTON SELATAN, TELISIK.ID – Nastar kaopiku, oleh-oleh bebas gluten khas Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, kini menjadi primadona bagi para pencinta kuliner sehat.

Produk ini merupakan olahan petani singkong Desa Bola, Kecamatan Batauga, yang mulai diproduksi sejak tahun 2020.

Nastar kaopiku menawarkan cita rasa khas singkong dan bebas gluten, cocok untuk mereka yang ingin menjaga berat badan dan menjaga kesehatan sistem pencernaan.

Owner nastar kaopiku, Uliyani, mengungkapkan bahwa produk ini rendah gula, sehingga bisa dinikmati oleh berbagai usia tanpa khawatir akan risiko diabetes.

Baca Juga: Bawang Goreng Mombaka, Oleh-Oleh Khas Buton Selatan

Meskipun saat ini hanya memproduksi satu varian rasa, permintaan untuk nastar kaopiku terus meningkat, dan ada yang datang dari luar Kabupaten Buton Selatan. Setiap cup nastar kaopiku dibandrol dengan harga Rp 100.000.

Uliyani menjelaskan bahwa produksi kue nastar ini melibatkan ibu rumah tangga di Desa Bola yang berprofesi sebagai petani singkong.

Pelibatan ibu rumah tangga ini diharapkan dapat memberdayakan masyarakat lokal serta mendukung perputaran ekonomi di desa tersebut. Semua bahan baku singkong untuk olahan nastar berasal dari hasil panen warga setempat.

“Setiap hari, kami memproduksi sekitar 10 kilogram tepung singkong kering (kaopiku) yang menghasilkan 30 kilogram kue nastar kaopiku,” ujar Uliyani, Sabtu (1/2/2025).

Nastar kaopiku, menurut Uliyani, bisa bertahan hingga tiga bulan, tapi tergantung pada cara penyimpanannya.

Nastar kaopiku telah sering diikutkan dalam berbagai event di tingkat daerah maupun provinsi, termasuk bekerja sama dengan Tim Penggerak PKK Buton Selatan untuk mempromosikan produk ini hingga ke tingkat nasional.

Saat ini produk kue kering nastar kaopiku dijual secara online. Namun, Uliyani mengaku terkendala dalam sistem ongkos kirim (ongkir) untuk transaksi cash on delivery (COD).

Ia berharap pemerintah daerah dapat membantu dalam memperluas pemasaran produk ini, dengan melibatkan reseller atau toko retail yang siap membeli dalam jumlah besar.

“Karena kami terkendala di pemasaran, kami berharap ada pihak retail yang siap membeli produk dalam jumlah banyak,” harap Uliyani.

Di dapur produksi, salah satu wanita tani Desa Bola, Samria, menjelaskan bahwa semua bahan baku nastar kaopiku berasal dari desa setempat. Salah satunya adalah sley, isian nastar yang terbuat dari buah nenas dan pepaya hasil panen warga. 

Baca Juga: Mengenal Karasi, Cemilan Khas Wakatobi dan Cara Membuat

Sley ini diolah dengan cara dihaluskan dan dimasak selama 5 jam hingga menghasilkan kualitas terbaik dan dapat bertahan hingga dua tahun.

“Kami buat sendiri sley-nya, bahkan bisa tahan sampai 2 tahun asalkan tidak terkontaminasi,” ujar Samria.

Produksi nastar kaopiku masih dalam skala kecil, namun mereka juga berencana untuk mengembangkan produk olahan lain seperti sley sebagai produk turunan yang dapat dipasarkan lebih luas.

Gerai Toko Nastar Kaopiku terletak di satu kompleks dengan rumah produksi tepung kaopiku, serta berada di dekat Cagar Budaya Mata Air Raano dan destinasi wisata Pantai Jodoh di Buton Selatan. (B)

Penulis: Ali Iskandar Majid

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

TOPICS