Rp 177 Triliun Aset Rusia jadi Taruhan Baru Inggris untuk Ukraina, Amerika Cs Tersinggung

Ahmad Jaelani

Reporter

Minggu, 07 Desember 2025  /  9:50 pm

Tower Bridge terlihat saat matahari terbenam di London, Inggris, pada 2 Agustus 2025. Foto: Xinhua/Wang Muhan.

KIEV, TELISIK.ID - Inggris mulai mengkaji pencairan miliaran poundsterling aset Rusia yang dibekukan untuk Ukraina, di tengah perbedaan sikap Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa.

Inggris sedang mempertimbangkan langkah untuk mencairkan 8 miliar poundsterling aset Rusia yang dibekukan sebagai bantuan dana bagi Ukraina. Nilai tersebut setara sekitar 11 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 177 triliun berdasarkan kurs yang digunakan dalam laporan.  

Informasi ini dilaporkan kantor berita Ukrinform yang dikelola pemerintah Ukraina pada Jumat (5/12/2025), menyusul pembahasan intensif antarnegara pendukung Kiev.

Melansir Xinhua, Minggu (7/12/2025), menurut laporan tersebut, Inggris tidak bergerak sendiri dalam skema pencairan aset ini. Pemerintah London disebut bekerja sama dengan Kanada, beberapa negara lain, serta Uni Eropa dalam sebuah kesepakatan yang berpotensi menyalurkan dana hingga 130 miliar dolar AS untuk Ukraina.  

Baca Juga: Transparansi X Dipersoalkan, Platform Elon Musk Didenda Uni Eropa Rp 2,3 Triliun

Dana yang berasal dari aset Rusia yang dibekukan itu diproyeksikan dapat menopang lebih dari dua pertiga kebutuhan pembiayaan Ukraina selama dua tahun ke depan, baik untuk sektor pertahanan maupun untuk kebutuhan rekonstruksi apabila situasi damai tercapai.

Di sisi lain, perbedaan pandangan muncul dari Amerika Serikat. Kantor berita Interfax-Ukraine melaporkan bahwa pemerintah AS telah mendesak negara-negara Eropa agar tidak mendukung skema “pinjaman reparasi” yang sumber dananya berasal dari aset Rusia yang dibekukan.  

Para pejabat AS menilai aset tersebut sebaiknya dipertahankan sebagai instrumen jaminan untuk memastikan tercapainya kesepakatan damai antara Kiev dan Moskow.

Dalam laporan yang sama disebutkan bahwa aset Rusia yang dibekukan dianggap tidak semestinya digunakan untuk melanjutkan perang. Pandangan ini memperlihatkan adanya kehati-hatian dari Washington terkait konsekuensi hukum, politik, dan diplomatik dari pemanfaatan aset milik negara lain untuk kepentingan perang.

Sebelumnya, pada pekan yang sama, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga telah mengusulkan penggunaan sekitar 90 miliar euro aset Rusia yang dibekukan untuk mendukung Ukraina. Nilai tersebut setara sekitar 105 miliar dolar AS.  

Usulan ini menjadi bagian dari upaya Uni Eropa untuk mencari sumber pembiayaan tambahan yang dinilai berkelanjutan bagi Ukraina.

Baca Juga: Negara Arab dan Muslim Tolak Rencana Israel Buka Rafah Satu Arah

Namun, tidak semua negara anggota Uni Eropa menyambut rencana tersebut. Belgia secara terbuka menolak penggunaan aset Rusia yang tersimpan di wilayahnya dengan alasan adanya risiko finansial dan hukum.  

Sebagian besar aset Rusia yang diimobilisasi diketahui disimpan di lembaga penyimpanan sekuritas Euroclear yang berbasis di Brussel, Belgia.

Para pemimpin Uni Eropa dijadwalkan akan memberikan suara terkait rencana “pinjaman reparasi” ini pada pertemuan yang akan digelar pada 18 hingga 19 Desember mendatang.  

Keputusan tersebut diperkirakan akan menjadi penentu arah kebijakan bersama Eropa dalam pendanaan jangka menengah bagi Ukraina di tengah konflik yang masih berlangsung. (Xinhua)

Penulis: Ahmad Jaelani

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS