El Nino Tak Berdampak pada Produksi Padi Kolaka Utara

Muh. Risal H

Reporter Kolaka Utara

Sabtu, 28 Oktober 2023  /  1:52 pm

Area persawahan di Kecamatan Wawo, Kolaka Utara, yang tidak terdampak kemarau panjang. Foto: Muh. Risal H/Telisik

KOLAKA UTARA, TELISIK.ID - Potensi gagal panen padi sawah di beberapa daerah di Sulawesi Tenggara diprediksi bakal terjadi tahun ini, akibat musim kemarau dan fenomena el nino yang melanda semua kabupaten di Sulawesi Tenggara.

Dilansir dari Kompas.id, data Dinas Pertanian dan Peternakan Sulawesi Tenggara, sawah terdampak kekeringan makin meluas. Hingga akhir September lalu, sebanyak 3.685 hektare sawah mengalami kekeringan.

Sebanyak 1.177 hektare di antaranya, gagal panen. Di luar jumlah ini, 1.223 hektare sawah lainnya terancam kering. Wilayah yang paling terdampak adalah Bombana dengan total lahan 1.872 hektare, di mana 1.135 hektare di antaranya gagal panen.

Menyusul wilayah Konawe Selatan dengan luasan 1.546 hektare, tetapi dengan lahan puso 10 hektare.

Berbeda dengan dua kabupaten tersebut, Kabupaten Kolaka Utara yang dilanda kemarau sejak Agustus hingga saat ini, justru tidak merasakan dampak signifikan terhadap sektor pertanian khususnya persawahan.

Sebaliknya, kemarau malah membawa keberuntungan bagi para petani padi sawah disebabkan hama padi tidak berkembang biak dan merusak tanaman padi warga.

Baca Juga: Dampak El Nino, Petani Baubau Raup Keuntungan dari Kenaikan Harga Beras

Kepala Seksi Produksi Tanaman Pangan, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distanghorti) Kolaka Utara, Ronaldi menuturkan, kemarau yang mulai terjadi di bulan Agustus hingga saat ini tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi sawah di Kolaka Utara.

Bahkan laporan penyuluh pertanian, produksi gabah petani yang beberapa minggu lalu menggelar panen raya di Ranteangin dan Pakue Tengah, meningkat begitu pun petani yang panen bulan September lalu.

"Produksi padi petani tahun lalu hanya 6 ton per hektare, sekarang naik 6,5 ton," terangnya, Sabtu (28/10/2023).

Menurut Ronal, ada dua faktor penyebab tidak terjadinya gagal panen di Kolaka Utara. Pertama, padi para petani sudah mulai berisi saat musim kemarau terjadi. Selain itu, cuaca ekstrem juga berdampak positif sebab hama sulit berkembang biak.

"Pasokan air yang mengalir ke irigasi primer petani seperti Ranteangin dan Batu Putih masih maksimal mengaliri persawahan warga," ujarnya.

Meski demikian, dirinya tidak dapat menjamin kondisi padi petani di Kolaka Utara ke depan jikalau kemarau dan el nino berlanjut hingga awal tahun 2024.

"Kita tidak tahu ke depannya, tapi saat ini masih aman. Terlebih cuaca di Kolaka Utara meski kemarau, kadang masih terjadi hujan lebat," ujarnya.

Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Distanhorti Kolaka Utara, Ainuddin menyampaikan, luas area persawahan di Kolaka Utara saat ini mencapai 1.600 hektare.

Baca Juga: Dampak El Nino, Lahan Pertanian di Muna Barat Alami Puso

"Lahan tersebut tersebar di sepuluh kecamatan. Sawah terluas terdapat di Kecamatan Pakue Tengah 328,08 hektare, Pakue Utara 268,58 hektare dan disusul Batu Putih 183,26 hektare," rincinya.

Diketahui, petani di Kecamatan Batu Putih yang telah melakukan panen pada September 2023 lalu mulai menanam kembali pada November 2023 nanti. Hal serupa dilakukan di Kecamatan Wawo.

Mayoritas sawah di Kolaka Utara mengandalkan irigasi untuk mengairi area persawahan petani. Umumnya sawah irigasi di Kolaka Utara panen dua kali setahun, sementara yang mengandalkan curah hujan seperti Desa Latawe, Batu Api, Kecamatan Porehu, dan Desa Parutellang, panen sekali setahun.

Walau potensi gagal panen di Kolaka Utara tidak terjadi, tetapi produksi padi petani lokal tidak mampu mencukupi kebutuhan beras masyarakat Kolaka Utara yang setiap minggunya mencapai 303.8 ton. (B)

Penulis: Muh Risal H

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS