Makna Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad

Muhammad Israjab, telisik indonesia
Kamis, 29 Oktober 2020
0 dilihat
Makna Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad
Peringatan Maulid Nabi menjadi momen untuk kembali membangkitkan semangat meneladani kisah hidup Muhammad Shallalahu Alaihi Wasallam. Foto: Repro Jeda.id

" Mulanya dirayakan di era kepemimpinan Abu Tamim, yang memiliki gelar Al-Mu'is Li Dinillah. Perayaan Maulid Nabi pada zaman Dinasti ini hanya salah satu bentuk perayaan saja. "

KENDARI, TELISIK.ID - Maulid Nabi dikenal sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam yang kemudian selalu diperingati umat muslim di seluruh dunia setiap tahunnya.

Sehingga untuk memperingati Maulid Nabi, umat muslim berlomba-lomba memperbanyak ibadah dan melakukan berbagai kegiatan keagamaan guna menghormati Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam.

Maka umat muslim alangkah baiknya apabila kita juga mengetahui sejarah peringatan Maulid Nabi, dan sejak kapan dilaksanakannya.

Dikutip dari PotensiBisnis.com dalam artikel “Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW dan Maksud Diperingatinya” sebuah buku berjudul Pro dan Kontra Maulid Nabi karya AM.

Waskito, menyebutkan ada tiga teori sejarah Maulid Nabi dalam sejarah Islam sudah berlangsung lama, bahkan ribuan tahun yang lalu.

Pertama dalam buku itu dikatakan bahwa perayaan Maulid yang pertama kali diadakan oleh Dinasti Ubaid (Fathami) di Mesir yang berhaluan Syiah Ismailiyah (Rafidhah).

Dinasti ini berkuasa di Mesir tahun 362-567 Hijriyah sekitar abad 4-6 Hijriyah.

Mulanya dirayakan di era kepemimpinan Abu Tamim, yang memiliki gelar Al-Mu'is Li Dinillah. Perayaan Maulid Nabi pada zaman Dinasti ini hanya salah satu bentuk perayaan saja.

Selain itu, Dinasti ini juga merayakan hari Asyura, Maulid Ali, Maulid Hasan, Maulid Husain, Maulid Fatimah dan lainnya.

Kedua, perayaan Maulid di kalangan ahlus sunnah pertama kali diadakan oleh Sultan Abu said Muzhaffar Kukabri yang merupakan gubernur Irbil di wilayah Irak, ia hidup pada tahun 549-630 Hijriyah.

Saat perayaan Maulid diadakan, Muzaffar ini mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu dan seluruh rakyatnya. Para tamu undangan tersebut dijamu dengan hidangan makanan, memberikan hadian, bersedekah kepada fakir-miskin dan lainnya.

Baca juga: Ini 4 Bahaya Berhubungan Intim saat Haid dan Hukumnya Menurut Islam

Ketiga, perayaan Maulid pertama kali diadakan oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi pada tahun 567-622 Hijriyah, kala itu merupakan penguasa Dinasti Ayyub di bawah kekuasaan Daulah Abbassiyah.

Ketika itu, tujuannya merayakan Maulid untuk meningkatkan semangat jihad kaum muslimin dalam rangka menghadapi Perang Salib melawan kaun Salibis dari Eropa dan merebut Yerusalem.

Maka imam ahli hadist dan sejarah yang paling giat mendukung perayaan Maulid Imam Jalaluddin As-Suyuthi menjelaskan, orang yang pertama kali merintis peringatan Maulid ini ialah penguasa Ibril, Malik Al-Muzhaffar Abu Sa'id Kukabri bin Zainuddin bin Baktatin adalah salah seorang raja yang mulia, agung dan dermawan.

Dimana Almuzhaffar ini merupakan seorang raja yang membangun masjid Al-Jami Al-Muzhaffari di lereng gunung Qasiyun.

Pada saat itu, Profesor Ash Shallabi berpandangan dalam bukunya yang membahas biografi Shalahuddin Al-Ayyubi, Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shallabi mengemukakan, tugas Shalahuddin untuk membersihkan Mesir dari pengaruh Syiah Rafidhah sangatlah sulit, karena Dinasti Ubaid (Fathimah) sudah menetap selama 280 tahun.

Mulai dari ajaran, tradisi budaya Syiah sudah hampir-hampir melekat dengan kehidupan rakyat Mesir.

Sebelum itu, Dinasti Ubaid membangun kekuasaan di Tunisia, akibat kesesatan mereka memuncak, pada kaum Muslimin Tunisia menghancurkan mereka sampai ke akar-akarnya.

Kemudian sisa-sisa bangsawan Ubaidiyah keturunan Ubaidillah Al-Mahdi ke Mesir, dan membangun kekuasaan politik. Sehingga mereka berhasil menguasai pusat pemerintahan kala itu.

Belajar dari pengalaman buruk di Tunisia, Dinasti Ubaid menempuh cara-cara kultural dengan membangun perguruan Al-Azhar sebagai pusat kaderisasi dai-dai Syiah Rafidhah untuk disebarkan ke wilayah Mesir.

Bukan hanya itu, mereka pun berusaha membangun simpati rakyat Mesir dengan mengadakan berbagai perayaan keagamaan.

Baik dari sisi dakwah, mereka menampakkan diri menyebarkan ajaran-ajaran Shufi (Tasawuf), yang lebih menitikberatkan pada kelembutan hati dan akhlak.

Baca juga: Maulid Nabi: Sejarah Kelahiran Muhammad dan Bacaan Sholawat

Ketika Shalahuddin mulai berkuasa di Mesir di bawah otoritas Dinasti Zanki dan Daulah Abbassiyah. Namun Shalahuddin tidak serta merta menghancurkan peradaban Syiah.

Dirinya menyadari bahwa peradaban Syiah di Mesir sudah berusia ratusan tahun.

Sehingga Sultan Shalahuddin secara perlahan merubah kurikulum ajaran Syiah, buku-buku dan simbol-simbol Syiah hingga ulama-ulama Syiah dari perguruan Al-Azhar seluruhnya diganti menjadi versi ahlus sunnah.

Selain itu, Sultan Shalahuddin tetap mempertahankan perayaan Maulid Nabi dan membersihkan perayaan-perayaan lain yang tak sesuai akidah ahlus sunnah.

Dalam hal ini ada proses kompromi beberapa teori hasil dari beberapa teori sejarah sebelumnya tanpa harus ada pertentangan. Maulid Nabi ini mulanya diadakan Dinasti Ubaid di Mesir.

Perayaan Maulid Nabi tersebut satu di antara sekian banyak perayaan yang dilakukan tak lebih untuk membangun citra dan juga mendapatkan dukungan rakyat Mesir. Sebab itu dilakukan secara terpaksa oleh Syiah Ubaidiyah yang sebelumnya dihancurkan oleh kaum Muslimin Tunisia.

Dengan kedatangan Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi menguasai Mesir ini merupakan berkah bagi kaum Muslimin. Shalahuddin berjuang keras agar haluan akidah rakyat Mesir kembali ke pangkuan ahlus sunnah, dengan pendekatan-pendekatan kultural.

Ketika itu pelaksanaan Maulid Nabi di Mesir mengundang ketertarikan Gubernur Irbil, Irak Muzhaffar Kukabri, hingga Sultan Shalahuddin menikahkan seorang laki-laki dengan saudara perempuannya Rabiah Khatun bintu Ayyub.

Kemudian kebutuhan peringatan Maulid Nabi ini pula dirasakan mendesak, ketika kaum Muslimin mengalami kelemahan dan kelelahan akibat perang terus-menerus menghadapi kaum Salibis Eropa.

Kala itu, Sultan Shalahuddin memanfaatkan momen peringatan Maulid Nabi untuk mengingatkan kembali para kaum Muslimin terhadap jejak-jejak sejarah Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam.

Sehingga, asal-usul peringatan Maulid Nabi dalam sejarah kaum Muslimiin sejak ribuan tahun lalu, berawal dari Dinasti Syiah Ubaidiyah kemudian diadaptasi ke dalam kultur Ahlus Sunnah wal Jamaah oleh Malik Muzaffar dan Sultan Shalahuddin. (C)

Reporter: Muhammad Israjab

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga