Yuk Perbanyak Puasa di Bulan Syaban, Ini Keutamaannya

Haerani Hambali

Reporter

Sabtu, 25 Februari 2023  /  10:05 am

Dianjurkan memperbanyak puasa sunnah di bulan Syaban. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memperbanyak puasa di bulan Syaban dibanding bulan-bulan lainnya (selain puasa wajib di bulan Ramadan). Foto: Repro Majalengka.pikiran-rakyat.com

KENDARI, TELISIK.ID - Bulan Syaban merupakan salah satu bulan yang mulia bagi umat muslim. Bulan yang jatuh di antara bulan Rajab dan Ramadan ini menjadi kesempatan bagi umat muslim untuk mendapatkan ampunan seluas-luasnya dan terbukanya pintu rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dikutip dari Merdeka.com, banyak peristiwa luar biasa dalam sejarah Islam yang terjadi pada bulan Syaban. Seperti peristiwa pemindahan arah kiblat dari Masjidil Aqsa menuju Ka'bah, serta waktu diangkatnya catatan amal manusia. Dengan beberapa peristiwa besar ini, tidak heran jika bulan Syaban disebut sebagai bulan yang penuh rahmat.

Di bulan Syaban, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan termasuk berpuasa. Hal ini dilakukan agar terbiasa menjalankan puasa di bulan Ramadan.

Mengutip Muslim.or.id, terdapat banyak dalil yang menunjukkan anjuran berpuasa di bulan Syaban. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memperbanyak puasa di bulan Syaban dibanding bulan-bulan lainnya (selain puasa wajib di bulan Ramadan).

Diriwayatkan dari sahabat Usamah bin Zaid Radhiyallahu anhu, dia berkata:

’Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan selain di bulan Syaban’. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Bulan Syaban adalah bulan dimana manusia mulai lalai, yakni di antara bulan Rajab dan Ramadan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan’” (HR. An Nasa’i no. 2357. Syekh Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan).

Baca Juga: 4 Keistimewaan Bulan Syaban yang Perlu Diketahui

Aisyah Radhiyallahu ‘anha juga menceritakan tentang bagaimana sifat puasa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam di bulan Syaban.

“Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Syaban” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156).

Aisyah Radhiyallahu ‘anha juga mengatakan, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Syaban. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berpuasa pada bulan Syaban seluruhnya” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156).

Melansir iNews.id, bulan ini terkenal dengan malam Nisfu Syaban yang sering disebut sebagai Laylatul Bara’ah, yang artinya adalah malam pengampunan dosa. Sebab pada malam inilah syafaat dan pertolongan Allah SWT tercurahkan secara melimpah.

Malam ini adalah malam diangkatnya seluruh amal manusia ke hadapan Allah SWT. Hal itu sebagaimana tercantum dalam sebuah hadis:

“Rahmat Allah SWT turun ke bumi di malam nisfu Syaban. Allah akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (H.R. Baihaqi).

Memperbanyak puasa di bulan Syaban, ada beberapa hikmah lainnya, seperti dikutip dari Muslim.or.id, yaitu:

1. Ibnu Rajab Rahimahullah dalam kitabnya Lathaif Al-Ma’aarif mengatakan, “Berpuasa pada bulan Syaban merupakan bentuk latihan untuk puasa Ramadan. Dengan demikian, ia tidak akan merasa berat dan terbebani ketika mulai puasa Ramadan.”

Baca Juga: Momen Isra Miraj Menurut Sains Hingga Tradisi Unik Merayakannya

2. Syekh Ibnu Utsaimin Rahimahullah menyebutkan di dalam Majmu’ Fatawa, “Para ahli ilmu mengatakan bahwa puasa pada bulan Syaban layaknya salat sunah dan salat rawatib bagi salat wajib 5 waktu (yaitu sebagai pelengkap), dan ia seakan-akan menjadi awal untuk menjalani puasa Ramadan.”

3. Aamalan setahun diangkat kepada Allah pada bulan Syaban. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam walaupun dosa-dosanya telah diampuni, beliau tetap menginginkan agar ketika amalannya diangkat, ia dalam keadaan berpuasa.

4. Sebagian ulama mengatakan bahwa bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Syaban adalah bulan menyiram, dan bulan Ramadan adalah bulan memanen. Oleh sebab itu, siapa yang tidak menanam di bulan Rajab, lalu tidak menyiram di bulan Syaban, maka apa yang akan ia panen pada bulan Ramadan? (C)

Penulis: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS