Naturevolution Teliti Tangkelemboke: Karst Penyangga Sumber Air Tiga Sungai Besar di Sultra yang Terancam Penambangan

Gusti Kahar

Reporter

Selasa, 18 November 2025  /  3:53 pm

Ketua Yayasan Naturevolution Indonesia, Jeny (kiri), bersama salah satu dokter hewan tim ekspedisi Explore the Unseen (tengah), memaparkan tujuan penelitian ekologi Gunung Tangkelemboke kepada Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, Hugua (kanan), sebelum keberangkatan tim ekspedisi, Senin (17/11/2025). F

KENDARI, TELISIK.ID – Yayasan Naturevolution Indonesia berkomitmen melakukan ekspedisi penelitian untuk mengungkap kondisi ekologis Gunung Tangkelemboke, di tengah meningkatnya tekanan aktivitas penambangan di pegunungan Sulawesi Tenggara (Sultra).

Data telisik.id mencatat, Pegunungan Tangkelemboke dengan puncak Osu Nando’oto (2.421 mdpl) merupakan kawasan karst yang berperan sebagai water bank bagi tiga aliran besar sungai di Sultra.

Ketiga sungai yang dimaksud adalah Latoma yang mengalir ke selatan, Lasolo menuju Konawe Utara, serta Porehu yang mengalir ke Kolaka Utara. Pegunungan Tangkelemboke menjadi sumber air penting bagi kehidupan masyarakat di wilayah hilirnya.

Gunung Tangkelemboke berada di Kabupaten Konawe, daerah yang memiliki cadangan nikel besar dengan maraknya aktivitas pertambangan, baik legal maupun ilegal, terutama di wilayah Routa dan Moramo Utara.

Baca Juga: SEMMI Sultra Dorong Pengurus Wilayah dan Cabang Kolaborasi untuk Penguatan Kader

Tekanan industri pertambangan ini semakin memperkuat kekhawatiran terhadap keberlanjutan ekosistem sekitar.

Sementara itu, RTRW Kabupaten Konawe melalui Perda No. 9 Tahun 2014 menetapkan Kecamatan Latoma yang merupakan bagian dari Pegunungan Tangkelemboke sebagai zona peruntukan pertambangan mineral logam dan nonlogam.

Ketua Yayasan Naturevolution Indonesia, Jeny, mengatakan bahwa program riset ilmiah dan konservasi tersebut merupakan langkah serius untuk mengetahui kondisi ekologis Pegunungan Tangkelemboke.

"Sebelum hutan habis, kita harus lindungi dulu, agar tidak habis, kita tidak bisa hidup tanpa hutan. Apalagi ini ada kaitannya dengan sumber air bersih," ujar Jeny, saat pelepasan tim ekspedisi ke Gunung Tangkelemboke oleh Wakil Gubernur Sultra, Hugua, Senin (17/11/2025).

Jeny menegaskan bahwa Tangkelemboke perlu diselamatkan dari aktivitas pertambangan. Menurutnya, jika hutan kehilangan sumber daya alamnya, air pun akan mengering dan dampaknya dapat dirasakan hingga ke wilayah laut.

"Tanpa hutan air akan kering, tanpa air manusia, hewan hingga ke okosistem laut akan sengsara. Jadi impaknya itu dari hilir ke hulu," ungkapnya.

Salah satu anggota tim ekspedisi Explore the Unseen, yang juga merupakan dokter hewan di Prancis, menambahkan bahwa Jepang pernah kehilangan ribuan warga akibat dampak logam berat.

"Hanya karena makan ikan yang sudah terkontaminasi dengan merkuri. Merkuri itu termasuk kromium, nikel dan lain-lain, walau hanya sedikit tapi kalau sudah menumpuk akan membunuhmu," ucap dokter hewan tersebut.

Sementara itu, Wakil Gubernur Sultra, Hugua, mengakui bahwa jika seluruh kawasan Pegunungan Tangkelemboke dieksploitasi untuk penambangan secara maksimal, masyarakat berpotensi mengalami krisis air bersih.

Ia menegaskan bahwa peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk menjaga sumber daya alam. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara akan menjadi penghubung ke pemerintah pusat dalam menyampaikan potensi terjadinya kekeringan air bersih.

Baca Juga: INFORMA Suguhkan Ide Dekorasi dan Bingkisan untuk Perayaan Akhir Tahun yang Lebih Berkesan

"Persoalan masalah IUP saya kira ini kewenangan pusat dan saya lihat belum semuanya diambil. Kita akan komunikasi ke pemerintah pusat terkait potensi-potensi kekeringan yang akan terjadi," kata Hugua.

Ia mengatakan Sultra membutuhkan pembangunan infrastruktur dan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Namun demikian, ia menekankan bahwa kesehatan masyarakat tetap menjadi prioritas utama.

"Bukan berarti tidak ada tambang, tapi negara harus menatanya sehingga tidak menimbulkan sesuatu yang bisa merusak jangka panjang," pungkasnya.

Ekspedisi ini diharapkan mampu memberikan data ilmiah yang kuat untuk mendorong kebijakan perlindungan kawasan Pegunungan Tangkelemboke.

Dengan ancaman tambang yang terus meningkat, hasil riset para peneliti dan relawan ini menjadi penting sebagai dasar pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan demi menjaga sumber air dan keanekaragaman hayati bagi generasi mendatang. (A)

Penulis: Gusti Kahar

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS