Amerika Ngotot Ingin Kuasai Mineral Langka Ukraina, Ancam Tutup Akses Starlink
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Selasa, 25 Februari 2025
0 dilihat
Amerika Serikat menekan Ukraina, mengancam menutup Starlink demi mineral langka. Foto: Repro Antara
" Upaya Amerika Serikat (AS) mengamankan pasokan mineral langka dari Ukraina semakin agresif "

NEW YORK, TELISIK.ID - Upaya Amerika Serikat (AS) mengamankan pasokan mineral langka dari Ukraina semakin agresif. Washington menekan Kiev agar memberikan akses lebih luas ke cadangan sumber daya strategis tersebut.
Ancaman terbaru muncul dalam bentuk kemungkinan pemutusan layanan internet Starlink di Ukraina. Jika kesepakatan tidak tercapai, AS siap mengambil langkah drastis.
Menurut laporan Reuters, tekanan ini disampaikan langsung kepada Presiden Volodymyr Zelensky. Delegasi AS yang dipimpin oleh Keith Kellogg bertemu dengan pemimpin Ukraina.
Dalam pertemuan tersebut, Washington menegaskan bahwa dukungan infrastruktur komunikasi bisa dihentikan sewaktu-waktu. Ini memperlihatkan betapa besarnya kepentingan AS terhadap kekayaan alam Ukraina.
Sejak tahun 2022, jaringan Starlink telah menjadi tulang punggung komunikasi militer Ukraina. Dengan lebih dari 40.000 terminal yang beroperasi, sistem ini memungkinkan pasukan Kiev tetap terhubung di garis depan. Namun, AS kini menggunakan layanan ini sebagai alat tawar-menawar.
Jika Ukraina menolak berbagi sumber daya, maka kelangsungan akses terhadap Starlink bisa terancam.
Baca Juga: Bom Waktu Perang Dunia ke-3, Putin Menang Telak di Ukraina dan Amerika Beri Restu Serang Rusia
Washington ingin memperoleh 50 persen kepemilikan atas cadangan mineral langka Ukraina. Sumber daya ini sangat penting bagi industri teknologi dan pertahanan AS.
Namun, Zelensky menolak tuntutan tersebut, dengan alasan bahwa kepemilikan harus tetap berada di tangan Ukraina. Sikap ini memicu kemarahan pejabat AS yang menilai Ukraina tidak cukup kooperatif.
Seorang sumber yang mengetahui negosiasi ini menyebutkan bahwa Ukraina sangat bergantung pada Starlink. Tanpa sistem komunikasi tersebut, operasi militer dan koordinasi di medan perang bisa terganggu. Ini membuat situasi semakin sulit bagi Ukraina, yang sudah menghadapi tekanan dari Rusia.
"Ukraina menggunakan Starlink. Mereka menganggapnya sebagai Bintang Utara mereka," kata sumber tersebut, seperti dikutip dari Sindonews, Selasa (25/2/2025).
Menurutnya, kehilangan layanan tersebut akan menjadi pukulan besar bagi pasukan Ukraina. Ketergantungan yang tinggi terhadap infrastruktur yang dikuasai AS menempatkan Kiev dalam posisi sulit.
Dalam upaya mengamankan dukungan lebih lanjut, Zelensky mencoba menawarkan kerja sama dalam eksploitasi sumber daya alam Ukraina. Namun, ia tetap menolak menyerahkan kepemilikan mineral strategis kepada AS.
"Saya tidak bisa menjual negara kita," tegas Zelensky.
Penasihat keamanan nasional Trump, Mike Waltz, menanggapi sikap keras Zelensky dengan nada kecewa. Ia menyebut reaksi Ukraina sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima. Menurutnya, Kiev harus lebih fleksibel dalam negosiasi jika ingin terus mendapatkan dukungan dari AS.
"Kiev harus menguranginya dan menandatangani kesepakatan mineral langka," ujar Waltz.
Sementara itu, ketegangan antara Zelensky dan tokoh-tokoh politik AS semakin meningkat. Baik Donald Trump maupun Elon Musk telah mengkritik kepemimpinan Zelensky dalam beberapa kesempatan. Mereka bahkan menyebutnya sebagai seorang diktator yang tidak lagi memiliki dukungan luas di dalam negeri.
Trump berpendapat bahwa Ukraina tidak berada dalam posisi untuk menolak tuntutan AS. Menurutnya, pemerintahan Biden telah membuat kesalahan dengan memutuskan komunikasi langsung dengan Rusia.
Baca Juga: Rusia dan Ukraina Tak Lagi Saling Tukar Tentara Muslim Ramadan Tahun ini
Kini, Trump ingin membuka kembali jalur diplomasi dengan Moskow, sesuatu yang bertentangan dengan kepentingan Kiev.
Zelensky sendiri mengakui bahwa sebagian besar cadangan mineral langka Ukraina saat ini berada di bawah kendali Rusia. Ini semakin memperumit negosiasi dengan AS, karena sumber daya yang tersisa menjadi semakin berharga.
Pakar komoditas Javier Blas menilai ekspektasi AS terhadap Ukraina terlalu berlebihan. Menurutnya, meskipun negara itu memiliki cadangan mineral langka, jumlahnya tidak sebesar yang dibayangkan.
"Ukraina tidak memiliki cadangan tanah langka yang signifikan selain tambang skandium kecil," tulis Blas. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Fitrah Nugraha
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS