Diajarkan Rasulullah, Ini Doa Terbebas dari Kebingungan dan Lilitan Utang

Haerani Hambali

Reporter

Minggu, 13 Maret 2022  /  7:22 pm

Rasulullah mengajarkan doa dan zikir agar dibebaskan dari utang. Foto: Repro Republika.co.id

KENDARI, TELISIK.ID - Siapa pun yang memiliki utang tentu ingin segera terbebas dari utangnya. Sebab, walau bagaimanapun, utang adalah beban dan harus dilunasi sampai kapan pun kecuali dibebaskan peminjamnya.

Bahayanya, jika tidak diselesaikan di dunia, urusan utang akan berlanjut di akhirat. Naudzubillah.  Karenanya, menurut ‘Aisyah r.a, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam selalu berlindung kepada Allah agar terlepas dari jeratan utang, sebagaimana yang diriwayatkan al-Humaidi dalam Musnad-nya, nomor hadis 246.  

Rasulullah SAW setiap selesai salat sering membaca doa terbebas dari utang.

Utang merupakan salah satu bentuk muamalah yang diperbolehkan. Namun bukan berarti utang dijadikan sebagai gaya hidup. Sebab, utang bisa membawa dampak buruk bagi seseorang

Berbagai macam ikhtiar tentunya harus dilakukan agar segera bisa melunasi utang, termasuk ikhtiar doa. Dilansir dari nu.or.id, salah satu doa yang pernah diajarkan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam kepada seorang sahabat Anshar, sebagaimana yang diriwayatkan Abu Dawud, nomor hadis 1555, berikut ini.    

Disebutkan oleh Abu Sa‘id al-Khudri, pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam masuk ke masjid. Ternyata di sana sudah ada seorang laki-laki Anshar yang bernama Abu Umamah.

Beliau kemudian menyapanya, “Hai Abu Umamah, ada apa aku melihatmu duduk di masjid di luar waktu salat?” Abu Umamah menjawab, “Kebingungan dan utang-utangku yang membuatku (begini), ya Rasul.”

Beliau kembali bertanya, “Maukah kamu jika aku ajarkan suatu bacaan yang jika kamu membacanya, Allah akan menghapuskan kebingunganmu dan memberi kemampuan melunasi utang?” Umamah menjawab, “Tentu, ya Rasul.” Beliau melanjutkan, “Jika memasuki waktu pagi dan sore hari, maka bacalah:”   

Allahumma inni a‘udzu bika minal hammi wal hazan. Wa a'udzu bika minal 'ajzi wal kasal. Wa a'udzu bika minal jubni wal bukhl. Wa a‘udzu bika min ghalabatid daini wa qahrir rijal.

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebingungan dan kesedihan, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan dan kekikiran, aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan tekanan orang-orang.”      

Baca Juga: Baca Doa Ini saat Masuk Pasar, Dicatat Sejuta Kebaikan

Abu Umamah menuturkan, “Setelah aku mengamalkan doa itu, Allah benar-benar menghilangkan kebingunganku dan memberi kemampuan melunasi utang.”  

Demikian doa yang diajarkan Rasulullah agar kita terlepas dari lilitan utang yang sering kali diikuti oleh rasa ketakutan, kesusahan, kelemahan, kekikiran, dan seterusnya.

Melansir Republika.co.id, selain mengamalkan doa di atas ketika seseorang diterpa banyak masalah, dirundung kegundahan, dan impitan hidup, Rasulullah juga mengajarkan zikir: 

"Hasbunallah wani'mal-wakil, ni'mal-mawla, wani'man-nashir." 

(Cukuplah Allah tempat berserah diri bagi kami, sebaik-baik pelindung kami, dan sebaik-baik penolong kami).

Baca Juga: Persiapkan Jiwa Sebelum Masuk Ramadan, Perbanyak Puasa di Bulan Syaban

Sebagaimana terdapat dalam hadis bahwa ketika seseorang datang menghampiri Nabi lalu berkata, "Rasulullah, sesungguhnya orang-orang non-Muslim telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangmu, maka takutlah kepada mereka. Kemudian, Nabi SAW mengucapkan, 'Hasbunallah wani'mal-wakil.'"

Setelah kejadian ini, Allah menurunkan surah Ali Imran (3) ayat 173: 

"Ketika seseorang berkata kepada Rasulullah, orang-orang Quraisy telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka, ternyata ucapan itu justru menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, 'Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.'" (HR Bukhari).

Oleh karenanya, seorang Muslim dianjurkan selalu melibatkan Allah dalam mengatasi kegundahan hidup yang dihadapi. Bukankah Allah menjanjikan: 

"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan." (QS asy-Syarh [94]: 5-6). (C)

Reporter: Haerani Hambali