Heboh Lokasi Alien Ditemukan, Segini Jaraknya dari Bumi

Ahmad Jaelani

Reporter

Sabtu, 19 April 2025  /  12:50 pm

Sinyal kehidupan terdeteksi di K2-18b, planet asing dekat Bumi. Foto: Repro liputan6.

JAKARTA, TELISIK.ID - Di balik gelapnya luar angkasa, sinyal mencurigakan dari planet jauh berhasil tertangkap oleh teleskop canggih milik NASA. Para ilmuwan dari Universitas Cambridge mengumumkan temuan luar biasa berupa jejak molekul yang bisa jadi merupakan sinyal kehidupan di luar Bumi.

Planet bernama K2-18b kini menjadi sorotan dunia setelah atmosfernya memperlihatkan kandungan kimia yang di Bumi hanya diproduksi oleh makhluk hidup.

Planet K2-18b terletak pada jarak sekitar 700 juta mil dari Bumi dan memiliki ukuran sekitar 2,5 kali lebih besar dari planet kita. Penemuan ini berasal dari pengamatan Teleskop James Webb Space Telescope (JWST) milik NASA, yang dapat menganalisis komposisi atmosfer planet menggunakan cahaya dari bintang induknya.

Cahaya tersebut melewati atmosfer K2-18b dan membantu ilmuwan membaca tanda-tanda kimia yang mencurigakan. Tim dari Cambridge mendeteksi kehadiran molekul dimetil sulfida (DMS) dan dimetil disulfida (DMDS) di atmosfer planet tersebut.

Di Bumi, molekul ini hanya dikenal dihasilkan oleh organisme laut seperti fitoplankton dan bakteri laut.

“Ini adalah bukti terkuat saat ini yang menandakan ada potensi kehidupan lain di luar angkasa,” kata Profesor Nikku Madhusudhan dari Universitas Cambridge, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Sabtu (19/4/2025(.

Menurut Madhusudhan, volume gas yang terdeteksi sangat mencengangkan karena jauh lebih banyak dari yang ada di Bumi.

Baca Juga: Jantung di Kepala dan Makhluk Hidup Tertua di Bumi, 5 Fakta Unik Udang yang Banyak Tak Diketahui

“Jumlah gas yang kami perkirakan di atmosfer ini ribuan kali lebih tinggi daripada yang ada di Bumi,” ujarnya.

Ia mengungkapkan rasa terkejut atas seberapa jelas sinyal molekul tersebut terlihat dalam pengamatan yang dilakukan timnya.

Profesor Madhusudhan menjelaskan bahwa temuan ini memang menjanjikan, namun belum bisa disebut sebagai bukti definitif kehidupan. Ia menekankan pentingnya melakukan analisis lanjutan agar hasilnya bisa benar-benar dipastikan.

“Secara realistis, menurut saya kita bisa mengonfirmasi sinyal ini dalam waktu 1-2 tahun ke depan,” tambahnya.

Meskipun begitu, ada perbedaan pendapat di kalangan ilmuwan tentang sifat planet K2-18b. Dr. Nicolas Wogan dari Pusat Penelitian Ames NASA mengemukakan interpretasi yang berbeda terhadap data yang sama.

Menurutnya, K2-18b adalah planet gas raksasa mini tanpa permukaan yang padat. Ia telah menerbitkan hasil penelitiannya yang menantang interpretasi dari tim Cambridge.

Namun, argumen dari Dr. Wogan juga ditantang balik oleh ilmuwan lain yang menganggap bahwa interpretasinya tidak sesuai dengan data dari teleskop James Webb. Perdebatan ilmiah pun terus berlangsung mengenai identitas planet tersebut dan potensi kehidupan di dalamnya.

Meski belum mencapai kesimpulan akhir, data dari JWST tetap menjadi pijakan utama dalam diskusi ini.

Profesor Madhusudhan menyadari tantangan besar yang dihadapi timnya, namun ia tetap yakin bahwa jalur yang mereka tempuh sudah tepat. Ia menyebut bahwa pengamatan ini bisa menjadi titik awal penting dalam sejarah pencarian kehidupan luar Bumi.

Baca Juga: Hewan Bisa Berhitung? Begini Penjelasannya

“Beberapa dekade dari sekarang, kita mungkin akan melihat kembali titik waktu ini dan menyadari bahwa saat itulah alam semesta yang hidup mulai terjangkau,” ungkapnya.

Ia pun menambahkan bahwa keberhasilan konfirmasi keberadaan kehidupan di planet K2-18b bisa menjadi penentu arah baru dalam sains.

“Ini bisa menjadi titik kritis, di mana tiba-tiba pertanyaan mendasar tentang apakah kita sendirian di alam semesta menjadi pertanyaan yang mampu kita jawab,” ujarnya.

Hingga kini, para ilmuwan terus memantau atmosfer K2-18b dan melakukan observasi tambahan. Penelitian ini menjadi salah satu tonggak terpenting dalam eksplorasi luar angkasa, menandai potensi ditemukannya kehidupan di luar Bumi untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS