Akademisi Beri Tanggapan Fenomena Matinya Ribuan Ikan di Perairan Nambo

Andi Irna Fitriani

Reporter

Kamis, 27 Januari 2022  /  7:33 pm

Terlihat warga tengah memungut ikan di sekitaran pesisir Kecamatan Nambo Kota Kendari. Foto: Hasil screenshot video viral

KENDARI, TELISIK.ID - Fenomena matinya ribuan ekor ikan di sekitaran pesisir Kecamatan Nambo Kota Kendari baru-baru ini, sempat viral dan menggemparkan sebagian besar masyarakat Kota Kendari.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas (Kadis) Perikanan Kota Kendari, Imran Ismail mengatakan, pihaknya telah menugaskan tim penyuluh dan petugas dinas perikanan, untuk melakukan pengambilan sampel dan pengamatan di lokasi kejadian terkait penyebab kematian ikan tersebut.

Meski begitu, pihaknya menduga kematian ikan diakibatkan oleh kenaikan suhu yang sangat tinggi dan berubah secara tiba-tiba serta aktivitas pertambangan pasir di daerah tersebut.

"Karena ini kejadian yang jarang terjadi, untuk sekarang kedua itu adalah dugaan sementara kami sambil kami mengambil langkah-langkah yaitu melakukan pengambilan sampel untuk memastikan penyebabnya," ujarnya.

Sampel tersebut kata dia, akan diuji pada laboratorium perikanan provinsi agar bisa diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebabnya dan juga menanyakan langsung kepada masyarakat.

"Kita takut apa bila dikonsumsi oleh masyarakat yang mengambil kemarin terus ada kandungan berbahayanya, tapi mudah-mudahan tidak ada kandungan yang kita tidak inginkan pada ikan tersebut," katanya.

Terpisah, salah satu akademisi, dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Wa Iba mengatakan, fenomena seperti itu sudah sering terjadi di hampir semua belahan bumi, baik di negara tropis maupun subtropis dan penyebabnya hampir semua sama, yang paling umum karena kekurangan oksigen.

"Kurangnya oksigen bisa jadi karena perairan mengalami ledakan fitoplankton atau micro alga. Ini karena pasokan nutrien yang terlalu banyak utamanya nitrat dan fosfat yang berasal dari limbah yang muaranya menuju laut," ungkapnya.

Lanjut ia menambahkan, cuaca yang belakangan ini tidak menentu dapat menyebabkan stratifikasi (perbedaan suhu) air laut. Pada permukaan air laut itu suhu air sangat panas dan dilapisan bawah karena kurang oksigen sehingga menjadi dingin menyebabkan, tidak adanya pertukaran oksigen yang cukup.

Baca Juga: Pentingnya Pengembangan Kewirausahaan di Pondok Pesantren

"Pada saat terjadi fenomena destratifikasi (pencampuran kembali suhu air laut) ada hujan atau ada pasang surut air di lapisan atas membawa oksigen yang memang tinggal sedikit sehingga ikan akan kesitu di tambah lagi dengan fenomena blooming alga menyebabkan adanya persaingan oksigen. Jadinya karena tindak mendapat oksigen yang cukup menyebabkan ikan banyak yang mati massal," jelasnya.

Menurut Wa Iba, hal itu diperparah dengan keruhnya air yang nampak berwarna coklat berlumpur yang menyebabkan insang ikan menjadi tersumbat dan tidak bisa bernapas.

"Pengaruh partikel terlarut yang terlalu banyak sebabkan air jadi keruh seperti pasir. Namun ini masih membutuhkan kajian lebih lanjut untuk dapat dipastikan  penyebabnya secara pasti," katanya.

Baca Juga: Tingginya Tingkat Bullying, Jadi Faktor Pendorong Mahasiswa Ini Ikut Ajang Putra Putri Pendidikan Sultra

Lanjut ia menjelaskan, mengapa hanya ikan kecil yang mati ia menduga, disebabkan ekosistem Teluk Kendari yang sudah tidak bagus lagi. Sebab, dulunya ada terumbu Karang dan lamun. Namun, saat ini hal itu hampir tidak ada, di tambah lagi dengan kondisi teluk yang mulai mendangkal menyebabkan ikan besar tidak tinggal di situ. (B)

Reporter: Andi Irna Fitriani

Editor: Kardin