Viral Dosen Plester Dinding Pakai Kotoran Sapi untuk Tangkal Panas, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Reporter
Senin, 21 April 2025 / 10:15 am
Dosen India viral karena plester dinding pakai kotoran sapi. Foto: Repro IndiaTimes.
DELHI, TELISIK.ID - Di tengah gelombang panas yang melanda Delhi, publik dibuat terkejut oleh aksi unik seorang dosen yang memplester dinding kelas dengan kotoran sapi.
Tindakan ini viral dan mengundang rasa penasaran banyak orang, namun ternyata metode tersebut bukan sekadar aksi nyeleneh, melainkan praktik tradisional yang memiliki dasar ilmiah serta manfaat nyata dalam mengatasi panas ekstrem.
Musim panas yang ekstrem tengah melanda sejumlah wilayah India, termasuk ibu kota Delhi yang mencatat lonjakan suhu signifikan. Dalam situasi ini, publik dikejutkan oleh sebuah video viral yang memperlihatkan tindakan tak biasa dari seorang akademisi ternama.
Melansir Liputan6, Senin (21/4/2025), Dr. Pratyush Vatsala, dosen sekaligus kepala Laxmibai College di bawah naungan Delhi University, terlihat memplester dinding kelas dengan kotoran sapi.
Video tersebut langsung mendapat perhatian luas dari masyarakat dan media, karena dianggap tidak lazim untuk lingkungan akademik modern.
Namun, praktik ini sebenarnya bukan tanpa dasar. Dijelaskan bahwa penggunaan kotoran sapi sebagai pelapis dinding dan lantai merupakan tradisi kuno yang telah dipraktikkan selama berabad-abad di pedesaan India.
Tradisi tersebut tidak hanya bertahan karena faktor budaya, melainkan juga karena terbukti efektif dalam menjaga suhu ruangan. Di tengah krisis iklim dan meningkatnya suhu ekstrem, metode alami seperti ini justru mulai dilirik kembali sebagai solusi alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Baca Juga: Penemuan Makam Nabi Zulkifli di Tembok China Sengaja Disembunyikan? Picu Teori Konspirasi Baru
Salah satu alasan kotoran sapi dianggap efektif adalah komposisinya yang bersifat organik dan mengandung serat tinggi. Ketika dicampur dengan tanah liat, bahan ini membentuk lapisan alami yang memungkinkan dinding "bernapas", sehingga membantu mengatur suhu di dalam ruangan secara alami.
Berbeda dengan bahan bangunan modern seperti semen, yang cenderung menyerap dan menyimpan panas, campuran kotoran sapi justru memungkinkan penguapan air. Hal ini menciptakan efek pendinginan alami yang membuat suhu ruangan tetap stabil bahkan saat suhu luar sangat tinggi.
Penelitian dan pengalaman empiris menunjukkan bahwa rumah yang dilapisi campuran kotoran sapi bisa memiliki suhu lebih rendah hingga 7 derajat Celsius dibandingkan dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini memberikan keuntungan besar, terutama di daerah yang rentan terhadap gelombang panas.
Tak hanya menjaga suhu ruangan, kotoran sapi juga memiliki keunggulan lainnya, yakni kandungan senyawa alami yang bersifat anti-mikroba. Kandungan fenol dan bakteriofag di dalamnya diyakini mampu melawan berbagai jenis bakteri jahat, sehingga turut membantu menjaga kebersihan lingkungan.
Di masa lalu, masyarakat pedesaan India sering melapisi lantai rumah dengan kotoran sapi untuk alasan kebersihan dan kesehatan. Praktik ini umum dilakukan di wilayah yang belum memiliki akses terhadap produk pembersih modern, namun tetap mengutamakan sanitasi rumah tangga.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya bangunan berkelanjutan, sejumlah inovator mulai mengembangkan produk berbahan dasar kotoran sapi untuk kebutuhan konstruksi modern. Salah satunya adalah Dr. Shivdarshan Malik, yang menciptakan Vedic Plaster.
Vedic Plaster merupakan material plester dinding berbahan dasar kotoran sapi, tanah liat, daun neem, dan gipsum. Kombinasi bahan-bahan alami ini diklaim mampu mengurangi suhu panas secara signifikan sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih sehat.
Baca Juga: Unik: Jepang Tawarkan Jasa Sewa Orang untuk Minta Maaf, Diiringi Tangisan Dibanderol Lebih Mahal
Tak hanya itu, Dr. Malik juga menciptakan produk inovatif lainnya bernama Gocrete Bricks. Bata ramah lingkungan ini terbuat dari bahan alami dan memiliki kemampuan untuk memblokir hingga 70 persen panas dari luar. Teknologi ini dianggap relevan untuk diterapkan di kawasan perkotaan yang terus menghadapi suhu tinggi akibat urbanisasi.
Contoh lain dari pemanfaatan kotoran sapi untuk bangunan ramah lingkungan juga ditemukan di Tamil Nadu. Di wilayah tersebut, sepasang suami istri membangun rumah menggunakan bahan utama berupa tanah, kapur, kotoran sapi, serta pintu dan jendela bekas.
Upaya tersebut tidak hanya menunjukkan keberlanjutan dalam penggunaan material lokal, tetapi juga menegaskan bahwa solusi tradisional bisa tetap relevan ketika dikombinasikan dengan pendekatan inovatif yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman.
Fenomena ini menunjukkan bahwa praktik yang dianggap kuno ternyata bisa menjadi bagian dari solusi masa depan. Dalam konteks perubahan iklim dan urbanisasi, pendekatan-pendekatan alami seperti penggunaan kotoran sapi justru memberikan manfaat yang tidak bisa diabaikan. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS