Tukang Becak Ini Menabung 15 Tahun untuk Bangun Rumah Sendiri
Nadwa Rifada, telisik indonesia
Sabtu, 09 April 2022
0 dilihat
Syamsul yang kesehariannya menarik becak sedang duduk beristirahat dan menahan dahaga di bawah panas terik matahari. Foto : Nadwa Rifada/Telisik
" Becak merupakan salah satu alat transportasi darat tradisional yang sejak lama sudah ada di Indonesia. Becak kayuh yang dapat mengangkut 1-2 orang ini kenyataannya masih diminati, meskipun hanya sebagian orang saja "
KENDARI, TELISIK.ID - Zaman telah berubah. Dahulu, masyarakat sering menggunakan becak sebagai alat transportasi, namun seiring berjalannya waktu dan perkembangan tekonologi, kendaraan semakin canggih, becak pun mulai jarang digunakan oleh masyarakat kita.
Walau demikian, becak merupakan salah satu alat transportasi darat tradisional yang sejak lama sudah ada di Indonesia. Becak kayuh yang dapat mengangkut 1-2 orang ini kenyataannya masih diminati, meskipun hanya sebagian orang saja.
Tidak mudah menjadi seorang tukang becak. Sebab dibutuhkan tenaga yang ekstra kuat untuk bisa mengayuh dan mengendarainya sepanjang jalan, tidak seperti alat transportasi lain yang pada umumnya menggunakan bantuan mesin untuk menggerakannya.
Syamsul (50), adalah seorang tukang becak yang sering beroperasi di daerah pasar basah Mandonga, Kendari. Sejak tahun 2001 hingga sekarang, ia sudah menggeluti pekerjaannya menarik becak demi memenuhi kebutuhannya dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang tulang punggung keluarga.
Profesi Syamsul sebagai tukang becak memaksanya untuk berpanas-panasan setiap hari. Walau dahaga ia tetap berpuasa. Peluhnya dibiarkan mengucur dan Syamsul masih tetap bisa tersenyum.
Meskipun penghasilan Syamsul tidak seberapa, hanya Rp 20.000 per hari dan lebih sering tidak menentu, ia tetap besryukur. Karena dengan hanya besryukur hari-hari akan menjadi lebih mudah.
"Kita ini biar orang sederhana yang penting sehat. Jangan pernah mengganggu orang lain agar kita juga tidak diganggu orang lain," ungkap Syamsul saat ditemui, Sabtu (9/4/2022)
Baca Juga: Warga Buang Sampah Sembarang, Pemulung: Padahal Tempat Sampah Sudah Ada
Bersama Istrinya, Karyati (42), dan tiga orang anaknya Nita, Rahmat dan Fuji, Syamsyul tinggal di sebuah rumah papan di daerah Konawe, Lambusa. Rumah yang ditinggalinya saat ini adalah hasil dari ia menabung bersama istrinya selama 15 tahun.
Sebelum memiliki rumah tetap, Syamsyul tinggal di sebuah rumah kos jalan Laute 1. Dengan tekad yang kuat bersama istrinya Syamsul saling berjanji untuk bisa memiliki rumah tetap.
Terkadang Rp 10.000 Syamsul sisihkan setiap hari. Berapa pun yang diperolehnya hari itu ia sisihkan, begitu pula dengan sang Istri yang pekerjaannya sebagai karyawan di sebuah pabrik tempe. Setiap hari mereka menyisihkan uang berapa pun yang mereka bawa pulang untuk ditabung.
Butuh waktu yang lama bagi Syamsul dan istri mengumpulkan uang untuk akhirnya mereka bisa memiliki tempat tinggal yang tetap. Setelah 15 tahun menabung, akhirnya mereka mampu memiliki rumah tetap sendiri.
Baca Juga: Menjadi Tuna Aksara, Pemulung Ini Tidak Menyerah
Proses pembangunan rumah mereka juga tidak mudah, Syamsul ikut turun tangan membangun rumah bersama tukang bangunan yang lain. Mencicil bahan bangunan sedikit demi sedikit karena keterbatasan biaya saat itu.
Hari ini, Syamsul bersama istrinya Karyati bisa bernafas lega karena tekad mereka, mereka tidak lagi harus membayar kos setiap bulannya dan tinggal menumpang di lahan orang lain.
Setiap orang bisa melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Syamsul dan istri, selama mereka memiliki kemauan dan tekad yang kuat untuk bisa membuatnya nyata. (A)
Reporter: Nadwa Rifada
Editor: Kardin