Pernah Jadi Karyawan Proyek, Pemulung Ini Rupanya Jarang Diberi Upah

Nadwa Rifada

Reporter

Rabu, 13 April 2022  /  9:25 pm

Sri Yustiningsih yang memegang karung dang tongkat besinya sedang berdiri sambil tersenyum sumringah. Foto : Nadwa Rifada/Telisik

KENDARI, TELISIK.ID - Setiap orang mendambakan kehidupan yang baik dan bahagia. Namun terkadang takdir menjadikan kehidupan sebagai ujian untuk bisa melewatinya.

Bukanlah bahagia yang menjadikan kita bersyukur tetapi dengan bersyukurlah yang akan menjadikan hidup kita bahagia.

Sri Yustiningsing adalah salah satunya, seorang pemulung yang karena ia selalu bersyukur menjadikannya orang yang berbahagia. Setiap hari ia memulung melewati jalan raya demi memunguti botol, kardus dan barang barang bekas yang bisa ditimbang.

Meski sejak lama ditinggal suami, ia masih tetap bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan keadaanya yang sekarang, ia selalu bersyukur. Sehingga tak heran saat ditemui Sri yustiningsih terlihat bahagia.

Dalam kesehariannya, Sri Yustiningsih sering memperoleh penghasilan yang tidak tetap namun ia tidak pernah mengeluh.

Ia bercerita, dahulu ia sering menabung. Setiap kali memperoleh penghasilan dari hasil memulungnya, ia pasti tabung. Hal itu dilakukannya hampir setiap hari karena keinginannya yang ingin membeli tanah.

Baca Juga: Tukang Becak Ini Menabung 15 Tahun untuk Bangun Rumah Sendiri

Sebab kuatnya keinginan Sri Yustiningsih yang ingin memiliki rumah sendiri, dengan uang receh Rp 500an dan Rp 200an ia berhasil membeli tanah seharga Rp 2000.000, Angka yang besar di zamannya. Ia berhasil membelinya walau saat itu pemilik tanah sempat kaget karena belum pernah ada yang membeli tanah menggunakan uang receh seperti yang dilakukan Sri Yustiningsih.

Sri Yustingsih berbeda dengan kebanyakan pemulung lain. Pembawaannya yang ceria, suka tersenyum dan sering tertawa seakan membuatnya tidak sedang memikul beban yang berat. Ia sendiri bahkan membuat lagu.

"Ini kita pencari sampah-sampah bisa menjadi uang. Ini semua sudah bisa jadi berkah," ucap Sri Yustiningsih sambil tersenyum, Rabu (13/4/2022).

Sri Yustiningsih mengungkapkan, pengalaman yang paling tidak pernah dilupakan olehnya adalah saat menjadi karyawan proyek di CV Setia Budi. Upah yang seharusnya didapatkan, sering tidak dibayarkan.

Padahal sebagai seorang karyawan, Sri Yustiningsih telah menunaikan kewajibanya. Ia yang sudah tua dan sering mengerjakan pekerjaan berat, tentunya akan sangat sulit baginya. Ditambah lagi upah yang jarang terbayarkan.

Ia pernah ditugaskan mengerjakan selokan sepanjang 15 km dan tidak dibayar, ia juga pernah ditugaskan menggali deker. Tak hanya itu, ia juga bercerita suaminya pernah diperintah untuk berjaga malam di pertanahan kampus selama 250 malam. Upah yang seharusnya diterima Rp 10.000 setiap malam malah tidak dibayarkan.

Baca Juga: Hidup Pas-pasan, Seorang Ibu jadi Tulang Punggung Keluarga

"Bayarlah upah buruhmu sebelum keringatnya kering," nasehat Sri Yustiningsih.

Bagi Sri Yustiningsih segala apa yang terjadi, sudah menjadi ketentuanNya. Jika upah tidak dibayar, berarti harus ikhlas. Ikhlas, sabar dan menerima apa adanya adalah cara terbaik menghadapi hidup. Jangan Khawatir, sebab setiap hal yang terjadi di dalam hidup ini adalah kehendak Allah.  

"Segala apa yang diberikan di dunia ini hanyalah titipan, Di dunia hanya sebentar, harta benda tidak akan kekal," katanya mengakhiri. (A)

Reporter: Nadwa Rifada

Editor: Kardin