Amerika Bombardir Yaman, 74 Nyawa Melayang di Laut Merah
Reporter
Sabtu, 19 April 2025 / 10:05 am
Amerika bombardir Yaman, total 74 tewas dalam serangan mematikan di Laut Merah. Foto: Repro AP.
SANA'A TELISIK.ID - Dentuman mematikan mengguncang pelabuhan Ras Isa di Yaman ketika Amerika Serikat menggempur kawasan tersebut dalam serangan udara paling mematikan sejak awal 2025. Serangan ini merenggut puluhan nyawa dan memperpanas ketegangan militer di kawasan Laut Merah.
Serangan udara terbaru yang dilancarkan Amerika Serikat terhadap wilayah Yaman kembali menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar. Kementerian Kesehatan yang dikelola oleh kelompok militan Houthi melaporkan bahwa sebanyak 74 orang tewas dalam gempuran tersebut, yang terjadi pada Jumat (17/4/2025) waktu setempat.
Aksi penyerangan ini difokuskan pada pelabuhan bahan bakar Ras Isa, yang merupakan salah satu terminal ekspor minyak utama di negara tersebut. “Sebanyak 74 korban jiwa telah dikonfirmasi sementara 171 lainnya mengalami luka-luka,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Houthi, Anees al-Asbahi, dikutip dari Reuters, Sabtu (19/4/2025).
Menurut laporan, serangan Amerika pada Kamis itu merupakan salah satu yang terbesar dan paling berdampak sejak konflik di kawasan meningkat pada akhir tahun 2023. Tim penyelamat masih terus bekerja keras untuk mencari korban yang kemungkinan masih terjebak di lokasi kejadian.
Militer Amerika Serikat menyatakan bahwa target utama dari serangan tersebut adalah memutus jalur pasokan bahan bakar bagi kelompok Houthi.
Baca Juga: Amerika Ngotot Ingin Kuasai Mineral Langka Ukraina, Ancam Tutup Akses Starlink
"Tujuan serangan ini untuk melemahkan sumber kekuatan ekonomi Houthi, yang terus mengeksploitasi dan mendatangkan penderitaan besar bagi rekan senegaranya," kata Komando Pusat AS dalam sebuah unggahan di platform X.
Pelabuhan Ras Isa sendiri memiliki kapasitas penyimpanan hingga tiga juta barel minyak dan telah beroperasi selama hampir empat dekade sebagai pelabuhan utama ekspor minyak Yaman. Serangan terhadap fasilitas ini dinilai sebagai langkah strategis untuk menghambat logistik Houthi.
Sementara itu, Komando Pusat Amerika Serikat tidak memberikan komentar resmi terkait jumlah korban jiwa dalam serangan ini. Namun mereka memastikan bahwa operasi militer akan terus dilakukan selama kelompok Houthi masih melakukan serangan terhadap jalur pelayaran di Laut Merah.
Sejak November 2023, kelompok Houthi telah meluncurkan berbagai serangan pesawat tanpa awak dan rudal terhadap kapal-kapal di kawasan Laut Merah. Aksi ini diklaim sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina menyusul konflik berkepanjangan yang terjadi di Gaza.
Selama masa gencatan senjata dua bulan antara Israel dan Hamas di Gaza, kelompok Houthi sempat menghentikan serangan mereka terhadap jalur pelayaran internasional. Namun, mereka menyatakan akan melanjutkan aksi tersebut setelah serangan Israel ke Gaza kembali terjadi bulan lalu.
Pada bulan Maret lalu, serangan udara Amerika selama dua hari berturut-turut di wilayah Yaman juga telah menewaskan lebih dari 50 orang. Jumlah korban terus meningkat sejak serangan-serangan ini menjadi lebih intensif awal tahun ini.
Baca Juga: Amerika Habiskan Rp 812 Miliar Suplai Kondom ke Jalur Gaza
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang kembali menjabat sejak Januari 2025, menginstruksikan operasi militer skala besar terhadap Houthi dan memperkuat kehadiran militer Amerika di kawasan Timur Tengah. Operasi ini menjadi salah satu intervensi militer terbesar AS di Timur Tengah dalam beberapa tahun terakhir.
Di sisi lain, ketegangan juga meningkat setelah citra satelit mengungkapkan pengerahan kapal induk milik Amerika Serikat ke perairan dekat Yaman. Laporan ini memperkuat dugaan bahwa serangan terhadap infrastruktur milik Houthi akan terus berlanjut dalam beberapa waktu ke depan.
Houthi masih menguasai sebagian besar wilayah Yaman selama lebih dari satu dekade terakhir dan terus mempertahankan posisinya di tengah tekanan dari koalisi internasional yang dipimpin Amerika dan negara-negara sekutunya. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS