Dahsyatnya Keistimewaan Salat Isya dan Subuh Berjamaah

Irawati

Reporter

Senin, 27 September 2021  /  11:30 am

Begitu dahsyatnya keistimewaan atau keutamaan salat isya dan subuh berjamaah. Maka, kita akan berusaha sebaik mungkin atau semaksimal mungkin untuk istiqamah melakukannya. Foto: Repro kalam.sindonews.com

KENDARI, TELISIK.ID - Salat menjadi salah satu ibadah yang wajib dijalankan bagi setiap umat muslim di dunia. Terdapat lima waktu salat yang wajib dilaksanakan.

Rasulullah SAW telah bersabda, “Perumpamaan salat lima waktu seperti sebuah sungai yang airnya mengalir dan melimpah dekat pintu rumah seseorang yang tiap hari mandi di sungai itu lima kali.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Di antara memelihara salat dan mendirikannya lagi ialah, membiasakan diri untuk salat berjamaah. Sebab, salat berjamaah itu melebihi salat seorang diri dengan dua puluh tujuh derajat.

“Salat berjamaah lebih utama daripada salat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dilansir dari republika.co.id, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barang siapa salat isya berjamaah, maka ia bagaikan salat (sunah) setengah malam, dan barang siapa salat subuh secara berjamaah, maka ia bagaikan salat (sunah) semalam penuh." (HR. Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi).

Hadis ini memberi informasi kepada umat Islam bahwa orang yang salat isya dan subuh berjamaah akan mendapat pahala seperti orang salat sunah satu malam penuh. Separuh malam pertama, dari pahala salat isya berjamaah dan separuh malam kedua (terakhir) dari pahala salat subuh berjamaah.

Pahala salat sunah satu malam penuh di sini, artinya ganjaran salat sunah tanpa henti yang dilakukan seseorang sejak salat magrib sampai datang waktu subuh, tanpa istirahat, tanpa zikir di sela-sela salat, tanpa berhenti untuk ke kamar mandi, tanpa makan dan minum, tanpa tidur, dan tanpa hal-hal lain di luar salat sunah.

Jika kita meresapi atau memahami dengan baik makna begitu dahsyatnya keistimewaan atau keutamaan salat isya dan subuh berjamaah. Maka, kita akan berusaha sebaik mungkin atau semaksimal mungkin untuk istiqamah melakukannya.

Mengapa tidak? Karena begitu besarnya pahala yang didapatkan dengan salat isya dan subuh secara berjamaah, sangat sulit untuk kita bisa istiqamah melakukan salat sunah satu malam penuh akan tetapi, dengan mudah, Allah SWT memberikannya kepada orang yang hanya meluangkan waktu 10 sampai 20 menit untuk salat isya dan salat subuh berjamaah.

Pahala seperti ini Allah SWT berikan kepada orang yang hanya melaksanakan salat isya dan subuh berjamaah, meskipun seumpama setelah selesai salat isya berjamaah orang itu tidur sampai datang waktu salat subuh dan tidak melakukan salat sunah sama sekali. Lain halnya, jika seandainya orang itu masih bangun malam dan salat sunah tahajud, pahala yang akan ia peroleh akan menjadi beberapa kali lipat.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya, "Salat terberat bagi orang munafik adalah salat isya dan subuh. Kalau mereka tahu, pahala yang Allah siapkan dalam kedua salat itu, maka mereka akan mendatanginya, meskipun dengan merangkak. Sungguh, aku benar-benar hendak memerintahkan seseorang untuk menjadi imam salat, kemudian aku pergi bersama beberapa orang yang membawa seikat kayu bakar kepada suatu kaum yang tidak hadir salat berjamaah, lalu aku membakar rumah-rumah mereka." (HR. Muslim).

Dilansir dari JabarEkspres.com, di antara keistimewaan hari Jum’at ialah bahwa orang-orang yang mengerjakan salat subuh secara berjamaah dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT.

Pahala Salat Isya dan Subuh Berjamaah

Pahala salat isya berjamaah sama dengan melakukan salat setengah malam, dan salat subuh berjamaah pahalanya sama dengan melakukan salat semalam suntuk. Dikatakan demikian, karena salat subuh berjamaah lebih berat daripada salat isya berjamaah.

Dalam hadis yang lain Nabi SAW telah bersabda, “Sembahlah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya; dan anggaplah dirimu akan mati (besok). Hendaknya, engkau merasa takut akan doanya orang yang teraniaya, sebab doanya pasti dikabulkan. Periharalah salat subuh dan salat isya, datanglah untuk berjamaah pada kedua salat tersebut, karena jika kalian mengetahui pahala yang terdapat pada kedua salat itu niscaya kalian akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR. Thabrani melalui Darda).

Hadis ini mengandung perintah tentang empat perkara terpenting dalam agama, yaitu:

a. Sembahlah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Atau dengan kata lain, khusyulah dalam menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya.

b. Anggaplah diri kita akan mati besok. Atau dengan kata lain, persiapkanlah diri kita untuk bekal di hari kemudian dengan mengerjakan amal-amal saleh, seakan-akan kita akan mati besok sehingga dalam mengerjakannya kita lebih mendahulukannya daripada hal-hal yang lain.

c. Hati-hatilah kita terhadap doa orang yang teraniaya. Maknanya yang dimaksud ialah janganlah kita berbuat aniaya terhadap orang lain karena doa orang yang teraniaya itu dikabulkan oleh Allah.

d. Kerjakan salat subuh dan salat isya secara berjamaah di masjid, karena sesungguhnya pahala kedua salat tersebut, yang dilakukan secara berjamaah sangat besar, sehingga diungkapkan “sekalipun kamu harus merangkak untuk mendatanginya, mengingat pahalanya yang besar itu.”

Dalam keterangan lain disebutkan seandainya kamu harus melakukan undian untuk menghadirinya, niscaya kamu akan melakukan undian untuknya.

Allah Subhanahu Wata’ala telah berfirman, “Laksanakanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula salat) subuh. Sungguh, salat subuh itu disaksikan (oleh Malaikat).” (Qur'an Surah Al-Isra ayat 78).

Baca Juga: Manfaat Berwudhu, Menjadi Cahaya di Hari Kiamat

Baca Juga: 7 Fenomena Alam yang Telah Dijelaskan Dalam Al-Qur'an

Keutamaan Salat Isya dan Subuh Berjamaah

Dari Abu Qatadah, Rasulullah SAW. bersabda, “Pada suatu ketika kami bersembahyang bersama Nabi SAW tiba-tiba terdengarlah suara ribut orang-orang di belakang. Setelah salat selesai, beliaupun bertanya: “Ada apa tadi itu?” Jawab mereka: “Kami bergegas-gegas agar dapat mengikuti jamaah.” Beliau lalu bersabda: “Janganlah berlaku demikian! Jika kamu mendatangi salat, baiklah dengan tenang. Mana yang didapatkan dengan jamaah, lakukanlah, dan mana yang tertinggal, sempurnakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan dalam hadis yang lain dinyatakan, “Jika kamu mendengar suara qamat, maka pergilah sembahyang dan jagalah agar perlahan-lahan dan selalu tenang! Janganlah tergesa-gesa, mana yang dapat secara jamaah, lakukanlah, dan mana yang ketinggalan susulkanlah.” (HR. Jama’ah selain Turmudzi).

Keutamaan Pahala Salat Berjamaah

Rasulullah SAW telah bersabda, “Salat berjamaah pahalanya sama dengan dua puluh lima kali salat sendirian. Apabila salat berjamaah itu di tanah lapang, lalu ruku dan sujudnya secara sempurna, maka pahalanya sama dengan lima puluh kali salat sendirian.” (HR. Hakim melalui Abu Sa’id).

Salat berjamaah lebih utama daripada salat sendirian dengan perbedaan dua puluh lima pahala. Apabila, salat di tanah lapang yang memuat jemaah yang jauh lebih banyak, lalu salat dikerjakan dengan sempurna, maka pahalanya menjadi lima puluh kali lipat dari pahala salat sendirian.

Rasulullah SAW. bersabda, “Barang siapa berjamaah dalam salat subuh dan isya maka baginya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari kemunafikan dan kebebasan dari kemusyrikan.” (HR. Abu Hanifah).

Seandainya umat Islam mengetahui keutamaan salat isya dan subuh berjamaah, niscaya mereka akan datang berbondong-bondong menuju masjid-masjid terdekat. Tidak hanya yang berjalan normal, yang harus meminta bantuan orang lain pun pasti akan mendatanginya. Bahkan, dengan cara merangkak pun pasti akan mereka lakukan. Ini semua, demi mengejar keistimewaan salat isya dan subuh berjamaah yang pahalanya sama dengan salat sunah satu malam penuh.

Semoga kita sebagai umat Islam selalu mengintrospeksi diri untuk menjadi seorang muslim yang jauh lebih baik dari sebelumnya, yaitu dengan memanfaatkan atau menggunakan waktu yang ada sebaik mungkin, tidak menyia-nyiakan waktu yang masih diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya untuk berbenah dan memperbaiki diri menjadi lebih baik dari sebelumnya dan berusaha untuk istiqamah. (C)

Reporter: Irawati

Editor: Haerani Hambali