Inovasi Nanoteknologi: Ilmuwan Indonesia Ubah Sampah Plastik Jadi Sensor Pendeteksi Polusi Air

Merdiyanto

Content Creator

Sabtu, 04 Oktober 2025  /  8:50 pm

Ilmuwan Indonesia berhasil mengubah sampah plastik menjadi sensor pendeteksi polusi air. Foto: Repro Tempo

YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Di tengah krisis sampah plastik yang semakin mengkhawatirkan, tim ilmuwan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengubah kantong plastik bekas menjadi nanomaterial berupa titik-titik kuantum karbon (Carbon Quantum Dots atau CQD) yang berfungsi sebagai sensor pendeteksi polusi air.

Inovasi ini, yang dipimpin oleh Indriana Kartini dari Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM, tidak hanya mengatasi masalah limbah plastik tetapi juga menyediakan alat murah untuk memantau kualitas air secara real-time.

Penelitian ini melibatkan kolaborasi multidisiplin dengan peneliti seperti Ratih Lestari, Tutik Dwi Wahyuningsih, dan Yuichi Kamiya dari Jepang, yang mengintegrasikan keahlian di bidang kimia, material, nanoteknologi, dan lingkungan.

Proses konversi dimulai dari bahan baku sederhana, yaitu kantong plastik bekas berbasis polietilena, yang diolah melalui metode pirolisis-hidrotermal dengan hidrogen peroksida kurang dari 7 persen sebagai oksidator.

Baca Juga: Rute Shenzhen-Manado Resmi Dibuka, Lion Air jadi Maskapai Pertama Gunakan Pesawat Buatan China C909

Proses ini hanya memakan waktu 10 jam dan menghasilkan CQD dengan efisiensi kuantum 10,04 persen, yang stabil terhadap kondisi ekstrem seperti sinar UV, variasi garam, dan penyimpanan jangka panjang sangat cocok untuk iklim tropis Indonesia. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Carbon Research pada 3 Juli 2025.

Cara kerja sensor ini sederhana namun canggih dimana CQD, nanopartikel yang lebih kecil dari virus, memancarkan cahaya ketika terpapar sinar ultraviolet, seperti dilansir dari National Geographic, Sabtu (4/10/2025).

Saat bertemu dengan polutan seperti ion besi (Fe III) atau logam berat lainnya, cahaya tersebut berubah, memungkinkan deteksi real-time melalui perangkat sederhana.

Teknologi ini dapat disesuaikan untuk mendeteksi berbagai kontaminan, termasuk mikroplastik, dan diterapkan di sungai, sistem irigasi pertanian, limbah industri, serta sumber air minum.

Contohnya, sensor ini bisa memantau polusi di sungai-sungai besar seperti di Yogyakarta atau Jakarta, hingga desa-desa terpencil, mencegah risiko kesehatan dari air tercemar.

Manfaat inovasi ini multifaset. Secara lingkungan, ia mendukung ekonomi sirkular dengan mengubah sampah yang biasanya mencemari ekosistem dan rantai makanan menjadi alat berguna, lebih ramah daripada metode deteksi konvensional yang bergantung pada bahan kimia beracun atau instrumen mahal.

Ekonomi-wise, teknologi ini berpotensi menciptakan lapangan kerja baru di sektor daur ulang dan mendorong pertumbuhan hijau, sementara secara sosial, ia memastikan air bersih bagi petani, industri, dan masyarakat umum dan mencegah bencana polusi sebelum memburuk.

Meski artikel tidak menyoroti tantangan spesifik, ia menyinggung bahwa daur ulang konvensional sering kali masih berisiko mencemari lingkungan, yang diatasi oleh pendekatan ini, seperti dilansir dari warnamediaonline.com, Sabtu (4/10/2025).

Baca Juga: DPRD Kolaka Utara Warning Pengecer: Stop Jual Pupuk Subsidi Paketan Non-Subsidi, Patuh HET dan Transparan

Meskipun tidak ada kutipan langsung dari peneliti dalam artikel, narasi menekankan transformasi ini sebagai bukti bahwa "sampah yang dulu dianggap masalah lingkungan bisa diubah menjadi inovasi yang menyelamatkan nyawa," serta "masa depan pengelolaan lingkungan di tangan kita sendiri, dibantu oleh cahaya kecil dari titik-titik kuantum karbon."

Ke depan, metode pirolisis-hidrotermal ini direncanakan untuk dikembangkan lebih lanjut guna mendeteksi polutan lain, dengan potensi menjadi standar global dalam penginderaan lingkungan.

Indonesia, melalui inisiatif seperti ini, diposisikan sebagai pemimpin dalam kolaborasi internasional untuk ekonomi sirkular, dengan rencana ekspansi produksi CQD skala besar dan integrasi ke masyarakat untuk mencapai harmoni antara manusia dan alam.

Inovasi ini menjadi harapan baru bagi Indonesia, negara yang menghadapi jutaan ton sampah plastik setiap tahun, dalam memerangi polusi air dan menuju keberlanjutan. (C)

Penulis: Merdiyanto

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS