Pegawai Google Tak Dibayar Setahun, Hilang Pamor Sebagai Raja Mesin Pencari dan Diganti Ini

Ahmad Jaelani

Reporter

Minggu, 20 April 2025  /  11:28 am

Google kehilangan pamor, karyawannya menganggur selama setahun penuh. Foto: Repro Pasardana.

JAKARTA, TELISIK.ID - Google, yang dulu dijuluki raja mesin pencari dunia, kini mengalami penurunan pamor. Di saat bersamaan, perusahaan itu dikabarkan membayar sejumlah karyawannya untuk tidak bekerja selama setahun penuh.

Fenomena ini membuka babak baru persaingan teknologi, terutama di ranah kecerdasan buatan, yang semakin sengit dan penuh intrik.

Google menjadi sorotan setelah laporan menyebutkan bahwa raksasa teknologi itu membayar sejumlah karyawan divisi kecerdasan buatan (AI) mereka untuk tidak bekerja selama satu tahun.

Langkah ini diambil sebagai strategi agar para talenta unggulan tersebut tidak direkrut oleh pesaing seperti OpenAI dan Microsoft. Taktik tersebut memperlihatkan betapa ketatnya kompetisi dalam mendapatkan pakar AI di industri teknologi saat ini.

Menurut laporan dari Business Insider, divisi AI Google, yakni DeepMind, menerapkan kontrak non-kompetisi yang sangat ketat terhadap beberapa stafnya di Inggris. Dalam kontrak itu disebutkan bahwa mereka tidak diizinkan bekerja di perusahaan pesaing hingga satu tahun penuh, tetapi tetap menerima gaji selama masa larangan tersebut.

Kebijakan ini disebut telah menimbulkan ketidakpuasan di kalangan karyawan. Kondisi ini dikonfirmasi oleh Wakil Presiden AI di Microsoft, Nando de Freitas.

Baca Juga: HP Lipat Tiga Huawei Mate XT Segera Masuk ke Indonesia, Ini Spesifikasi dan Harganya

Melalui akun X miliknya, ia mengungkapkan bahwa banyak staf DeepMind menghubunginya dalam keadaan frustrasi. Mereka merasa terjebak dalam kontrak yang membatasi ruang gerak karier mereka.

"Setiap minggu salah satu dari (karyawan) Anda menghubungi saya dengan putus asa untuk menanyakan bagaimana cara keluar dari kebijakan tersebut," tulis @NandoDF, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Minggu (20/4/2025).

Ia juga menyampaikan bahwa beberapa dari mereka meminta bantuan untuk mendapatkan pekerjaan baru. Namun, ia memilih untuk tidak menanggapi permintaan itu.

Dalam unggahannya, ia menambahkan, "Jangan menandatangani kontrak ini. Tidak ada perusahaan Amerika yang harus memiliki kekuatan sebanyak itu, terutama di Eropa. Ini adalah penyalahgunaan kekuasaan, yang tidak membenarkan akhir apapun."

Persaingan dalam industri AI memang semakin memanas, terutama setelah kemunculan teknologi AI generatif seperti ChatGPT dan Perplexity. Inovasi semacam ini mulai menggeser posisi dominan Google Search yang dulunya menjadi pilihan utama masyarakat dunia dalam mencari informasi di internet.

Kini, semakin banyak pengguna yang beralih menggunakan layanan AI untuk mendapatkan jawaban secara lebih interaktif dan instan.

Selain AI, perubahan kebiasaan generasi muda juga turut memengaruhi dominasi Google. Banyak pengguna generasi Z kini menggunakan TikTok sebagai sarana utama pencarian informasi. M

Mereka lebih suka mencari rekomendasi tempat wisata, hotel, hingga makanan melalui konten video pendek yang dianggap lebih menarik dan cepat.

Sejak awal 2024, TikTok bahkan telah menguji coba fitur pengalihan tautan dari aplikasinya ke Google Search. Namun, tren yang berkembang justru menunjukkan bahwa banyak pengguna lebih mengandalkan informasi langsung dari konten TikTok.

Baca Juga: Tren Smartphone Kini Berubah, Ini 6 Teknologi Ponsel Masa Depan Banyak Orang Tak Tahu

Hal ini menandakan adanya pergeseran preferensi pengguna dari mesin pencari konvensional ke media sosial berbasis video.

Di sisi lain, laporan juga menyebutkan bahwa sejumlah mesin pencari lain seperti Bing, Yahoo, dan Yandex mengalami peningkatan pengguna. Namun, peningkatan tersebut belum cukup signifikan untuk menyaingi dominasi Google secara keseluruhan.

Meski begitu, kehadiran berbagai alternatif dan teknologi baru telah mempersempit ruang eksklusif Google sebagai satu-satunya raja mesin pencarian. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS