Sebut Sultra Miniatur Indonesia, Hugua Tolak Isu Pemimpin Berdasarkan Suku

Erni Yanti

Reporter

Kamis, 21 November 2024  /  3:03 pm

Calon Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara Hugua saat melakukan kampanye di Kota Baubau. Foto:Ist

BAUBAU, TELISIK.ID - Calon Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Hugua, secara tegas menanggapi isu yang berkembang tentang pemilihan pemimpin yang hanya mengutamakan suku tertentu.

Dalam kampanye terbatas di Kecamatan Sorowolio, Kota Baubau, pada Rabu, 20 November 2024, Hugua menyatakan bahwa Sulawesi Tenggara adalah miniatur Indonesia yang dihuni oleh beragam suku bangsa dari seluruh penjuru tanah air.

"Oleh karena itu, siapa pun yang beranggapan bahwa hanya suku tertentu yang pantas menjadi calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sultra, berarti mereka tidak memahami hakikat persatuan dan tidak menghargai semangat Bhinneka Tunggal Ika," tegas Hugua di hadapan ribuan massa yang hadir dalam kampanye tersebut.

Hugua, yang mendampingi Andi Sumangerukka (ASR) sebagai calon Gubernur Sultra, juga memberikan penjelasan singkat tentang sejarah terbentuknya Provinsi Sulawesi Tenggara.

Sebelum menjadi provinsi terpisah, Sultra adalah bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara (Sulselra). Namun, setelah pemekaran pada tahun 1964, Sultra resmi menjadi provinsi dengan ibu kota di Baubau, melalui Perpu No. 2 Tahun 1964 yang diperkuat dengan UU Nomor 13 Tahun 1964.

Baca Juga: Pesta Rakyat Berkah Part 2 ASR-Hugua di Kolaka Bareng Dewa 19 hingga Judika Dipadati Ribuan Warga

"Pada tahun 1964, Sulawesi Tenggara belum ada. Yang ada hanya Sulawesi Selatan Tenggara. Tahun itu juga, Gubernur Sulselra, Andi Rifai, memekarkan Sulawesi Tenggara menjadi provinsi baru dengan ibu kota di Baubau. Jangan lupakan perjuangan tokoh-tokoh masyarakat Sultra, termasuk tokoh-tokoh dari berbagai suku seperti Bugis, Jawa, Bali, dan lainnya, yang berperan dalam pemekaran ini," jelas Hugua.

Menurut Hugua, masyarakat Sultra harus mengingat sejarah masa lalu yang mengajarkan pentingnya persatuan dan kesatuan.

Ia mengingatkan bahwa penjajahan bangsa asing terjadi karena masing-masing suku dan kerajaan berjuang sendiri-sendiri tanpa adanya persatuan.

"Jika kita ingin Sultra porak-poranda dan kembali dijajah, biarkan suku-suku ini saling menonjolkan diri. Tapi jika kita ingin berdiri tegak sebagai satu kesatuan, kita harus bersatu," tambahnya.

Hugua juga menyoroti fenomena yang muncul dalam beberapa bulan terakhir, terkait pernyataan dari beberapa kelompok yang menganggap pemilihan kepala daerah (Pilgub) Sultra sebagai ajang pemilihan pemimpin berdasarkan suku.

Menurutnya, hal ini bertentangan dengan nilai-nilai persatuan yang harus dijunjung tinggi oleh seluruh masyarakat Sultra.

"Kita harus kembali mengingat sejarah terbentuknya provinsi ini. Beberapa bulan terakhir, muncul pernyataan dari beberapa kelompok yang terkesan bahwa Sultra harus dipimpin oleh suku tertentu. Ini jelas bertentangan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi dasar negara kita," ungkap Hugua.

Kampanye terbatas ini merupakan acara penutupan dari rangkaian kampanye pasangan Andi Sumangerukka - Hugua (ASR) di Kota Baubau, yang dihadiri sekitar 3.000 simpatisan dan pemilih yang mendukung nomor urut 2.

Baca Juga: Pelaku UMKM Kecipratan Berkah Kampanye dan Konser Musik ASR - Hugua di Kendari

Acara ini juga didoakan oleh Parabela, salah satu tokoh penting di daerah tersebut, yang mengingatkan pentingnya persatuan di Sultra.

Hugua menegaskan bahwa visi ASR adalah untuk menjadikan Sultra sebagai provinsi yang maju dan sejahtera bagi semua lapisan masyarakat, tanpa memandang suku, agama, atau ras.

Ia berharap pemilihan gubernur dan wakil gubernur mendatang dapat berlangsung dengan prinsip keadilan dan persatuan, untuk menjaga Sultra tetap sebagai miniatur Indonesia yang harmonis. (C)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Fitrah Nugraha

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS