Dukung Prabowo di Pilpres, Pengamat Beber Keuntungan untuk Partai Demokrat

Try Wahyudi Ary Setyawan

Reporter Surabaya

Sabtu, 23 September 2023  /  12:57 pm

Pengamat politik dari Surabaya Survey Center Iksan Rosidi, menilai keputusan Partai Demokrat mendukung Prabowo di pilpres sebagai langkah tepat. Foto: Ist.

SURABAYA, TELISIK.ID - Pengamat politik dari Surabaya Survey Center, Iksan Rosidi, menilai keputusan Partai Demokrat mendukung Prabowo di pilpres sebagai langkah tepat dan sangat menguntungkan bagi partai berlambang mercy ini.

"Pertama, bagi Demokrat, keputusan untuk segera bergabung dengan KIM (Koalisi Indonesia Maju), merupakan keputusan politik yang cermat agar di mata publik partai ini tidak terlalu lama tersandera pada narasi kekecewaan dan pengkhianatan menyusul dinyatakannya Cak Imin sebagai bakal Cawapres Anies Baswedan, yang ini justru akan memantik dan mengakumulasi sentimen negatif bagi Partai Demokrat dan pasti berdampak kurang baik bagi posisi elektoral partai," katanya, Sabtu (23/9/2023).

Iksan mengatakan, tidak sekedar lepas dari kondisi kurang berpihak saat ditinggal oleh Anies, keputusan bergabung dengan KIM merupakan keputusan yang paling logis dan memungkinkan, mengingat secara politik antara Partai Demokrat dengan Prabowo Subianto sejauh ini relatif tidak ada hambatan komunikasi politik yang signifikan, dibanding komunikasi dengan Megawati.

"Saya melihat dibandingkan komunikasi politik dengan Prabowo, komunikasi SBY dengan Megawati dianggap masih beku. Dan sejauh ini belum ada handicap politik  menonjol yang mengganggu relasi politik antara Demokrat atau antara SBY dengan Prabowo Subianto. Bahkan Partai Demokrat adalah bagian dari perjalanan sejarah politik Prabowo saat menjadi capres pada Pemilu 2019 yang lalu, dimana Partai Demokrat adalah juga menjadi salah satu partai pendukung Capres Prabowo Subianto," ungkapnya.

Selan itu hitungan cermat ketiga bagi Demokrat, lanjut dia, adalah benefit politik yang mungkin diraih dengan bergabung dalam KIM, yaitu tetap terjaganya potensi dan kemungkinan untuk menjadi bagian dari kekuasaan pada pemerintahan baru setelah Pemilu 2024 nanti.

Baca Juga: Demokrat Resmi Dukung Prabowo, AHY Enggan Berandai-andai Posisi Cawapres

"Karena secara survei, besarnya potensi elektabilitas Prabowo untuk memenangkan kontestasi pilpres mendatang yang ditopang pula dengan kekuatan politik dari partai-partai pendukung yang tergabung dalam KIM saat ini. Ini juga membuka kemungkinan bagi Demokrat akan mendapatkan insentif elektoral atau coat-tail effect dari Capres Prabowo Subianto, di samping dari AHY yang elektabilitasnya juga relatif tinggi," tambahnya.

Dengan hitungan ini, sambungnya, tambahan elektoral ini sangat mungkin suara Demokrat akan meningkat pada pemilu mendatang, sebab dalam banyak survei menyebutkan bahwa coat-tail effect calon presiden dan calon wakil presiden signifikan mempengaruhi perilaku pemilih untuk cenderung juga memilih partai pengusung capres/cawapres yang dia pilih. Hal ini selanjutnya secara langsung akan berdampak positif pada perolehan suara Demokrat.

"Peluang Khofifah Indar Parawansa untuk menjadi bakal Cawapres Prabowo Subianto berpotensi menguat seiring kehadiran Demokrat di KIM. Selama ini Khofifah secara politik dikenal memiliki hubungan khusus dengan SBY dan JK, yang merupakan tokoh-tokoh yang dominan mewarnai karir politik Khofifah. Dari mulai menjadi bagian dari kabinet pemerintahan SBY hingga kali terakhir saat Khofifah maju pada Pilgub Jatim 2018 Khofifah juga diusung oleh Partai Demokrat dan Golkar. Dan saat ini dua tokoh ini berada di tubuh KIM, sehingga bukan tidak mungkin SBY maupun JK akan mendorong Khofifah yang memiliki keunggulan elektoral sebagai tokoh yang memiliki representasi Jawa Timur dan NU, untuk menjadi bakal Cawapres Prabowo Subianto," ungkap Iksan.

Meski dinilai cermat dengan keputusan Demokrat mendukung Prabowo dalam Pilpres 2024, Iksan juga mengingatkan akan adanya ongkos politik yang harus dibayar Demokrat.

"Persepsi publik bahwa KIM adalah koalisi yang mengusung narasi keberlanjutan atas kepemimpinan Presiden Jokowi, sementara Demokrat cenderung mengusung narasi perubahan, maka Demokrat tentu harus menyesuaikan narasi politik yang dibangun selama ini. Demokrat harus lebih fleksibel dalam mengemas narasi perubahan ini bahkan mungkin harus merubah kemasan menjadi narasi keberlanjutan, sebagai konsekuensinya," jelasnya.

Bagi Prabowo sendiri dengan koalisi yang gemuk ini, lanjut Iksan, tentu akan berimbas pula pada potensi pendulangan suara yang lebih besar. Namun di sisi lain banyaknya anggota parpol yang bergabung dengan koalisi ini justru akan mendatangkan masalah yang tidak kalah rumit yakni semakin banyak kepentingan politik yang harus diakomodasi oleh Prabowo.

Baca Juga: Anies-Muhaimin Bentuk BAJA AMIN Gantikan Tim 8

"Ini akan membuat proses konsolidasi, koordinasi dan proses penyesuaian di antara parpol anggota dan di antara tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya juga menjadi tidak sederhana. Sehingga kalau Prabowo Subianto tidak mengelolanya dengan baik, bukan tidak mungkin potensi ini menjadi bumerang bagi upaya pemenangan Prabowo Subianto," pungkasnya.

Partai Demokrat secara resmi mengusung Prabowo Subianto sebagai Capres 2024. Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berapi-api meneriakkan nama Prabowo. AHY awalnya mengatakan Indonesia membutuhkan pemimpin pemersatu dan patriotik. Menurut AHY, sosok itu ada pada diri Prabowo.

"Sosok pemimpin dengan kriteria-kriteria yang saya sebutkan tadi ada di tengah-tengah kita saat ini, Bapak Prabowo Subianto," ucap AHY, dalam Rapimnas Demokrat di JCC, Jakarta Pusat, Kamis (21/9/2023) lalu. (B)

Penulis: Try Wahyudi Ari Setyawan

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS