BKKBN Fokus Tangani Kasus Stunting 49 Desa di Konawe

Aris Syam

Reporter

Senin, 23 Mei 2022  /  5:00 pm

Kadis BKKBN Kabupaten Konawe, Tam Sati Sam, kini tengah fokus menangani status stunting. Foto: Aris Syam/Telisik

KONAWE, TELISIK.ID - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun ini memfokuskan penanganan dan pencegahan stunting di Kabupaten Konawe.

Hal itu diungkapkan Kadis BKKBN Kabupaten Konawe, Tam Sati Sam, SE saat dikonfirmasi Telisik.id, Senin (23/5/2022).

Ia mengatakan, ada sekitar 49 desa dari 11 kecamatan di Konawe yang menjadi fokus intervensi pencegahan dan penanganan stunting tahun ini.

Bahkan pihaknya telah membentuk tim percepatan penurunan stunting di tingkat kabupaten, kecamatan, desa, tim audit serta Satgas. Dan tentunya BKKBN tidak harus bekerja sendiri harus saling bersinergi dengan instansi-intansi terkait.

"Sesuai jadwal, besok tim kami akan turun lapangan di lokasi yang telah ditentukan untuk sosialisasi terkait pencegahan stunting ini," katanya.

Baca Juga: Istri Mendiang Mantan Wali Kota Baubau AS Thamrin Tutup Usia

Lebih lanjut, Tam Sati Sam menjelaskan, 11 kecamatan tersebut berdiri dari Kecamatan Soropia, Lambuya, Puriala, Kapoiala, Padangguni, Asinua, Wonggeduku Barat, Konawe, Pondidaha, Amonggedo Baru dan Abuki.

Adapun Pencegahan stunting di mulai dari hulu ke hilir artinya BKKBN dalam Program pencegahan stunting dimulai dari calon pengantin/remaja, ibu hamil, pasca melahirkan dan orang tua yang memiliki anak/bayi umur 0 sampai 59 bulan.

Ia pun berharap, dengan adanya sosialisasi ini sehingga dapat mencegah sejak dini kasus stunting khususnya di Konawe, dengan mengkonsumsi asupan gizi sejak dari lahir dan balita.

"Sehingga pertumbuhan tumbuh kembang anak sebelum dan sesudah lahir ini sehat dan begitu juga ibunya," ungkapnya.

Tempat sama, Kasi Keluarga Sejahtera BKKBN Konawe, Ismail mengungkapkan, jika untuk tahun 2023 nanti, percepatan penurunan stunting ini bukan lagi berdasarkan kasus yang ada, namun ditentukan lokasi khususnya berdasarkan beberapa faktor penyebab rawan terjadinya stunting.

Baca Juga: Pelaksanaan USBK Tingkat SD di Konawe Usai dan Lancar

Misalnya, data dari dinas sosial yaitu data kemiskinan karna itu faktor ekonomi, Kemudian dinas pendidikan melalui PAUD yaitu TK yang mendidik pengembangan otak anak dan juga dinas perikanan, di mana wilayah yang kurang mengkonsumsi ikan yang berprotein dan juga ketersediaan ikannya serta dinas ketahanan pangan, terkait kebutuhan pangannya misal sayur dan buah-buahan.

Ia juga menambahkan, karena sebenarnya kasus stunting itu harus ketemu gejalanya antara berat dan tinggi badan yang tidak sesuai dengan umur dan perkembangan otak yang ikut menurun. Serta berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditentukan oleh ahli gizi.

"Kemudian data ini yang dikumpulkan dan dimasukkan dalam aplikasi melalui kementerian dan menunjuk lokasi khusus. Artinya, lokasi khusus yang telah ditunjuk tersebut Tahun 2023 dinilai rawan terjadinya stunting dan bukan lagi adanya kasus," tandasnya. (B-Adv)

Penulis: Aris Syam

Editor: Kardin