Rugikan Nelayan dan Rusak Pantai, DPRD Wakatobi Minta Proyek Talud Dialihkan
Reporter
Kamis, 09 September 2021 / 10:03 am
WAKATOBI, TELISIK.ID - Pembangunan talud atau pengaman pantai di Desa Waha Wapia-pia, Kecamatan Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi, masih menjadi perhatian banyak pihak.
Perhatian tersebut salah satunya datang dari Ketua DPRD Kabupaten Wakatobi Hamiruddin. Ia menanggapi kerisauan yang tengah dihadapi masyarakat akibat adanya pembangunan talud itu.
Menurutnya, proyek yang menelan anggaran senilai Rp 23,8 miliar tersebut memberikan dampak buruk bagi nelayan.
Sebab, talud yang dibangun menyulitkan nelayan dalam mencari ikan sebagai sumber penghidupan.
"Memang dengan adanya talud berdampaknya kepada nelayan kita karena akan kesulitan untuk menambat perahu-perahunya saat berlabuh," kata Hamiruddin.
Selain berdampak pada nelayan, Politikus Golkar itu juga menilai bahwa proyek Kementrian PUPR Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Wilayah Sungai (BWS) IV Sulawesi Kendari itu telah merusak keindahan Pantai Waha.
Bahkan proyek talud itu juga merusak keindahan hamparan pasir putih Pantai Waha.
"Kalau kita lihat malah pasirnya itu dikerok," ungkapnya.
Ia menjelaskan, dengan masalah yang terjadi DPRD secara kelembagaan tengah berkonsultasi kepada pemerintah provinsi, agar bagaimana pengerjaan talud tersebut dialihkan sesuai kontruksi awal.
"Agar bagaimana dialihkan jangan dibikinkan talud. Supaya dia dengar juga masukan dari nelayan kita di Wakatobi," pungkasnya.
Tim Telisik.id sudah berusaha melakukan konfirmasi ke Kepala BWS Sulawesi IV, Chaeruddin C. Maddi di kantornya yang bertempat di Jalan Balai Kota IV, Kelurahan Pondambea, Kecamatan Kadia Kota Kendari, Sultra.
Namun, petugas yang sedang berjaga di depan pintu masuk mengaku kepala BWS lagi tidak bisa ditemui.
Dikonfirmasi kapan ada waktu luangnya, petugas mengaku kepala BWS sibuk dalam Minggu ini.
Baca Juga: Ditabrak Kapal Tongkang, Nelayan Asal Muna Belum Ditemukan
Baca Juga: Presiden Jokowi Bakal Resmikan Bendungan Rp 1,2 Triliun di Kolaka Timur
Ia juga tidak menjamin pekan depan Kepala BWS bisa ditemui.
"Minggu ini beliau sibuk, besok sama Jumat, beliau ada rapat," kata petugas yang tidak menyebutkan namanya, Rabu (8/9/2021).
Untuk diketahui, proyek talud yang dikerjakan oleh PT Tri Artha Mandiri tidak sesuai dengan gambar yang direncanakan.
Dimana, kesepakatan awal sesuai dengan rekomendasi Tata Ruang adalah pembangunan breakwater atau pemecah gelombang bukan talud.
Sebelumnya, para nelayan telah menyampaikan bahwa pembangunan talud akan menyulitkan mereka bila musim barat tiba.
Para nelayan akan kesulitan mencari tempat menambat atau mengikat perahunya agar terlindung dari hantaman ombak.
"Bagaimana dengan nasib perahu kami," terang salah seorang nelayan setempat, La Upa.
La Upa mengaku hanya bisa pasrah terhadap apa yang terjadi. Dia tidak bisa berbuat banyak dan tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan pesisir pantainya. (B)
Reporter: Musdar
Editor: Fitrah Nugraha