Begini Efek Tak Terduga dari PIN Polio Tetes 2024

Ahmad Jaelani

Reporter

Minggu, 28 Juli 2024  /  10:04 am

Pemberian 2 tetes vaksin polio Serentak dilaksanakan oleh tim medis, bidan dan tenaga kesehatan. Foto: Repro antaranews.com

JAKARTA, TELISIK.ID - Efek PIN polio tetes 2024 perlu diketahui para orang tua. Vaksin yang tengah digalakkan pemerintah Indonesia dalam beberapa pekan ini wajib diberikan ke bayi dan anak-anak demi mengurangi penyebaran virus penyebab polio.

PIN (Pekan Imunisasi Nasional) Polio dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama sudah dilakukan pada 27 Mei 2024 lalu, kemudian dilanjutkan tahap dua pada 23 Juli sampai 12 Agustus 2024.

Efek PIN polio tetes 2024 tergolong ringan dan jarang terjadi, tapi tetap perlu diwaspadai. Simak uraian lengkapnya dalam penjelasan di bawah ini.

Jenis vaksin yang diberikan dalam PIN polio 2024 adalah Novel Oral Polio Vaccine type 2 (nOPV2) dan bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV). Vaksin tetes akan bekerja pada usus penerimanya dan virus polio dapat keluar melalui tinja selama 6 hingga 8 minggu usai pemberian vaksin.

Adapun efek PIN polio tetes 2024 adalah diare hingga lemas. Meskipun jarang terjadi, penerima vaksin dengan sistem kekebalan tubuh lemah lebih rentan mengalami efek samping, seperti dilansir dari kumparan.com, Minggu (28/7/2024).

Efek samping untuk penerima vaksin suntik, yaitu nyeri otot, kemerahan, gatal, dan bengkak di tempat suntikan, demam, anak-anak tampak gelisah, dan terkadang terdapat benjolan di tempat suntikan.

Untuk menghindari efek samping, sebaiknya diskusikan dengan dokter soal rencana imunisasi. Selain itu, tunggu hingga 15 menit setelah vaksin diberikan guna melihat efek yang timbul agar dapat segera ditangani.

Orang tua dapat memberikan beberapa langkah penanganan untuk mengurangi gejala yang muncul usai pemberian vaksin polio, seperti memberikan cairan tambahan apabila anak mengalami demam atau obat penurun panas. Apabila efek samping yang terjadi pada anak berlanjut, sebaiknya segera ke dokter.

Baca Juga: PIN Polio Sasar 251 Lokasi di Kota Baubau

PIN Polio 2024 diselenggarakan untuk mencegah virus polio yang dapat mengakibatkan kelumpuhan permanen, terutama pada anak yang belum mendapatkan imunisasi polio lengkap. Sasaran PIN Polio adalah seluruh anak Indonesia berusia 0 hingga 7 tahun. Pemberian vaksin pada PIN Polio 2024 ini tak memandang status imunisasi sebelumnya.

Berdasarkan informasi dari situs sehatnegeriku.kemkes.go.id, jenis vaksin yang diberikan pada tahap pertama adalah Novel Oral Polio Vaccine type 2 (nOPV2) dan bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV). Lalu, vaksin yang diberikan untuk PIN Polio 2024 tahap kedua adalah nOPV2.

Vaksin nOPV2 adalah vaksin yang hanya digunakan dalam program imunisasi respons terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio tipe 2 dan tak digunakan dalam imunisasi rutin. Vaksin tersebut telah bersertifikat PreQualified (PQ) dari WHO, serta sudah mendapatkan nomor izin edar dari BPOM.

Sementara vaksin bOPV merupakan jenis vaksin yang rutin digunakan dalam program imunisasi sejak 2016. Vaksin ini juga telah memiliki izin edar dari WHO dan BPOM. Baik nOPV2 dan bOPV adalah vaksin yang diproduksi PT Biofarma.

Pemberian imunisasi secara serentak ini dilakukan setelah ditemukannya 12 kasus kelumpuhan sejak 2022 hingga 2024 akibat virus polio setelah bertahun-tahun Indonesia dinyatakan bebas polio.

Kasus polio tersebut terjadi di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan Banten. Adapun 11 dari 12 kasus adalah kelumpuhan akibat virus polio tipe 2 dan 1 kasus karena virus polio tipe 1.

PIN polio tahap pertama dilakukan pada 27 Mei 2024, menyasar enam provinsi, yaitu Papua, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Pegunungan, Papua Barat, dan Papua Barat Daya. Sementara tahap kedua dimulai pada 23 Juli hingga 12 Agustus 2024, menyasar pada 27 provinsi lainnya.

Pelaksanaan imunisasi polio dapat dijumpai di berbagai pelayanan kesehatan terdekat, seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Pondok Bersalin Desa (Polindes), Puskesmas Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), klinik swasta, rumah sakit, dan beberapa pos pelayanan imunisasi di bawah koordinasi Dinas Kesehatan setempat.

Selain dilakukan di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan seperti disebutkan di atas, PIN juga digelar di PAUD, TK, SD, dan MI.

Kemudian, untuk mendapatkan vaksin polio, cukup dengan membawa fotokopi Kartu Keluarga dan Buku Kartu Indonesia Anak untuk bayi dan balita. Pemberian vaksin dilakukan oleh tim medis, bidan, dan kader posyandu.

Berdasarkan buku yang ditulis Frida N berjudul Lebih Tahu tentang Penyakit Polio, Indonesia pernah menempati urutan ketiga jumlah penderita penyakit polio terbanyak. Saat itu, urutan pertama adalah Yaman dan urutan kedua adalah Nigeria.

Baca Juga: Vaksinasi Polio di Kota Kendari Sasar 50 Ribu Lebih Anak

Berdasarkan buku Petunjuk Teknis Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio terbitan Kementerian Kesehatan RI, pada Mei 2012, World Health Assembly (WHA) mendeklarasikan bahwa eradikasi polio merupakan satu isu darurat kesehatan masyarakat dan perlu disusun sebuah strategi menuju eradiaksi polio (Polio Endgame Strategy).

Pemerintah Indonesia pun mencanangkan pemberian vaksin polio secara besar-besaran untuk mengurangi penularan virus polio. Hingga, pada Maret 2014, Indonesia telah berhasil mendapatkan sertifikasi bebas polio bersama dengan negara anggota WHO di South Asia Region (SEAR).

Meskipun begitu, untuk mempertahankan keberhasilan tersebut dan melaksanakan strategi menuju eradikasi polio dunia, Indonesia melakukan berbagai rangkaian PIN Polio secara bertahap. Namun, setelah dinyatakan bebas polio secara bertahun-tahun, kasus polio kembali muncul di Indonesia.

Berikut rinciannya menurut basis data Kemenkes tahun 2023 hingga 2024:

Kasus polio di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, anak laki-laki 9 tahun terkonfirmasi positif polio tipe 2 dengan onset kelumpuhan pada 20 Desember 2023. Kasus polio di Kabupaten Nduga, Papua, anak laki-laki berusia 6 tahun terkonfirmasi positif polio tipe 2 dengan onset kelumpuhan pada 20 Februari 2024.

Kasus polio di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, anak perempuan berusia 11 tahun terkonfirmasi positif polio tipe 2 dengan onset kelumpuhan pada 25 Februari 2024. Kasus polio di Kabupaten Asmat, Papua Selatan, anak perempuan 11 tahun terkonfirmasi positif polio tipe 2 dengan onset kelumpuhan pada 25 Februari 2024. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS